Tiga ribu tahun setelah Raja Iblis "Dark" dikalahkan dan sihir kegelapan menghilang, seorang anak terlahir dengan elemen kegelapan yang memicu ketakutan dunia. Dihindari dan dikejar, anak ini melarikan diri dan menemukan sebuah pedang legendaris yang memunculkan kekuatan kegelapan dalam dirinya. Dipenuhi dendam, ia mencabut pedang itu dan mendeklarasikan dirinya sebagai Kuroten, pemimpin pasukan iblis Colmillos Eternos. Dengan kekuatan baru, ia siap menuntut balas terhadap dunia yang menolaknya, membuka kembali era kegelapan yang telah lama terlupakan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yusei-kun, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Battle Royal Dimulai
Setelah melalui tiga minggu latihan keras, akhirnya terpilihlah 14 siswa kelas 4 perwakilan dari Akademi Altais untuk melakukan latih tanding ke Akademi Betelgeuse di Silvarea. Setelah perjalanan panjang melewati lautan, sampailah mereka di negeri pusat perdagangan yang diapit oleh 4 negeri atau kerajaan besar. Sebelah Barat dan Selatan di seberang laut, berbatasan dengan Veslandia dan Soltheris, sementara di sebelah Utara dan Timur, terdapat barisan beberapa gunung yang panjang dan tinggi yang berbatasan langsung dengan Cerythion dan Kerajaan Veltora. Sehingga Silvarea menjadi tempat yang strategis untuk menjadi tempat pertemuan ke lima negeri tersebut.
Perwakilan dari Veslandia adalah tiga orang kesatria suci yaitu Leo Akazuchi yang merupakan pemimpin tertinggi kesatria suci Veslandia dengan elemen petir, Haruto Arashi elemen angin, dan Hano Takigawa dengan elemen air. Serta guru pembimbing yang menemani 14 siswa tersebut adalah 2 orang guru muda yang bernama Tetsuya Yukishiro dan Asuka Takamori. Sementara 3 kesatria suci masuk ke ruang pertemuan, Tetsuya dan Asuka bersama dengan 14 siswa lainnya pergi ke lapangan untuk menghadiri sambutan dari pihak penyelenggara acara.
Latih tanding kali ini memiliki sistem Battle Royal, dimana semua siswa perwakilan dari masing-masing akademi akan diteleportasi ke arena yang sangat luas yang terdiri dari hutan, gunung kecil, lembah, danau, laut, dan juga padang pasir. Tentu saja panitia sudah membuat pelindung sihir agar siswa tidak bisa keluar dari arena sehingga mereka tidak akan hilang seperti misalnya tersesat ke tengah padang pasir yang sangat luas yang terbentang di tengah-tengah Silvarea.
Setiap siswa akan diberikan gelang sihir, bagi mereka yang merasa sudah tidak sanggup lagi bisa menggunakan gelang tersebut untuk berteleportasi kembali ke tempat awal dan dinyatakan gugur. Para siswa juga akan diteleportasi otomatis apabila tidak sadarkan diri. Setiap juri akan memantau dan menilai setiap pergerakan siswa. Siswa yang terlihat mencolok akan dipilih untuk mengikuti duel yang akan diadakan di hari berikutnya.
Pada hari berikutnya akan diadakan duel antar akademi, setiap akademi akan dipilih 6 siswa untuk mengikuti duel tersebut. Sehingga totalnya akan ada 30 siswa dan duel akan dilaksanakan dalam 2 hari.
Setelah sambutan dari panitia selesai, para siswa dipersilahkan untuk beristirahat dan mempersiapkan diri untuk latih tanding besok hari. Para siswa dan guru pembimbing mulai berjalan ke penginapan masing-masing. Dari kejauhan, terlihat Sebastian Velmont dan Adrian Velmont sedang melirik-lirik ke arah siswa akademi Altais.
Hingga akhirnya hari yang dinantikan tiba, para siswa mulai memasuki sebuah lapangan dan memasang gelang sihir masing-masing. Hingga setelah semuanya siap, mereka diteleportasi secara acak ke dalam arena pertarungan. Ada yang terlempar ke gunung kecil, tepi danau, lembah, tepi pantai, hutan, hingga padang pasir.
