menikah sebab perjodohan orang tua. namun setelah hampir delapan tahun belum di karuniai seorang anak.
hingga akhirnya suatu hari sebuah kenyataan membuat hati seorang istri merasa sangat tersakiti.
di antara percaya atau tidak.
simak cerita selengkapnya di cerita ya gaes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pengagum Rahasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 6
Zaifa menggulir layar handphone nya. Membuka-buka sosial media berlogo F dan mencoba membuka galeri foto di aplikasi itu yang di private nya dan menemukan foto seseorang yang tiba-tiba di rindu kan nya. Zaifa mengusap layar handphone nya dan tiba-tiba sebuah ingatan menghampiri nya.
Beberapa tahun yang lalu.....
"Zaifa, berjanji lah akan sekolah yang rajin dan menunggu mas untuk kembali. Sungguh mas sangat-sangat mencintai mu. Mungkin saat ini kau belum memahami perasaan apa yang mas miliki karena kau masih terlalu kecil.." ucap seorang pria tampan sembari terkekeh melihat wajah cemberut sang kekasih.
"mas akan melanjutkan pendidikan di luar kota dan mungkin akan lama tidak akan kesini lagi karena mas harus langsung mengurus bisnis papa mas yang ada disana.. Namun, kau jangan risau sebab mas berjanji mas akan segera kembali. Dan mas pastikan disaat kau wisuda nanti mas akan datang dan membawakan mu sesuatu yang bisa mengikat kita berdua." lanjut nya sembari menatap lembut manik mata seorang perempuan yang tinggi nya hanya sebatas dada nya saja.
"pesawat mas sudah hendak berangkat. Jaga dirimu baik-baik dan ingat untuk menunggu mas Zaifa.... Mas pasti kembali untuk mu" ucap nya kemudian mengecup pucuk kepala sang kekasih.
"ya mas, Zaifa pasti akan menunggu kepulangan mas. Jemput Zai ya mas. Zai pasti akan sangat merindukan mas" ucap kekasih hatinya mengusap air mata yang tak sengaja terjatuh di pipi.
"mas pasti kembali sayang...."
Pria itu pun berlalu karena pesawat nya hendak terbang. Hubungan yang baru berjalan beberapa bulan harus terpisah karena si pria akan di haruskan melanjutkan pendidikan dan mewarisi bisnis keluarga.
***
Kembali ke saat ini....
"mas Rai...." gumam Zaifa sembari mengusap pipi mulus nya.
Ia kemudian menyimpan kembali ponsel nya dan membayar bakso yang telah di makan habis oleh nya sejak tadi.
Dari sebrang jalan sana, seorang pria muda dengan pakaian yang rapi menghampiri Zaifa.
"permisi kak" sapa pria itu ketika Zaifa akan beranjak dari bangku kayu yang di duduki nya.
Zaifa mengernyit kan dahi namun tetap membalikkan badannya menghadap pria yang menghentikan langkah nya.
"maaf kak mengganggu waktunya sebentar. Saya adalah karyawan dari perusahaan di depan sana..." ucap pria itu menunjuk perusahaan besar yang ada di sebrang jalan sana..Zaifa pun ikut memandang ke arah gedung bertingkat itu. Kemudian mengalihkan pandangan nya kepada pria yang mulai berbicara lagi.
"nama saya Boby, saya adalah karyawan di bagian marketing. Kebetulan tim saya kekurangan orang untuk berkeliling menyebarkan dan menawarkan brosur di perusahaan kami. Saya perhatikan sejak tadi kakak nya adalah orang yang cocok" ucap pria yang mengaku bernama Boby.
"maksud anda?"
"saya ingin mengajak kakak untuk menjadi bagian dari disivi marketing di perusahaan. karena saya yakin kakak memiliki bakat dan lagipula kakak cantik dan manis. Itu akan menjadi nilai plus bagi seseorang yang akan bertugas sebagai sales"
"saya hanya lulusan SMA mas" jawab Zaifa.
"mari duduk di bangku sebelah sana dulu kak" ajak pria itu menunjuk ke bangku yang ada di pinggir jalan.
Mereka pun berjalan ke arah sana.
"untuk tim marketing tidak di harus kan lulusan sarjana mbak" ucap Boby mengubah panggilan nya kepada Zaifa.
Zaifa memandang pria yang mungkin lebih muda setahun darinya itu.
