NovelToon NovelToon
Why And Who ( Uncover The Whispers Of The Forgotten)

Why And Who ( Uncover The Whispers Of The Forgotten)

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Misteri Kasus yang Tak Terpecahkan / Fantasi Wanita
Popularitas:10.6k
Nilai: 5
Nama Author: veluna

Ketika mimpi berubah menjadi petunjuk samar, Sophia mulai merasakan keanehan yang mengintai dalam kehidupannya. Dengan rahasia kelam yang perlahan terkuak, ia terjerat dalam pusaran kejadian-kejadian mengerikan.

Namun, di balik setiap kejaran dan bayang-bayang gelap, tersimpan rahasia yang lebih dalam dari sekadar mimpi buruk—sebuah misteri yang akan mengubah hidupnya selamanya. Bisakah ia mengungkap arti dari semua ini? Atau, akankah ia menjadi bagian dari kegelapan yang mengejarnya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon veluna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

22

Dirumah...

Sophia membaringkan tubuhnya di tempat tidur, matanya menatap langit-langit kamar yang terasa semakin menyesakkan. Semua kejadian yang dialaminya akhir-akhir ini terus terputar di kepalanya. Saat asyik melamun, tiba-tiba ia teringat sesuatu—Ari, sahabatnya.

Dengan cepat, Sophia bangkit dari posisi tidurnya. Ia meraih laptop di meja samping tempat tidur, berniat menghubungi Ari dan menceritakan apa yang telah ia lalui. Saat laptop menyala, jari-jarinya langsung membuka media sosial Ari. Tapi ketika hendak mengetuk ikon pesan, pandangannya terhenti.

"Apa ini?" gumamnya, nyaris berbisik.

Matanya terpaku pada unggahan terbaru Ari. Foto itu menampilkan Ari bersama Maya dan... keluarganya. Ah lebih tepatnya, mantan keluarganya.

"Tunggu... jangan-jangan dia tahu?" Sophia mulai merasa dadanya sesak. "Kalau aku anak angkat? Apa maksudnya ini? Jangan-jangan dia sudah lama kenal dengan Maya?"

Rasa penasaran mendorongnya untuk menggulir lebih jauh. Dan benar saja, ada banyak foto Ari bersama Maya. Tapi tidak ada satu pun foto Ari bersamanya.

"Apa... jangan-jangan Ari memang bagian dari mereka?" gumamnya lagi, kali ini dengan nada bergetar.

Sophia tersenyum miris , disaat dia mati matian mencari jalan keluar dari hutan kematian itu sahabat dan keluarga nya malah tak terlihat khawatir sekalipun .

Sophia menutup laptopnya dengan keras, menahan amarah yang bergejolak di dalam dadanya. Ia kembali merebahkan tubuhnya di kasur, menatap langit-langit kamar dengan tatapan kosong. Daripada terus memikirkan pengkhianatan mereka, ia memutuskan untuk menyusun rencana ke depan.

"Pertama-tama," ia berbicara pada dirinya sendiri, "aku harus meningkatkan kekuatanku. Setelah itu, aku akan mengurus mereka, satu per satu. Dan terakhir, aku akan mencari orang tua kandungku."

Ia mengulurkan tangan, meraih kalung yang menggantung di lehernya. Kemudian mengambil buku yang ia simpan disana. Ia membukanya, berharap menemukan sesuatu yang baru. Namun, seperti sebelumnya, hanya ada tulisan yang sudah ia baca. Selebihnya kosong.

Sophia menghela napas panjang, menutup buku itu, dan mengembalikannya ke dalam kalungnya. Ia memejamkan mata sejenak sebelum berbisik pelan, "Masuk."

Begitu kata itu terucap, dunia di sekitarnya berubah. Kini ia berada di Void Nexus. Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Tidak ada Ragnael, dan tempat ini terasa jauh lebih damai dibandingkan sebelumnya. Udara di sini tidak pengap, malah terasa menenangkan.

Sophia menatap sekeliling. Yang ada hanyalah hamparan pasir luas, seperti lautan tak berujung. Ia mulai merasa aneh dan bingung, hingga tiba-tiba terdengar suara yang memecah keheningan.

"Kau datang lebih cepat dari dugaanku, Sophia darnell."

