Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Deepika si penyiar radio
Namanya Deepika Yora. Sebuah nama cantik, yang berarti anak perempuan bernasib baik dengan penuh kebahagiaan dan penghormatan di sepanjang hidupnya.. Bukankan nama itu sangat indah?
Dia berusia 22 tahun, bekerja sebagai penyiar radio terkenal di kotanya. Memang pekerjaan itu sudah menjadi cita-citanya sejak duduk di bangku SMA. Meskipun di era globalisasi seperti sekarang ini tak banyak anak muda yang minat mendengarkan radio, tapi ternyata masih ada saja sebagian masyarakat yang menyukai berkirim salam, request lagu favorit, mengirim kartu atensi agar dibacakan oleh penyiar radio, mendengar namanya bisa mengudara merupakan kesenangan tersendiri bagi beberapa orang.
Deepika, begitu dia disapa tinggal berdua dengan ibunya. Karena suatu keadaan membuat kedua orang tuanya memutuskan untuk bercerai sejak Deepika belum genap berusia 2 tahun. Tak ada kenangan apapun tentang sang ayah, bagi Deepika dan ibunya.. sosok ayah hanya dongeng belaka. Karena sejak perpisahan di antara kedua orang tuanya, Deepika tidak pernah sekalipun merasakan kasih sayang dari sosok ayah.
"Buk, helm ku mana?" Sedikit berteriak agar suaranya bisa sampai ke indera pendengar sang ibu.
"Coba sana cari di kecamatan! Orang dari tadi helm batok ditaruh di atas kepala gitu kok, masih geger aja nyariin helm."
Sani, ibu Deepika memutar bola matanya malas melihat keteledoran anaknya. Hampir setiap hari seperti itu.
Deepika tersenyum garing, dia bergegas dengan map dan tas gendong di punggungnya untuk segera berangkat ke tempat kerja. Well, gadis itu merasa sudah sangat siap untuk berangkat bekerja setelah drama ngubek-ubek rumah demi helm batok miliknya.
"Aku berangkat buuuu....!!" Lagi. Teriakan Deepika seperti toa mushola yang baru saja diservis. Nyaring cemengkring.
Baru saja menaiki motornya, Deepika dibuat manyun oleh kelakuan sang tetangga samping rumah. Siapa lagi kalau bukan Abhista Agung, lelaki matang nyaris busuk itu selalu saja membuat hari-hari Deepika seperti naik rollercoaster. Bahagia? Enggak! Nyebelin yang ada.
"Oeeee tetangga! Ini mobil mu ngalangin jalan. Bisa kali di geser dikit masukin ke perut bumi biar nggak ngalangin jalan gini!!"
Aduh.. Nggak ada waktu, hari ini Deepika akan ada meeting tentang progam baru di tempatnya bekerja yang akan dibawakan olehnya. Tapi belum juga sampai tempat kerja, ubun-ubun Deepika sudah ngebul mengeluarkan asapnya karena ulah sang tetangga.
Ditunggu. Deepika berharap sosok Abhista akan muncul dari dalam rumah dan segera menggeser letak parkir mobil lelaki itu. Tapi setelah mengorbankan 30 detik penantian, manusia berstatus bujang belum punya pasangan itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Oowh my my!! Yang bener aja sih!!"
Deepika kesal. Dia menghentakkan kakinya. Dengan gerakan cepat menggulung lengan kemejanya sampai siku, berjalan seperti dewa perang yang siap menancapkan pedangnya ke jantung sang musuh. Emosinya sudah di ujung tanduk, aliran darahnya memanas, detak jantungnya tiba-tiba ngajak goyang APT APT, ini sungguh keterlaluan! Di saat dia kudu buru-buru dan dikejar waktu, Abhista malah berulah kayak gini.
"Mas Abhi!!!" Teriak Deepika membahana.
"Dalem."
Eh eh.. Kok suaranya dekat banget. Dia di mana sih? Pikir Deepika.
Bukan dari dalam rumah, Abhista ternyata keluar dari dalam mobilnya. Mulut Deepika mendadak berbentuk 0. Jadi dari tadi sesepuh itu ada di dalam mobil? Terus kenapa nggak jawab waktu Deepika teriak-teriak kayak orang kesurupan manggilin dia??
Sabar sabar.. Dikasih tetangga kurang waras emang harus nyetok sabar banyak banyak biar nggak ikutan gila dan berujung jadi penghuni rumah sakit jiwa. Nggak! masa depan Deepika terlalu cemerlang jika harus berakhir di RSJ sana. Jelas itu bukan suatu cita-cita yang mulia.
"Dari tadi aku manggil-manggil kamu lho mas!"
Deepika berjalan mendekati tetangga yang nampak santai kayak di pantai.
"Iya denger kok."
"Aku mau kerja! Mobil mu ngalangin jalan, geser gih! Aku buru-buru!" Semua ucapan Deepika diikuti gerakan bibir manyun-manyun bak ikan louhan kurang makan.
"Kan bisa lewat samping. Itu, masih lebar."