Terlihat Katsuya yang terlempar ke tengah hutan langsung bertarung dengan siswa-siswa dari akademi lain. Hutan adalah bagian paling tengah dari arena pertarungan, hingga menjadi tempat pertemuan kebanyakan siswa sehingga pertarungan akan sering terjadi disini.
Tanpa basa-basi, Katsuya langsung mengalirkan sihir ke seluruh tubuhnya dan menghantam lawan-lawannya. "Maju semuanya" ucap Katsuya menantang. Bahkan siswa-siswa yang berasal dari akademi yang berbeda pun merasa terprovokasi dengan sikap Katsuya sehingga mereka semua bertarung melawan Katsuya yang sendirian.
Sementara itu Akira terlihat terlempar ke tepi pantai. "Oii, apa ada orang?" teriak Akira yang sedang melihat-lihat ke sekeliling . Lalu ia melihat seorang siswa yang berpakaian Akademi Spica yang kemudian tiba-tiba menyerangnya dengan bola api. Untungnya Akira bisa menghindarinya. "Ett, tunggu kita bisa bicara dulu sebentar" ucap Akira, namun pria yang dari Spica tersebut terus menyerangnya. "Sial, kenapa semua orang Veltora selalu ingin bertarung" ucapnya yang masih mengingat pertarungan melawan bangsawan Velmont. "Ini memang arena pertarungan bodoh" jawab siswa yang dari Spica tersebut sambil terus menyerang Akira.
Disisi Yusei dan Sai, mereka terlempar ke tempat yang sama, yaitu di padang pasir. "Kita ke arah sana" ucap Sai sambil memandu jalan menuju keluar padang pasir. "Sepertinya kau tau banyak ya" jawab Yusei dengan datar. Sambil berjalan menuju arah yang mereka tuju, mereka berbincang-bincang tentang sesuatu.
"Apa kau tau rumor tentang Kerajaan Luminara?" tanya Sai. "Ya, Kerajaan kecil yang katanya berada di padang pasir ini kan ?" jawab Yusei. "Apa kau percaya dengan kerajaan itu?" tanya Sai. "Selagi tidak merugikan ku, aku percaya" jawab Yusei dengan simpel. "Jika aku bilang aku berasal dari Luminara, apa kau tetap percaya?" tanya Sai. "Selama itu tidak merugikan, aku akan percaya" jawab Yusei. "Hahaha... Kau benar-benar simpel, Yusei" balas Sai.
Ketika sedang berjalan, mereka melihat siswa dari Akademi Betelgeuse sedang bertarung dengan siswa dari Akademi Antares. Sihir angin dan petir bertabrakan dan membuat ledakan-ledakan sihir. Mereka terlihat sama-sama kuat dan sama-sama tidak ingin kalah. "Kau di pihak yang mana?" tanya Sai. "Sebaiknya kita menyaksikan saja" jawab Yusei yang tidak ingin mengganggu pertarungan mereka.
Di tepi danau di dekat hutan, "Namaku Gideon Lysander, seperti yang kau lihat, aku perwakilan dari Akademi Regulus. Siapa namamu?" seorang siswa yang mengenakan seragam Akademi Regulus memperkenalkan diri kepada Kisaragi. "Kisaragi Arashi, Altais" jawab Kisaragi singkat. "Wah wah, sepertinya kau tidak terlalu bersemangat" jawab Gideon dengan menyeringai. "Aku tidak terlalu tertarik untuk ikut acara ini" jawab Kisaragi dengan datar. "Tidak terlalu tertarik ya? Hmm..." tiba-tiba Gideon langsung menyerang Kisaragi dengan tombak-tombak es nya.
"Jangan terlalu sombong anak Altais, aku bersusah payah untuk menang dari teman-temanku untuk ikut ke sini" lanjut Gideon yang tiba-tiba berubah menjadi marah. "Jangan bicara seolah-olah kau terlalu kuat sehingga dipilih akademi untuk ikut di arena ini" lanjut Gideon yang masih marah dan terus menyerang Kisaragi.
Kisaragi menangkis semua sihir es yang diberikan oleh Gideon. "Aku tidak terlalu tertarik dengan masalahmu" jawab Kisaragi dengan datar sambil terus menghindar dan menangkis serangan Gideon dengan sihir angin miliknya.