Sophia terkejut dan segera menoleh ke arah sumber suara. Di sana, berdiri seorang anak kecil dengan senyum lembut di wajahnya.

"Siapa kau?" tanya Sophia, suaranya tegas namun menyimpan kebingungan.

Anak kecil itu hanya tersenyum lebih lebar, matanya yang hitam berkilau seperti malam tanpa bintang. "Aku? Aku hanya seorang penjaga. Tapi kau boleh memanggilku Nyx."

Sophia memperhatikan anak kecil itu dengan tatapan curiga. Seorang anak kecill ? Dan menjadi penjaga? Ia memegang kalung di lehernya dengan erat, berjaga-jaga kalau sesuatu yang tidak terduga terjadi.

"Penjaga?" Sophia mengulang kata itu, mencoba memahami apa maksud bocah ini. "Penjaga apa? Dan kenapa aku di sini?"

Nyx hanya terkekeh pelan. "Kau tidak perlu terlalu waspada, Sophia. Aku ada di sini bukan untuk mencelakakan mu." Ia melangkah mendekat, gerakannya ringan seperti angin. "Tempat ini… bukan Void Nexus seperti yang kau pikirkan."

Sophia mundur selangkah, mencoba menjaga jarak. "Kalau bukan Void Nexus, lalu apa?"

Nyx berhenti dan memandang Sophia dengan mata tajam, seolah-olah membaca setiap pikiran di kepalanya. "Ini adalah inti dari tiga dunia. Dunia manusia, bayangan, dan cahaya. Tempat ini adalah pusat keseimbangan mereka, titik temu di mana segalanya bermula dan berakhir."

Mendengar penjelasan itu, Sophia mengernyit. Ia merasa tidak percaya, tetapi di saat yang sama, ada sesuatu di dalam dirinya yang mengatakan bahwa bocah ini tidak berbohong.

"Kenapa aku dibawa ke sini? Apa hubungannya dengan aku?" tanya Sophia, suaranya terdengar lebih tegas.

Nyx tersenyum lagi, kali ini dengan nada yang berbeda—lebih serius. "Karena kau adalah kunci, Sophia. Keberadaanmu menghubungkan tiga dunia ini. Namun, aku tidak akan menjelaskan segalanya sekaligus. Waktumu belum tiba."

Sophia mendengus kesal. "Kenapa selalu seperti ini? Semua orang berbicara tentang aku, tentang 'takdir', tapi tidak ada yang menjelaskan apa-apa!"

Nyx mengangkat bahu kecilnya. "Sederhana saja. Kalau aku menjelaskan semuanya sekarang, kau tidak akan siap. Tapi tenang saja, aku akan memberimu petunjuk."

Anak kecil itu mengulurkan tangannya. Dari ujung jarinya, sebuah cahaya kecil muncul, membentuk simbol aneh yang berputar-putar di udara sebelum melayang ke arah Sophia.

"Apa ini?" Sophia bertanya, menatap simbol itu yang kini melayang di depannya.

"Ini adalah peta," jawab Nyx. "Peta untuk menemukan siapa dirimu yang sebenarnya. Gunakan dengan bijak, Sophia. Dan satu lagi, berhati-hatilah. Tidak semua orang akan senang melihatmu bangkit."

Sebelum Sophia sempat bertanya lebih banyak, Nyx melangkah mundur, perlahan menghilang seperti kabut yang tersapu angin. Hamparan pasir di sekeliling Sophia mulai bergoyang, seolah-olah akan menelannya.

"Tunggu! Aku belum selesai!" teriak Sophia. Tapi suaranya menggema di tempat kosong itu, dan detik berikutnya, semuanya gelap.

Saat Sophia membuka matanya lagi, ia sudah kembali ke kamarnya. Kalungnya terasa hangat, dan simbol tadi kini terpahat halus di bagian belakang kalungnya.

"Apa ini semua nyata?" Sophia bergumam sambil menatap kalung itu dengan penuh tanda tanya.

Saat Sophia masih asik memandangi kalungnya suara familiar memecah kesunyian.

