“Memangnya aku sudah gak laku?, aku bahkan belum pernah mencoba mendekati seorang gadis.” Gerutu Kevin. -Kevin Alexander Geraldy-
Beberapa hari setelah ia tiba di jakarta usai menyelesaikan pendidikan dokternya, ia mendapatkan kejutan dari papi dan mommy nya, bahwa papi Alexander menginginkan Kevin menikahi seorang gadis, dan yang paling membuat Kevin begitu emosi adalah, pernikahan ini adalah buntut dari sebuah surat wasiat yang di terima Alexander 15 tahun yang lalu.
“Aku juga tidak ingin menikah denganmu, aku menikah dengan mu karena aku tak ingin image baik yang sudah menempel padaku rusak begitu saja,” balas Gadisya dengan emosi yang tak kalah dahsyat nya. “Aku hanya yatim piatu yang kebetulan beruntung bisa mewujudkan impianku menjadi dokter, aku tak memiliki apa apa, bahkan silsilah keluarga yang bisa ku banggakan, jadi setidaknya aku harus mempertahankan nama baikku, karena itu adalah harga diriku, dan aku bangga. -Gadisya Kinanti-
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon moon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22.
Tak lama setelah Gadisya selesai bersiap, mereka pun meninggalkan apartemen, jangan ditanya bagaimana bunyi genderang yang sedang bertalu talu di dada Kevin, sebisa mungkin ia menetralkan hati dan ekspresi nya, bagaimanapun ia masih di buat tercengang, lebih tepatnya terpesona pada Gadisya.
Pembicaraan mereka malam sebelumnya seolah tak meninggalkan bekas apapun, Gadisya yang semalam muram bahkan menolak saat Kevin mengajaknya makan malam diluar, pagi ini terlihat lebih ceria dan yang lebih mengherankan, ia terlihat seperti tak memiliki masalah, ia justru banyak tertawa dan banyak mengajaknya bicara.
"Pinjam ponsel?" Pinta Gadisya di tengah perjalanan mereka menuju rumah sakit.
"Mau apa?" Tanya Kevin curiga.
"Mau save nomor mu lah, abang pikir aku mau memeriksa isi ponsel." Jawab Gadisya santai. "Lagian kan aneh, mana ada pasangan suami istri tapi tidak punya nomor pasangannya."
Kevin pun menyerahkan ponselnya, tapi pandangannya masih mengarah ke jalanan.
Gadisya menatap ponsel di tangannya, "password?" Tanya Gadisya manakala menatap kombinasi titik titik di layar ponsel Kevin.
"Huruf 'G' besar."
Tak lama Gadisya pun berhasil membuka ponsel suaminya.
"Oh iya kita belum pernah foto berdua, lihat kemari," Gadisya melepas belt nya kemudian ia mendekat, wajahnya nampak tersenyum ceria, berbeda dengan wajah Kevin yang masih dingin dan kaku,"Senyumlah, kenapa wajahmu kaku sekali?"
Akhirnya … walau sedikit terpaksa, kevin menampakkan senyumnya, Gadisya terdiam sesaat, senyum itu begitu menawan di matanya, tapi kemudian ia segera menepis perasaannya.
Sesudahnya Gadisya pun mengembalikan ponsel milik suaminya.
"Suami"
Gadisya menyematkan kata itu ketika menyimpan nomor Kevin, dan menambahkan foto mereka beberapa saat lalu sebagai wallpaper ponselnya.
"Gantilah ponselmu."
"Tidak, aku suka ponsel ini."
"Jangan membuatku malu, dengan ponsel butut mu itu,"
"Aku tidak malu, benda ini aku beli dengan gaji pertamaku menjadi dokter, jadi saat aku memakai ponsel ini, aku merasa sedang menghargai usaha dan kerja kerasku." Jawab Gadisya panjang lebar.
"Katamu mau jadi istriku yang sesungguhnya, mulai lah dengan mengganti benda butut itu, pakai ini," kevin menyodorkan debit card miliknya.
"Tidak perlu, simpan saja, aku akan membelinya dengan uangku sendiri." Tolak Gadisya.
"Kalau begitu, aku tidak akan makan masakanmu lagi,"
"Kenapa?"
"Tidak ada alasan," jawab Kevin datar. "Selama kamu menolak pemberian ku, aku pun akan menolak pemberianmu."
Dengan berat hati, Gadisya pun menerima debit card tersebut.
"Gunakan juga untuk kebutuhan Apartemen, jika kamu menolak, perjanjian 3 bulan itu berakhir,"
"Baiklah … terserah kau saja, jangan menyesal kalau saldo kartu ini tiba nol."
"Habiskan saja jika bisa, asal kamu tahu, sejak mendapatkan kartu itu, aku belum pernah memakainya sama sekali, saat ini entah sudah berapa banyak isinya."
Gadisya terbelalak, memiliki suami anak sultan memang beda, bahkan ATM nya saja tidak pernah digunakan.
Kevin tersenyum melihat ekspresi terkejut dari wajah Gadisya, "itu uang kepemilikan sahamku di Twenty Five Hotel, jadi tanpa ikut campur di sana, ATM di tanganmu akan terus terisi secara otomatis setiap bulannya."
