Berada di dunia yang mana dipenuhi banyak aura yang menjadi bakat umat manusia, selain itu kekuatan fisik yang didapatkan dari kultivasi melambangkan betapa kuatnya seseorang. Namun, lain hal dengan Aegle, gadis belia yang terasingkan karena tidak dapat melakukan kultivasi seperti kebanyakan orang bahkan aura di dalam dirinya tidak dapat terdeteksi. Walaupun tidak memiliki jiwa kultivasi dan aura, Aegle sangat pandai dalam ilmu alkemi, ia mampu meracik segala macam ramuan yang dapat digunakan untuk pengobatan dan lainnya. Ilmu meraciknya didapatkan dari seorang Kakek tua Misterius yang mengajarkan cara meramu ramuan. Karena suatu kejadian, Sang Kakek hilang secara misterius. Aegle pun melakukan petualang untuk mencari Sang Kakek. Dalam petualang itu, Aegle bertemu makhluk mitologi yang pernah Kakek ceritakan kepadanya. Ia juga bertemu hantu kecil misterius, mereka membantu Aegle dalam mengasah kemampuannya. Bersama mereka berjuang menaklukan tantangan dunia.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chu-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 6
Dengan perlahan Aegle membuka kedua matanya, ia mengarahkan pandangannya pada langit yang berada diatasnya kemudian dia melihat kesekelilingnya. Ia merasa familiar dengan tempat ini. Ia masih mencerna semua gambaran yang ia lihat ini. Berbaring diatas padang bunga dengan hembusan angin yang menyegarkan tenang, damai, penuh cahaya.
“Seharusnya Aku sudah mati kan? Apakah Aku berada disurga” batin Aegle.
Disisi kirinya ada sesuatu yang sedang mengendus-endus dirinya seolah endusan itu menyuruhnya untuk bangun dan sadar. Aegle berbalik ke arah kirinya, matanya beradu dengan seekor serigala putih salju didepannya.
“Lunaire,” gumamnya lirih, matanya memancarkan sekaligus keterkejutan.
Aegle lalu bangun dari posisi tidurnya, mengamati lagi dengan cermat sekelilingnya. Dia tersadar bahwa ini tempat pertama kali ia bertemu Kakek, setelah kejadian Kakek menghilang.
“Aegle..” Panggil seseorang dengan lirih.
Aegle membalikkan badannya, suara familiar itu sangat dikenal Aegle. Tanpa berpikir panjang, Aegle berlari ke arahnya, memeluknya erat sambil menangis.
“Aku sangat merindukanmu, Kakek!” serunya, air mata berjatuhan membasahi wajahnya.
Kakek hanya tersenyum hangat, membiarkan Aegle meluapkan segala kesedihannya, membelai kepalanya dengan lembut.
Setelah merasa tenang, Aegle menceritakan perjalanannya yang berujung di dasar kolam, dikejar babi hutan hingga hampir kehilangan nyawanya. Mendengar ceritanya, Kakek hanya tersenyum lembut. Aegle dengan semangat menjelaskan seolah-olah saat ini ia sudah mati dan bertemu Kakek disurga.
“Aegle, kau masih hidup,” ujar Kakek tenang.
Aegle terdiam, kebingungan. “Lalu, bagaimana aku bisa berada di sini?”
Kakek mengatakan bahwasannya mungkin saja seseorang telah menyelamatkan hidupnya. Aegle akan kembali sadar dan bertemu orang yang sudah menyelamatkannya itu.
Aegle hanya terdiam lalu bertanya lagi, jika memang dia masih hidup. Dia harus pergi kemana. Kakek hanya menyuruhnya mencari jati dirinya siapa, namun dia tidak mengetahui bagaimana harus mencari jati dirinya, sementara tujuannya masih tidak jelas.
Kakek menjelaskan bahwa cincin yang ia berikan padanya adalah kunci yang akan membimbingnya ke tempat-tempat yang harus ia tuju.
"Cincin itu bukan sekadar perhiasan, ia akan memberikan petunjuk ketika kau membutuhkannya, mengarahkanmu ke jalan yang tepat," jelas kakek.
Sebelum Aegle sempat bertanya lebih lanjut, terdengar suara samar-samar memanggil namanya. Ia melihat kakek dan Lunaire perlahan memudar, seperti asap yang terbawa angin.
"Jangan tinggalkan aku lagi, Kakek!" Aegle berteriak, namun semuanya berubah menjadi putih.
Kesadaran Aegle mulai kembali, tubuhnya terasa berat, seolah ada sesuatu yang menindihnya. Perlahan-lahan, suara samar tadi semakin jelas di telinganya.
"Kakak... bangun, Kak!" panggil suara kecil itu. Aegle membuka mata dengan susah payah, samar-samar melihat sosok kecil yang duduk di atas tubuhnya.
Saat pandangannya jelas, ia tersentak mendapati seorang anak kecil duduk di atasnya, mengguncang-guncang bahunya dengan wajah antusias.
"Kakak, akhirnya bangun!" seru anak itu dengan suara girang, memeluk Aegle erat.
Aegle meminta anak itu untuk menyingkir dan membiarkannya duduk. Sambil mengatur napas, Aegle mengamati anak kecil itu dengan penuh rasa ingin tahu.
"Apa yang terjadi? Bukankah aku seharusnya tenggelam di dasar kolam?" pikirnya dalam hati, bingung apakah anak ini yang telah menyelamatkannya.
Anak kecil itu, masih tersenyum lebar, memeluknya lebih erat.
"Kakaklah yang telah menyelamatkanku," jawabnya polos.
Aegle mengerutkan kening, tak memahami maksud anak itu. Ia menatapnya dengan saksama, mencoba mencari petunjuk di wajahnya yang imut dan polos. Siapa anak ini sebenarnya?
Belum berpikir dengan baik, Aegle pun tersentak sadar mencari tas yang ia kenakan saat terjatuh di dasar kolam. Anak kecil itu hanya melihat tingkah Aegle yang panik.
“Apa yang sedang Kau cari, Kak?” Tanya anak kecil itu.
“Tas, Kau tahu. Aku mengenakan tas berwarna putih gading.” Sahut Aegle dengan wajah yang panik.
“Apa tas yang ini kakak cari.” Ujar Anak kecil itu sembari menunjuk ke arah tas itu.
Aegle pun melihat ke arah tas yang ditunjuk oleh anak kecil itu. Dia bergegas mengambil tas itu, lalu memeriksa isinya. Dengan menghela napas panjang, dia merasa lega bahwa barang-barangnya masih utuh dan tidak ada yang hilang.
Aegle teringat ucapan Kakek soal cincin yang diberikannya. Cincin itu dapat memberikan petunjuk kepadanya tentang tujuan selanjutnya.
Aegle mengeluarkan cincin tersebut, ia mengamati setiap sudut dari cincin tersebut. Bagaimana caranya cincin ini dapat memberikan petunjuk jalan kepadanya? Dengan wajah kebingungan Aegle terus mencari cara agar dapat mengetahui cara kerja cincin tersebut.