Yoooooo.... my Family, welcome back to my story. Sesuai permintaan, aku lanjut nulis Zandra. Dan ini adalah Zandra season 6, semoga kalian suka yaaa.❤️❤️❤️
Kembalinya penerus Zandra, yang mana semua anggota keluarganya harus berpencar. Setelah kematian sang legendaris Yumi, dan alasan lain harus memimpin perusahaan di setiap kota dan negara.
Keturunan Zandra, yang memilih untuk tetap tinggal di rumah utama. Ternyata mendapatkan petualangan misteri, dan tentunya berhubungan dengan MEREKA (si makhluk halus)
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nike Julianti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Terpojok
Seperti film-film India dulu, dimana polisi datang setelah masalah selesai. Begitu juga, dengan para dosen di kampus tersebut. Mereka datang, setelah pertarungan selesai.
"Ada apa ini? Kenapa kalian semua berkumpul di sini? Apa kalian melakukan aksi demo?" tanya salah satu dosen
Tak ada yang menjawab, namun Byan dengan dibantu oleh anak buahnya. Ia menatap sengit pada Luna, yang tengah memakai jaketnya. Lalu ia berjalan, menuju para dosen.
"Dia... Lihat, apa yang sudah dia lakukan padaku." Adu Byan
"Cih... Pengadu" ucap Luna pelan, namun ia berdiri di depan ketiga saudaranya. Seraya memasukkan kedua tangannya, ke saku jaket. Menatap dingin Byan dan kumpulan dosen, yang berjumlah 5 orang tersebut.
"Kenapa kamu melakukannya?" tanya dosen yang bernama Lukman
"Melakukan apa" tanya Luna santai
Byan benar-benar merasa marah, karena dirinya di permalukan di depan banyak orang. Bahkan, ia harus di kalahkan oleh seorang perempuan. Tentu saja nama baiknya, sebagai juara taekwondo tercoreng. Hanya dalam hitungan menit, ditambah tak ada luka sama sekali di tubuh Luna.
"Kamu melukai tanganku dan membanting tubuhku." jawab Byan, Luna tersenyum miring
"Apa ada bukti?" tanya Luna
"Banyak saksi" jawab Byan, Luna menatap ke sekeliling
"Apa kalian melihat, apa yang di katakan olehnya?" tanya Luna
Semua orang terdiam, namun tak lama mereka menggelengkan kepalanya serentak.
"See? Mana saksi yang kamu maksud?" tanya Luna, membuat Byan semakin berang
Byan menatap nyalang pada semua orang, yang ada di lapangan tersebut. Namun, kini tak ada rasa takut pada mereka. Luna saja yang sendiri, berani melawan Byan. Apalagi mereka, yang lebih dari satu orang.
Byan mendengus
"Rupanya kalian sudah berani padaku, apa kalian tidak takut aku keluarkan. Kalian tidak lupa bukan, siapa ayahku?" Luna terkekeh, mendengar ucapan Byan. Seperti lelucon untuknya, sangat lucu.
"Apa kamu anak papih?" tanya Cia, seraya melangkahkan kakinya sejajar dengan dengan Luna. Jangan lupakan tangan dan mulutnya, masih bekerja sama untuk memindahkan snack ringan dari bungkusan ke perutnya.
Byan menoleh, menatap Cia yang tak kalah cantik.
"Apa liat-liat gue, lo. Mau gue colok, pake tusuk sate." ucap Cia, ia memelototkan kedua bola matanya
'Definisi buaya yang sebenarnya' ucap Ghava
'kenapa?' tanya Cia
'Tadi dia terpesona pada Luna, sekarang ia melakukan hal yang sama padamu. Menatap lapar, seolah ingin menelanmu.' jawab Ghava
'Hiiiiii..... Pantesan matanya mesum gitu, udah kaya anj*ng pengen kawin.' Cia bergidik ngeri, karena melihat tatapan Byan
"Kenapa harus takut ma lu?" tanya Cia
"Karena hanya dengan aku mengadukan semua ini pada ayahku, kalian pasti akan dikeluarkan dari kampus." jawab Byan pongah
"Sakit jiwa, mau bikin kampus ni bangkrut lo. Ngotak kalo ngomong, kalo lu keluarin semua orang di kampus ni. Itu artinya lu nyuruh tutup, ni kampus. Ihhh... Badan aja lu mah yang gede, tapi otaknya segede kacang tanah. TOLOL" ucap Cia kesal, kok ada yang bangga sama kelakuannya
"Pfffftt" Ghava menahan tawanya, Ali menunduk menyembunyikan senyumannya. Wajah Byan semakin merah, karena malu
Luna memang tak banyak bicara, ia hanya akan bermain fisik bila memang diperlukan. Tapi tidak dengan Cia, mulut nya benar-benar level 100. Siapa saja yang adu mulut dengannya, jangan harap bisa menang.
Salah aja, Cia bisa jadi bener. Apalagi kalo di bener, bisa habis lawan bicaranya. Cia lah simbol untuk perumpamaan, WANITA SELALU BENAR.
