Jatuh cinta pas masih umur enam tahun itu mungkin nggak sih?
Bisa aja karena Veroya Vogt benar-benar mengalami jatuh cinta pas usianya enam tahun. Sayangnya, cinta Ve sama sekali nggak berbalas.
Dua puluh tahun kemudian, ketika ada kesempatan untuk bisa membuat Ve mendapatkan pria yang jadi cinta pertamanya, apa Ve akan memanfaatkannya dengan sebaik-baiknya?
Gimana perjuangan Ve, untuk mendapatkan cinta dari King Griffin A. Cassano?
" Bagaimana dengan membentuk aliansi pernikahan dengan ku? Bukankah tujuan mu akan tercapai? "
" Kau mabuk, ya? "
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little ky, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menyukainya
Matahari sudah sangat tinggi saat pasangan pengantin baru menampakkan batang hidung mereka. Acara sudah dimulai beberapa jam yang lalu, meninggalkan pasangan pengantin baru yang tengah di mabuk gairah ini.
Veroya terlihat cantik sekali dengan gaun sederhana tanpa lengan dengan tali spaghetti berwarna maroon. Gaun ini panjang hingga mata kaki, tapi memiliki belahan hingga ke paha. Untuk Veroya yang memiliki tinggi di atas rata-rata, gaun ini terlihat sangat cocok dengannya.
Sejak turun dari kamar VVIP, Veroya terus mendampingi Griffin menyapa beberapa tamu penting dari keluarga de Niels. Mereka ini orang-orang yang memiliki kekuasaan di pemerintahan. Tidak heran sih, Veroya memang tahu bagaimana sepak terjang Griffin selama ini. Suaminya ini memang sangat pandai melobi orang-orang penting untuk menjadi pendukungnya.
Semua tamu Griffin memuji dan memuja kecantikan Veroya. Jelas saja, karena Veroya memiliki daya pikat yang tinggi. Tubuhnya indah, kulitnya putih, belum lagi keistimewaan Veroya yang merupakan blesteran Jerman-Jepang. Kalau soal bentuk fisik dan penampilan, Veroya juaranya. Asalkan jangan ditanya soal kepintaran saja, kalau menyangkut itu Veroya tidak juara.
" Istri anda sangat cantik, tuan Cassano... Sungguh anda berdua adalah pasangan yang sangat serasi. Anak-anak kalian nanti akan memiliki bibit unggul. " puji seorang pria tua berkepala botak yang Veroya tahu merupakan salah satu anggota parlemen.
" Terima kasih atas pujian anda, tuan. " Veroya menunduk kecil. Pipinya terlihat bersemu jika disinggung tentang anak. Jadi teringat cara membuatnya.
Griffin tersenyum tipis, biasalah, suami Veroya ini memang minim ekspresi jika bersama orang lain. Saat bersama dengan Veroya juga masih minim ekspresi sih tapi kalau sudah di ranjang baru muncul itu macam-macam ekspresi di wajah Griffin.
Veroya menggeleng pelan, mencoba mengusir bayangan cara membuat anak yang kerap dia lakukan bersama Griffin. Bahkan baru beberapa jam yang lalu mereka kembali memproses pembuatan anak. Veroya malu sendiri kalau mengingat bagaimana liarnya dia saat berbagi peluh dengan Griffin.
' Otak ku sudah tercemar kemesuman King ini.. ' Veroya merutuki dirinya sendiri.
" Apa anda tidak enak badan nyonya muda Cassano? Wajah anda memerah. " tanya salah satu istri kolega bisnis Griffin.
" Oh.. Tidak kok.. Hanya.. Ehm.. panas.. Ya, cuacanya sangat panas ya.. " Veroya terkekeh kaku.
Griffin yang melihat istrinya bagai ke gap tengah memikirkan yang tidak-tidak langsung menyeringai. Sepertinya istrinya mulai nakal. Di saat seperti ini justru memikirkan kegiatan yang menjadi hobi baru mereka.
" Jangan dibayangkan, Ve.. Kalau masih kurang yang tadi, bisa kita sambung nanti malam. " bisik Griffin.
Mata Veroya terbelalak, " Heh.. Bicaranya itu lho. " Veroya makin tersipu.
" Nggak usah munafik, darl.. Aku tahu kamu mulai ketagihan. Aauuwww.. " pekik Griffin tertahan.
Di bawah sana, Veroya menginjak kaki Griffin tanpa ada orang yang mengetahuinya. Suaminya ini perlu diberi pelajaran, sudah tahu dia sedang malu malah semakin digoda.
Para tamu undangan yang memperhatikan gerak gerik pasangan baru ini ikut tersipu. Keduanya terlihat sangat romantis sekali. Apalagi Griffin terlihat begitu memuja istrinya. Tanpa mereka ketahui terkadang keduanya bisa seperti Tom and Jerry.
Pemandangan yang dinilai romantis oleh para tamu undangan tidak begitu di mata Rukia. Perempuan ini terlihat sangat kesal. Baru tidak bertemu selama satu minggu dengan pasangan ini, kenapa keduanya justru terlihat semakin mesra. Padahal awalnya tidak seperti itu.
Rukia tidak menyukai pemandangan ini karena seharusnya yang ada di posisi Veroya adalah dirinya. Rasanya tidak adil, jika Veroya yang bodoh itu bisa bersama seorang pria jenius seperti Griffin.