"Ada apa Altais sialan? Hanya bisa menghindar?" ucap Gideon yang semakin emosi karena semua serangannya berhasil dihindari dan ditangkis oleh Kisaragi dengan tenang tanpa ekspresi. "Kau menyerang ke arah mana?" ucap Kisaragi dengan nada yang datar, hal itu membuat Gideon semakin marah dan memberikan serangan yang lebih banyak secara bertubi-tubi "Jangan mengejekku" teriak Gideon dengan nada yang marah.
"Es seharusnya adalah elemen yang kuat, sihir tingkat lanjut dari elemen air. Beginilah jadinya jika elemen yang kuat digunakan oleh orang yang bodoh" sindir Kisaragi dengan tersenyum tipis. "Brisik..." balas Gideon. "Biar ku tunjukkan bagaimana cara bertarung" ucap Kisaragi yang mulai mengalirkan sihir ke seluruh tubuhnya dan memutar arahnya hingga mendekati Gideon.
"Jiyu no Tsubasa" Kisaragi terbang melesat dengan cepat ke arah Gideon dengan membentuk sayap dari angin dengan kedua tangannya, hingga setelah sampai di dekat gideon, Kisaragi melemparkan kedua sayap tersebut hingga mengenai Gideon dengan telak. Gideon terlempar dan terengah-engah. Ia kehabisan tenaga karena terlalu banyak menggunakan sihir es.
"Siaal..." ucap Gideon yang mencoba berdiri sambil terengah-engah, namun Kisaragi telah bersiap didepannya dengan mengepalkan tinjunya yang telah dilapisi oleh angin yang bertiup kencang. "Gideon ya, akan ku ingat kekonyolan mu" ucap Kisaragi yang akan segera melayangkan pukulannya ke Gideon. "Tenku Shogeki" sebuah pukulan yang kuat telak mengenai Gideon. Ia pun terlempar dan tak sadarkan diri, hingga menjadi peserta pertama yang gugur dalam pertempuran.
Setelah mengalahkan Gideon, tiba-tiba seorang pria keluar dari balik pohon besar yang dari tadi bersembunyi sambil menyaksikan pertarungan Gideon melawan Kisaragi. "Emosi yang labil dan serangan yang amburadul, Gideon memang pria bodoh. Benarkan Kisaragi?" tanya pria tersebut yang memakai seragam Akademi Betelgeuse. "Siapa kau ?" tanya Kisaragi dengan wajah datar dan ekspresi terheran-heran melihat seorang siswa lain tiba-tiba sok akrab dengannya.
Waktu terus berlalu, dan pertandingan masih terus berlanjut. "Jangan mengambil mangsaku Kiria..." teriak Hitomi yang sedang menyerang membabi-buta melawan setiap orang akademi lain yang ada di depannya. "Brisik..." jawab Kiria yang juga berada disana sambil membantu Hitomi menghabisi setiap lawan yang ada. Mereka berdua berada di hutan yang letaknya tidak jauh dari Katsuya. Kombinasi petir merah Kiria dan bunga api Hitomi membuat lawan mereka tidak mampu berkutik dan gugur satu persatu. "Membosankan, ayo lawan aku Kiria" ucap Hitomi yang sudah mengalahkan semua lawan yang ada di dekatnya. "Apa kau bodoh?" balas Kiria yang kemudian pergi untuk mencari lawan yang lain. Dan di pertengahan jalan mereka berpapasan dengan Katsuya yang juga sudah mengalahkan semua lawan di dekatnya.
Hari sudah semakin siang, Mikasa, Arata, Ryota dan Saya sudah gugur di pertempuran hingga perwakilan dari Akademi Altais tersisa 10 orang lagi yang masih bertahan. Akira yang sedang di tepi pantai, Yusei dan Sai yang sedang di padang pasir, Katsuya, Kiria dan Hitomi yang sedang di hutan, Kisaragi yang sedang di tepi danau, Airi dan Kaito yang sedang berada di gunung, serta Eiji yang sedang berada di lembah di bawah tebing. Mereka masih terus berjuang dalam pertarungan Battle Royal ini.