Bukan hanya Ghava yang menahan tawa, semua mahasiswa dan bahkan para dosen pun demikian.
"O iya, gue juga mau ngelaporin masalah pelecehan yang ternyata sering terjadi di kampus ini. Apa di antara kalian, ada yang menjadi korban Byan dan antek-anteknya?" ucap Ghava, seraya bertanya.
Ghava ikut maju, dan kini sejajar dengan kedua saudarinya. Ia juga memasukkan kedua tangannya, ke dalam saku celana. Banyak yang terpesona pada Ghava, meski tengil. Paras Ghava, tentunya sama-sama tampan dengan Ali.
Para perempuan yang pernah menjadi korban, menggigit bibir bawahnya. Bingung, bila mereka maju sama dengan membuka aib mereka. Tapi, bila tak maju. Byan akan semakin menjadi, dan korban pasti akan bertambah.
Para dosen dibuat diam, mereka memang pernah mendengar hak tersebut. Tapi, karena lagi-lagi dengan alasan takut dikeluarkan. Mereka memilih untuk diam, menutup mata dan telinga.
Di keheningan tersebut, tiba-tiba ada yang mengangkat tangannya. Semua orang, mengalihkan pandangan mereka.
Karena tubuhnya yang mungil, dan posisi ia berdiri ada di tengah orang-orang yang tinggi. Sehingga orang-orang tak ada yang bisa melihat wajahnya, kecuali yang ada di dekatnya.
Perempuan itu maju ke depan dan melangkah ke dekat Luna, ia memilih untuk berdiri di dekat penyelamatnya. Kini semua orang, bisa melihatnya. Gadis mungil, yang terlihat cantik dan imut.
Luna tersenyum, dan mendekap bahunya. Ya... Entah kenapa, Luna merasa jatuh cinta pada gadis ini. Tentunya bukan jatuh cinta, dalam artian yang sebenarnya. Hei... Luna masih normal ya.
Semua orang yang melihat senyuman Luna, terpesona bukan main. Cantik, sama dengan Cia yang sudah biasa tersenyum dan tertawa.
"Hai Risa, bagaimana kabarmu?" tanya Luna
'Baik kakak, semua ini berkat kakak.' jawabnya dengan menggerakkan kedua tangannya
"Alhamdulillah, syukurlah." Risa mengangguk, senyuman tak luntur dari bibirnya.
Cia menoleh dan menengadah, ia melihat ekspresi Ghava. Antara ingin tertawa dan mengeluarkan kata-kata mutiaranya, wajah Ghava saat ini seperti orang cengo. Bahkan wajahnya memerah, saking terpesonanya
"Sadar woy, istighfar." ucap Cia, seraya menyikut Ghava
"Ck, ganggu aja lu. Orang lagi nandain bidadari juga, pasti di kayangan lagi sibuk." balas Ghava, membuat Cia dan Luna mengerutkan dahinya. Risa pun ikut menoleh dan memperhatikan Ghava, membuat pria tampan itu salah tingkah.
"Kok bisa, di kayangan sibuk?" tanya Cia
"Iyalah sibuk, mereka pasti lagi nyari salah satu bidadari nya. Yang ternyata terdampar di sini, di deket pangeran tampan." jawab Ghava tersenyum, membuat wajah Risa terasa panas dan memerah.
"Dih... Istighfar lo" ucap Luna dan Cia serentak, membuat Ghava kesal
"Ehem... Oke, apakah ada lagi?" tanya Ghava, Ghava paham dengan perasaan para korban.
"Gue paham, kalo ku semua ngerasa malu buat mengakui di sini. Kalian bisa ke kantor polisi, nyusul gue nanti. Kalian, bisa laporkan langsung nanti di sana." Ghava menghembuskan nafas pelan
"Gue tau, kalian merasa malu. Karena ini semua merupakan aib menurut kalian semua, meski tidak sampai merenggut kehormatan kalian. Namun kalian merasa, harga diri kalian sebagai perempuan terinjak-injak. Kalian merasa diri kalian hina dan kotor, karena perlakuan dia dan antek-anteknya. Tapi asal kalian tau, gambar yang di ambil oleh bajingan itu. Sudah tersebar di website ilegal, dan menjadikan wajah kalian sebagai pemuas untuk laki-laki yang sakit jiwanya."
DEG
Tentu saja, ucapan Ghava seperti belati yang menancap tepat di jantung para korban. Sehingga membuat mereka yakin, untuk ikut melaporkan Byan ke kantor polisi.
Wajah Byan dan teman-temannya, langsung pias.
...****************...
Alhamdulillah bisa nulis dan tepat waktu🥰
Jangan lupa jadiin Favorit dan tinggalkan jejak, like, komen, vote dan gift 🥰🥰🥰
...Happy Reading All...
ketembak tp kok GK ad yg luka y
🤣🤣🤣🤣🤣🤣🤣
mak gk ada keinginan triplet??
🥰🥰🥰🥰🥰