"Sophia!" Ragnael muncul dari bayangan di sudut ruangan, ekspresinya terlihat panik. Ia melangkah cepat ke arah Sophia, matanya yang tajam penuh kekhawatiran. "Aku tidak merasakan auramu. Apa yang terjadi? Jangan-jangan… kau mati?"

Sophia tersentak mendengar pertanyaan itu, tetapi ia segera menyembunyikan keterkejutannya. "Mati? Aku masih di sini, kan?" Ia berusaha terdengar santai, meski hatinya masih kacau setelah pertemuan dengan Nyx.

Ragnael mempersempit matanya, seolah-olah mencoba membaca sesuatu di balik ekspresi Sophia. "Tapi auramu menghilang untuk beberapa waktu. Itu tidak biasa. Kau yakin tidak ada yang terjadi?"

Sophia menggeleng cepat. "Aku hanya… terlalu lelah. Mungkin itu sebabnya. Aku butuh istirahat, dan tubuhku sempat melemah."

Ragnael masih menatapnya penuh keraguan, tapi akhirnya ia menghela napas panjang. "Baiklah. Tapi mulai sekarang, kita harus lebih fokus. Jika kau ingin melanjutkan rencanamu, kau harus belajar mengendalikan kekuatanmu."

Sophia tersenyum tipis, mencoba mengalihkan pembicaraan. "Itu memang yang aku rencanakan. Ayo mulai."

----------

Ragnael memimpin Sophia ke tempat latihan yang ada di void Nexus . Ia menjelaskan dasar-dasar energi Nexus dan bagaimana Sophia bisa memanfaatkan kekuatan itu untuk melindungi dirinya.

"Fokus pada pusat dirimu," ujar Ragnael sambil berdiri di belakang Sophia. "Bayangkan energi mengalir melalui tubuhmu seperti arus sungai. Jangan memaksanya, biarkan itu mengalir."

Sophia mencoba mengatur napas, membayangkan apa yang Ragnael katakan. Awalnya, hanya ada keheningan. Tapi perlahan, ia mulai merasakan sesuatu—sebuah getaran hangat di dadanya yang menyebar ke seluruh tubuh.

"Ya, itu dia," kata Ragnael dengan nada puas. "Sekarang, arahkan energi itu ke tanganmu."

Sophia membuka matanya, melihat tangannya yang mulai bersinar samar. Tapi sebelum ia bisa mengendalikannya, cahaya itu tiba-tiba menghilang.

"Hei, apa yang salah?" Sophia mengerutkan alis.

"Kau terlalu tegang," jawab Ragnael. "Santai saja. Kekuatan ini membutuhkan ketenangan, bukan paksaan.

------ see you

1
flowers
banget 😒👊🥲
flowers
tapi endingnya agak Laen ya 😭👹
flowers
up 🤐
flowers
ha betul juga , 🤔
Why
Hello cantik.. aku mampir, this story so beautiful because you are princess
TAG
itu nenek kebayan/Grin/
TAG
Ari sih mimpiin kamu setiap hari /Facepalm/
TAG
Ibu memang selalu terbaik
TAG
Pahit pasti/Slight/
diegodirga111
bagus
flowers: terimakasih sdh mampir
total 1 replies
banana87
menarik.
lolapaza
next thor
lolapaza
keren thorr
flowers: trmksih
total 1 replies
ǫ ⃟日本 🅰🅻🅸🅰🅽🅰❀❦
semangat /Smile/
flowers: terimakasih udh mampir 🙏
total 1 replies
🇮🇩 LianaLyrashiaa_1805
waduh.. mereka siapa nih?
flowers: hayooo... tebakkk 😼😼
total 1 replies
Cevineine
Semangat thor, semoga banyak yang baca
Cevineine: mampir jg thor
flowers: terimakasih sudah mampir kk
total 2 replies
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.
Ceritanya bagus, tapi seperti sedang baca diary/Slight/
𝐌𝐚𝐮𝐫𝐚.: Memang bagus, saya merasakan mimpi tersebut.
flowers: makasih review nya kk
total 2 replies
Ahmad Rezky
terima kasih author sudah Singga
Jihan Hwang
keren thor..
mampir juga dikerya ku ya jika berkenan/Smile//Pray/
Ahmad Rezky
semangat author singgah di novel ku ya🤗
flowers: terimakasih dukungannya kk 🙏
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!