"Baiklah, karena kamu sudah mengizinkannya, maka aku pun tak akan segan menggunakannya," Gadisya melengkungkan senyumnya.
Mereka pun tiba di tempat parkir khusus milik Kevin, ketika berjalan meninggalkan parkiran, Gadisya sengaja menggandeng tangan Kevin, "hanya 3 bulan." Ujar nya beralasan, ketika Kevin nampak terkejut dengan apa yang ia lakukan.
Kevin dan Gadisya berjalan beriringan, bahkan banyak mata menatap mereka saat ini, namun Gadisya hanya membalasnya dengan senyuman, lain Halnya dengan Kevin yang tetap datar tanpa ekspresi.
"Tersenyumlah, mereka sedang menyapa, setidaknya dengan senyuman, Abang bisa menghargai orang lain."
Kevin tak mempedulikan ucapan Gadisya.
Ketika tiba di persimpangan lorong, Gadisya menarik lengan Kevin. "Iiihhh apa lagi sih?" Ujar Kevin kesal.
Gadisya mendekat, kemudian menarik kedua sudut bibir Kevin, hingga membentuk senyuman, "jika seperti ini, suamiku terlihat lebih tampan," ujarnya dengan suara lembut, "terima kasih sudah mengantarku, nanti aku tunggu di ruanganmu."
Sebelum berlalu pergi, Gadisya melambaikan tangannya.
Kevin hanya tertegun menatap Gadisya yang kini berjalan menuju ruang praktek nya, beberapa pasien nampak langsung menyapa nya, bahkan ada yang mencurahkan isi hatinya, namun Gadisya dengan sabar mananggapi tanpa sedikitpun mengeluh apa lagi menolak kehadiran mereka.
🌻🌻🌻
Sore itu sesuai janji, Kevin menemani Gadisya ke supermarket.
Seperti layak nya pasangan pengantin baru, Gadisya benar benar membuat Kevin mati gaya.
Karena di luar lingkungan rumah sakit, Gadisya kini sengaja melingkarkan lengan nya di lengan suaminya.
"Hanya 3 bulan." Ujarnya, dan lagi lagi membuat Kevin tak bisa berkata kata.
Kevin terdiam, berbagai asumsi bermunculan di kepalanya, bagaimana bisa Gadisya bersikap seperti ini, sementara Kevin bahkan tak meminta maaf untuk kejadian 'malam pertama' mereka seminggu yang lalu.
Gadisya memasukkan semua barang barang yang ia inginkan ke dalam troli, sementara Kevin mengikutinya dari belakang sembari mendorong troli berisi belanjaan mereka, tak ada rasa bosan sama sekali, Kevin justru diam diam menikmati senyum dan ekspresi Gadisya ketika sedang memeriksa barang barang yang ia inginkan, memeriksa tanggal kadaluarsa, kandungan yang ada di dalam nya, bahkan efek samping jika terlalu banyak mengkonsumsinya, semuanya ia pertimbangkan matang matang, tak jarang ia meminta pendapat Kevin, walau Kevin hanya menanggapi seadanya, tapi Gadisya seolah tak patah semangat mengajak suaminya berbicara.
"Makanan apa yang Abang suka?" Tanya Gadisya ketika mereka tiba di area Fresh food.
Gadisya menatap deretan ikan, daging dan ayam yang berjajar di etalase kaca.
"Sup daging buatan mommy." Jawab Kevin, dia pikir itu bisa setidaknya membuat Gadisya cemberut, namun sungguh di luar dugaan, Gadisya justru tersenyum senang.
"Benarkah?, ah … baiklah, nanti aku akan menemui mommy, untuk menanyakan bagaimana cara membuatnya,"
Gadisya memesan daging, beberapa jenis Ikan, serta seafood. "Abang ada alergi seafood?" Gadisya takut terjadi sesuatu yang tidak diinginkan seperti tragedi coklat yang membuat mereka terpaksa menikah.
Kevin hanya menggeleng tanpa suara.
Selagi menunggu ikan pesanannya di bersihkan, Gadisya melihat lihat beberapa bumbu dan rempah, karena membeli ikan dan seafood di perlukan rempah khusus agar tak meninggalkan bau amis.
Lagi-lagi Kevin mencuri pandang ke arah Gadisya, "oh ya tuhan, lama lama suaranya bisa membuat kepalaku pecah, sejak pagi dia terus menerus mengajakku berbicara, apa dia sudah merekam semu kata katanya? Kenapa dia tak lelah bertanya dan membicarakan ini itu, sungguh menyebalkan." Gerutu Kevin.
Tapi pandangan matanya justru mengatakan sebaliknya, ia terus menatap dengan pandangan yang sulit di artikan, Kevin sungguh benci mengakui ia mulai suka menatap senyum di wajah istrinya, apalagi ketika berbicara dengan suara lembut mendayu, bahkan ketika Gadisya memegang tangan serta memeluk lengannya, sungguh ada sesuatu yang sulit ia artikan.
Lamunan Kevin musnah, lantaran ia merasakan ada seseorang yang tak sengaja mendorong trolinya.
Mereka sama sama terkejut, apalagi yang membuat Kevin terkejut adalah bertemu seseorang yang membuat Kevin dan Gadisya harus melakukan Malam pertama mereka.
🤭🤭