' Ck.. Aku harus segera mengambil tindakan. Kalau tidak, langkah ku untuk memiliki tuan Cassano akan semakin sulit. ' Rukia berujar dalam hati.
" Lihat di depan sana!! Karena kau lamban, jadinya semakin dekat saja tuan Cassano dan anak pengkhianat itu. " bibi Rukia maju untuk memanas-manasi keponakannya.
" Diam lah, obachan.. Aku sedang berpikir langkah untuk memisahkan mereka berdua. " kuping Rukia langsung panas mendengar ucapan bibinya.
" Ck.. Berpikir terus tapi tidak kau realisasikan sama juga bohong, Kia.. " cibir bibi Rukia.
" Obachan.. " desis Rukia. Semakin buruk saja suasana hati Rukia saat ini.
" Ya.. Ya.. Ya... Kalau nanti kau terlambat bertindak karena terlalu banyak berpikir, jangan kau menyesal. " setelah mengatakannya, bibi Rukia langsung berlalu pergi.
Rukia itu terlalu angkuh lantaran selama ini dididik menjadi pewaris kekayaan keluarga Keichiro. Siapa sangka di akhir, justru kekayaan Keichiro yang selama ini dikelola oleh orang tua Rukia justru diwariskan pada Hanabi yang dulunya dianggap mengkhianati keluarganya karena lari saat dijodohkan.
" Lihat saja nanti.. Akan aku rebut kembali apa yang seharusnya menjadi milik ku. " tangan Rukia terkepal kuat. Menandakan betapa marahnya dia saat ini.
*
*
" Ken.. " Jade memanggil asisten pribadinya. Seseorang yang sejak dulu selalu berada di samping Jade.
" Ya, tuan muda. " Ken langsung mendekat.
" Coba kau katakan padaku, bagaimana penampilan Veroya? Apa dia terlihat cantik? " tanya Jade sangat penasaran.
" Nyonya muda Cassano sangat cantik tuan. Beliau terlihat sangat bersinar sekali, meski tidak bisa ditutupi, di matanya terlihat ada kelelahan. " lapor Ken mendetail.
" Benarkah? " Jade kemudian terkekeh, " Griffin tidak membiarkan Veroya beristirahat ternyata. "
Ken menatap aneh ke arah Jade. Ken sendiri dibuat bingung bagaimana sebenarnya perasaan Jade pada Veroya. Sejak Ken ikut Jade lima belas tahun yang lalu, Ken sangat tahu jika Jade memberikan perhatian lebih untuk Veroya. Tapi kenapa saat Veroya menginginkan Jade membantunya menolak perjodohan, justru Jade mengoper pada Griffin.
" Sepertinya ada yang mengganggu pikiran mu, Ken? " tanya Jade yang sangat peka pada sekitar. Meski tidak bisa melihat tapi Jade memiliki perasaan dan kepekaan yang kuat.
" Ah.. Maafkan saya, tuan muda.. " Ken terperangah ditanya seperti itu.
" Saya memang memiliki sesuatu yang cukup mengganjal. Tapi saya tidak ingin lancang dengan menanyakannya langsung pada anda, tuan muda. " tutur Ken sopan. Dia memang memiliki usia yang jauh lebih tua dibanding Jade. Tapi Ken tetap menghormati Jade sebagai tuan mudanya. Orang yang dia berikan seluruh bentuk pengabdiannya.
" Oh ya?? Kalau begitu coba kau katakan!! Aku ingin mendengarnya. " suara Jade terkesan sangat penasaran.
Ken sesaat sempat ragu, dia takut menyinggung perasaan Jade. Bagaimana pun juga, yang akan dia tanyakan ini menyangkut perasaan Jade yang sebenarnya.
" Ayolah, Ken.. Aku menantikannya. " Jade nampak tak sabar.
Ken menghela nafas, jika sudah begini dia pun terpaksa bertanya. Sudah mendapatkan lampu hijau dari Jade, meski sedikit sungkan Ken pun mengutarakan apa yang mengganjal di pikirannya.
" Begini tuan muda, saya sedikit penasaran, apa anda memiliki perasaan seperti menyukai pada nyonya muda Cassano? Saya lihat selama ini anda memperhatikan beliau. Anda, terlihat selalu mengedepankan apapun yang berhubungan dengan nyonya muda Cassano. " Jade mengangguk paham.
Tidak salah jika Ken sampai berpikiran seperti itu. Selama ini memang Jade sangat memperhatikan apapun yang berhubungan dengan Veroya. Semuanya, tanpa ada yang dia lewatkan jika itu berhubungan dengan Veroya.
Jade bahkan tak segan mendatangi Veroya dimana pun dia berada meski harus melintas negara atau benua. Jade, selalu ada disaat Veroya sedih. Jade selalu menjadi tempat Veroya berbagi suka dan duka. Jade menjadi pendengar yang baik untuk Veroya selama ini.
Siapa saja yang melihatnya pasti berpikiran sama seperti Ken. Jade tidak bisa melarang mereka berpikiran seperti itu. Tapi apakah benar Jade menyukai Veroya...
" Suka ya???? " ekspresi Jade nampak tengah berpikir, " Tentu saja aku menyukai Veroya.. "
Deg...
Jantung Ken langsung mencelos, sungguh malang sekali tuan mudanya karena menyukai seseorang yang tidak akan membalas perasaannya.