Perlu diingat, Deepika sedang terburu-buru. Dia nggak ada waktu buat basa-basi ra nggenah kayak gini.
"Mas! Kalau bisa lewat situ, aku nggak bakal teriak-teriak minta kamu mindahin mobil kali! Udah ah buru, aku bisa telat ini! Mau ada meeting!!"
Masih menggunakan sedikit kesabaran yang makin menipis setipis tisu yang merknya nggak terkenal, Deepika menggunakan cara terakhir agar Abhista mau menggeser mobilnya. Dia akan memanggil pawang si bandot tua di depannya itu, supaya mau menuruti kemauannya.
"Tanteeee.. Tant- eem eeeemmmmhh eeemmmmmmhhhhhh"
Belum sempat terealisasikan keinginan hatinya untuk gembar-gembor meneriakkan nama Sekar, emaknya Abhista.. Mulut Deepika sudah disumpal lebih dulu dengan telapak tangan lelaki yang berdiri di depannya.
"Jangan berisik. Masih pagi. Oke?"
Abhi, panggilan untuk lelaki dengan tinggi 182 cm itu baru melepaskan tangannya dari mulut Deepika ketika yakin jika gadis yang tingginya tak bisa melebihi keteknya itu, tak akan berteriak.
"Aku juga mau ngantor. Kelupaan ambil arsip.. Tunggu sebentar aku geserin mobilnya." Begitulah kira-kira kalimat penyejuk kalbu yang sejak tadi ingin didengar Deepika.
Drama parkir mobil yang melenceng dari kodratnya berakhir ketika dengan bar-bar Deepika membunyikan klakson tanda dia akan memulai perjalanan menuju barat.. Hust! Menuju tempat kerjanya tentu saja.
Dengan muka ditekuk, Deepika melempar asal tas dan map yang dia bawa ke meja kerjanya. Nyatanya berkendara selama sejam lebih dua puluh menit ketambahan empat puluh lima detik yang berujung tibalah dirinya di tempat kerja benar-benar terasa melelahkan.
"Mau es teh Dee? Sekalian aku mau ke pantry." Pertanyaan Sae Bagus Kuncoro, teman satu profesinya merangkap pacar Deepika.
"Nggak ngerepotin kan mas? Hehe.. Maaf ya, gelasnya belum aku cuci soalnya."
Sungguh definisi dikasih hati minta jantung ya manusia bernama Deepika ini, dia dengan tak tahu malu memberikan satu tumbler, dua gelas plastik dan satu cangkir kecil bekas kopi yang entah kapan tidak dia cuci. Bekas ampas kopinya saja sampai mengering di bagian dasar cangkir hitam itu.
Tapi lihatlah, dengan penuh cinta atau mungkin belo'on.. Sae menerima semua perabotan itu. Menuju pantry untuk mencuci dan mengisinya dengan air aki!
Senyuman Deepika mengembang ketika menerima tumbler biru kesayangannya sudah ada isinya, es teh manis bikinan mas pacar emang paling pas buat nyejukin hati yang panas membara karena emosi jiwa.
"Udah kalian tuh mending kawin aja, pacaran lama-lama nanti ujungnya putus! Mau nunggu apa lagi sih emangnya?" Cecar Arya, Chief Content Officer atau direktur konten atau juga program director.
"Aku sih terserah mas Sae aja pak." Deepika senyum malu-malu.
"Nah itu Kun, si Deepi nungguin kamu. Kamu nggak sat set nanti keburu dilalerin anumu!" Sambil tergelak Arya beralih ke ruangan rapat tempat mereka akan membahas projek baru.
"Mulut.. Dilalerin, dikira punyaku sosis basi apa?!" Tak terima Sae bersungut-sungut sendiri.
Rapat yang dihadiri beberapa penyiar dan Arya sebagai program director itu selesai dengan hadirnya program baru di malam Minggu. Acara yang dikhususkan untuk anak-anak gen z itu nantinya akan memutar lagu-lagu hits sesuai request pendengar dan ada pula sesi curhat untuk meningkatkan minat pendengar radio.
"Oke ya. Jadi basicnya Deepi ngerti kan? Nanti Juan yang bakal jadi music director nya nemenin malming kalian di sini." Ucap Arya bersemangat.
"Kenapa harus Deepika sih pak? Kan dia udah pegang empat program di radio kita." Kali ini Lisa yang protes. Dia juga penyiar sama seperti Deepika dan Sae.
"Lah, kan emang program ini yang punya ide awalnya si Deepi. Kenapa emang Lis?" Tanya Arya tahu maksud protes yang dilakukan Lisa.
"Ya nggak apa-apa, tapi kan jam terbang dia udah padat pak. Yang lain lho juga butuh kerjaan. Nggak Deepika mulu Deepika mulu, sapa tau pendengar malah bosen sama suara dia." Terang-terangan Lisa menyampaikan ketidaksukaannya pada Deepika yang dianggap jadi anak mas oleh sang atasan.
Ingin membalas omongan Lisa tapi Deepika lebih dulu diam karena mendengar suara Arya yang menggelegar.