"yang terpenting saat menjadi sales adalah keramahan dan kemampuan mbak salam menggaet calon pembeli. Kebetulan perusahaan sedang mengeluarkan produk baru berupa mie instan sehat khusus untuk anak-anak. Dan kami masih kesulitan untuk menggaet banyak pelanggan sebab banyak masyarakat yang berpendapat bahwa mie buatan perusahaan kami sama dengan mie instan yang di buat oleh pabrik lain. Padahal mie produk kami terbuat dari bahan yang sehat dan terdapat campuran sayur seperti bayam, wortel dan kentang" jelas Boby.
Zaifa sedikit tertarik dengan produk yang akan di luncurkan oleh perusahaan dimana Boby bekerja. lagi pula jika ia dan imam sudah resmi berpisah ia tidak akan meminta harta gono gini sekali pun memang di harta itu ada hak Zaifa. Mengingat imam tiba-tiba hati Zaifa sedikit berdenyut nyeri.
"mbak tidak apa-apa" tanya Boby yang melihat raut wajah Zaifa.
"saya tidak apa-apa" jawab Zaifa.
"lalu, bagaimana dengan pendidikan?" tanya Zaifa mengalihkan pembicaraan.
"saya sudah bilang mbak bahwa lulusan SMA juga bisa di terima asal mbak memiliki skil dalam berbicara dan menggaet calon pelanggan" jawab Boby tersenyum ramah.
"saya akan pikir kan mas. Dan jika saya tertarik bagaimana cara saya menghubungi mas nya?"
Boby mengambil secarik kertas dan pena yang ada di saku kemeja nya kemudian menuliskan angka-angka nomer telepon nya.
"mbak bisa menghubungi nomor ini" jawab Boby menyerahkan kertas itu.
"kalo gitu saya permisi mbak"
Zaifa menatap punggung pria yang tiba-tiba saja menawari nya sebuah pekerjaan.
****
"udah lah Rai, perasaan dari sampai tadi muka lu cemberut bae. kenapa sih?" tanya pria dengan pakaian kasual merangkul temannya yang masih lengkap memakai setalan kemeja kerja.
Saat ini mereka berdua tengah berada di sebuah rumah makan yang terdapat saung nya.
"lu gangguin gua tau nggak. Tadi gua tuh mau nyamperin...."
"nyamperin siapa?"
"kepo amat"
"lagi pula anak mama yang suka nya keluyuran ga jelas kayak lu mana tau dunia pekerjaan gue" jawab pria berkemeja itu mencibir temannya yang sudah beranjak duduk sembari menyomot ikan barang.
Pria itu hanya nyengir dan melanjutkan acara makan nya membuat lawan bicara nya hanya mendengus.
***
Zaifa mematut dirinya di cermin. Di pandang nya wajah cantik nan mulus milik nya. Namun, hal itu tak membuat rasa minder hilang dalam benak Zaifa.
Tentu saja perkara umur. Di usia nya yang sudah menginjak hampir dua puluh tujuh tahun apakah masih bisa di terima di perusahaan besar itu. Dan pula ia yang hanya lulusan SMA, seperti mendapat pukulan telak. Walau pun kerjaan yang di tawarkan terjun langsung ke lapangan dan mencari calon pembeli namun tetap saja bukan kah banyak anak-anak muda yang baru lulus sarjana atau pun lulus sekolah yang mungkin akan lebih menarik dalam bertutur kata dan menawarkan produk.
Namun, Zaifa tentu nya juga membutuhkan pekerjaan ini. Sebab ia tak mungkin hanya berpangku tangan tanpa bekerja. Apalagi tabungan yang ia peroleh dari sisa uang belanja bulanan sudah berkurang untuk biaya menginap nya di hotel. Mungkin besok Zaifa akan check out dan memiliki mencari kost-kostan yang harga nya lebih terjangkau dari pada di hotel yang biaya per malam nya bisa di gunakan untuk makan seminggu lebih.
Zaifa meraih handphone nya dan mulai mengetikkan nomer kemudian melakukan panggilan sembari melihat bayangan dirinya sendiri di cermin.
'Halo....' terdengar suara di sebrang sana.
deg....
Jantung Zaifa berpacu lebih cepat.
samawa....
pnysln mmng sllu dtng trlmbat ,hrsnya mnkmti msa tua brsma kluarga mlh hrs hdp d pnjra...
smga pa bewok bnr2 tobat....