"Lisa, denger ya.. Di sini nggak ada yang namanya persaingan. Kamu, Deepi, Juan, Togar, Kuncup, semua sama! Semua.. Bukan kalian saja, aku nggak pernah beda-bedain kalian. Tapi ya maaf kalau sikapku atau keputusan yang aku ambil bikin kalian sakit hati. Kita semua di sini satu tim, kita keluarga. Jangan ada iri. Jangan ada perpecahan. Bisa kan hidup adem ayem sesuai porosnya?"
Lisa diam. Dia hanya mengangguk.
"Maaf pak, nama ku itu Sae. Bisa kali jangan manggil Kuncup. Kok geli banget dengernya." Protes tentang nama panggilan kali ini dilakukan oleh Sae Bagus Kuncoro.
"Alah Kun Kun, kau tak dengar kah itu bos panggil nama kita orang memang tak ada yang benar! Kau masih mending dipanggil Kuncup, lah.. Aku, nama warisan bapak ku diubah sama dia orang jadi Togar! Macam mana pula itu, tak sedap betul ku dengarnya."
Riuh suara tawa mengiringi kalimat panjang dari Harvey, satu-satunya orang perantauan yang terdampar di planet mars dan hidup membumi bersama alien lainnya.
Meski dengan sedikit protes dari sana sini, rapat dibubarkan juga. Keputusan Arya adalah final. Tak ada yang berani cecuap lagi di belakangnya. Mau protes nyampe mulut berbusa pun percuma!
"Selamat siang, selamat beraktifitas sedulur semua, ketemu lagi bareng akuuuh announcer paling syantik paling keceh paling spekta membahana Deepika Yora di frekuensi kesayangan kita 91.10 radio Pop FM Purwodadi. Seperti biasa, aku bakal nemenin siangnya kalian yang lagi hot hotnya dengan deretan lagu-lagu kesayangan kalian juga info-info menarik yang pasti bakal bikin siangnya kalian makin cetar seperti langit katulistiwa! Oke, tak lupa aku mau ucapin makasih banyak buat kalian, sedulur semua yang udah kirim request lagu, kirim salam lewat chat, lewat email, juga lewat kartu atensi yang sekarang udah numpuk di meja kerja ku wohohoho, tenang luuur.. Pasti aku bacakan semua! Sebelum aku bacain atensi kalian satu-satu, aku mau puterin satu lagu spesial buat kalian semua.. Lagu lawas dari Once berjudul Dealova. Aah.. Nyes banget ya lur.. Oke nggak usah berlama-lama deh.. Kita simak semua. Once-Dealova, cekidot!"
Seiiring diputarnya lagu yang menjadi tugas Juan, Deepika men scroll jarinya ke layar ponselnya. Hanya melihat apa ada notifikasi pesan yang dia lewatkan hari ini. Dan ternyata dia malah dibuat asik dengan obrolan grup alumi SMA nya yang sedang menggibah si Agus. Korban siraman rohani eh siraman air keras yang katanya tak tahu diri, ternyata Agus sudah membuat geger satu Indonesia dengan kelakuan tak beradabnya.
"Oooweee masuuuk Tumijiii!!!" Juan memberi kode. Deepika hanya nyengir kuda melihat Juan melotot ke arahnya dengan kepalan tangan sebesar talas Bogor yang bisa jadi bakal bersarang ke wajahnya kalo dia masih asik cengengesan dengan ponselnya di jam kerja.
"Aduuuh maaf ya lur, aku sampai menjiwai banget lagu itu. Abis lagunya masuk banget ke hati sih ya! Oke sepertinya ada telepon masuk.. Hmm kita angkat dulu kali ya lur. Halo dengan siapa di mana?"
Siaran kembali berlangsung.
"Abhi." Suara di seberang sana.
Deg. Deepika kenal suara ini. Nggak mungkin kan bandot tua itu gabut dan nelponin dia lewat saluran radio.
"Wah Abhi, mas Abhi dari mana? Dan mau kirim salam ke siapa?" Masih dengan mode woles, berharap Abhi yang menelponnya bukanlah Abhi si tetangga samping rumah.
"Bisa keluar sebentar. Aku mau ambil arsip yang kamu tenteng pake map biru. Itu punyaku. Map mu ada di aku."
Deg.
"Dih Si kampreeeeet..." Ucap Deepika kelepasan. Dia langsung menutup mulutnya.
Deepika memucat. Juan geleng kepala, di sana ada juga Sae yang sedari tadi ngikuti kegiatan pacarnya.
"Jangan bilang udah on?" Ucapan itu terlontar ke arah Juan tanpa suara.
"Udah on dari Supriyadi!!!" Ucap Juan makin membuat Deepika kelimpungan.
gitu lah emg jadi cwo, lgsg berani antar jemput krmhnya dan bilang terus terang..
meski ibuk Kelen sama² kurang setuju dan belom turunin restunya, tapi gak bikin kelen jalan sembunyi² di blkg mreka..