Ditengah keterpurukannya atas pengkhianatan calon suami dan sahabatnya sendiri, Arumi dipertemukan dengan Bara, seorang CEO muda yang tengah mencari calon istri yang sesuai dengan kriteria sang kakek.
Bara yang menawarkan misi untuk balas dendam membuat Arumi tergiur, hingga sebuah ikatan diatas kertas harus Arumi jalani demi bisa membalaskan dendam pada dua orang yang telah mengkhianatinya.
"Menjadi wanitaku selama enam bulan, maka aku akan membantumu untuk balas dendam."_ Bara Alvarendra.
Simak dan kepoin ceritanya disini yuk 👇👇👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fajar Riyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 7 : Ikatan Diatas Kertas.
"Siapa wanita ini Bara?" Tanya Sherly.
Bara melangkahkan kakinya menuju ke arah pintu, dia meraih tangan Arumi untuk menggenggamnya dan membawa gadis itu masuk ke dalam kamar kakeknya.
"Namanya Arumi, dia adalah istriku," ucap Bara dengan tegas, kali ini dia harus bisa membuat tante dan kakeknya itu percaya.
Arumi melepaskan tangannya dari genggaman Bara dan berjalan mendekat ke sisi ranjang, gadis itu meraih tangan Tuan Abian dan menyalaminya dengan takzim, Tuan Abian dan Sherly pun saling menatap heran.
"Maaf kakek, Rumi baru bisa mengunjungi kakek sekarang. Mas Bara terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga tidak sempat untuk mengajak Rumi kesini,"
Tuan Abian hanya diam sambil memandang Arumi, gadis ini begitu sopan dan tutur katanya begitu lembut hingga sangat enak didengar. Pakaian yang dikenakan pun sangat sopan, berbeda dengan pacar Bara yang sebelumnya.
Namun, Tuan Abian tidak semudah itu langsung percaya, dia mencoba mengetes Arumi dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan yang menyudutkan gadis itu.
"Apa yang sudah bocah itu lakukan padamu? Apa dia sudah menghamilimu hingga kamu mau menikah dengannya? Atau dia membayarmu untuk berakting di depanku?"
Bara segera memprotes ucapan kakeknya, "Kakek jangan memojokkan istriku seperti ini. Bara dan Arumi menikah karena kami saling mencintai. Kalau kakek tidak percaya, kakek lihat saja ini."
Bara mengeluarkan buku nikah dari balik jasnya dan menunjukkannya pada kakeknya. Sherly mengambil satu untuk melihat keasliannya, rupanya buku nikah itu benar-benar asli, tapi Sherly masih tetap tidak percaya jika keponakannya itu menikah karena cinta.
"Maaf Kakek, Tante, jika pernikahan kami ini terlalu mendadak dan tidak sempat memberitahu kalian. Keluargaku ingin menjodohkanku dengan orang lain, jadi mas Bara langsung bertindak dengan menikahiku untuk membatalkan acara pernikahanku dengan pria lain," ucap Arumi.
"Apa pekerjaan orang tuamu?" Tanya Tuan Abian.
"Ayah saya hanya berkerja sebagai seorang staf biasa disebuah perusahaan, dan ibu kandung saya sudah meninggal. Saya tinggal bersama ayah, mama tiri dan kakak tiri saya dirumah," jawab Arumi.
Tuan Abian nampak manggut-manggut mendengar cerita Arumi, baginya status sosial sebenarnya tidak begitu penting, yang terpenting adalah cucunya bisa menikah dengan wanita yang tulus dan bisa menjaga kehormatan diri serta keluarga.
"Kemari, duduklah." Tuan Abian menepuk kasurnya untuk diduduki Arumi.
Arumi menoleh ke arah Bara, Bara menganggukkan kepalanya agar istri kontraknya itu menuruti kemauan kakeknya. Arumi pun duduk di tepian ranjang menghadap ke arah Tuan Abian. Tuan Abian pun mulai mengintograsi Arumi dengan pertanyaan-pertanyaan.
Sementara Tuan Abian sedang mengajak Arumi mengobrol, Sherly meraih tangan Bara dan mengajaknya keluar kamar.
"Ada apa sih Tan main tarik-tarik aja?" Protes Bara.
"Ini maksudnya apa Bar? Kamu mau bikin kondisi kakek tambah drop?" Kesal Sherly.
"Drop bagaimana sih Tan? Tante lihat sendiri kalau kakek sangat bahagia dengan kedatangan Arumi."
"Tapi Tante tetap tidak percaya kalau kamu menikah dengannya karena cinta. Ini pasti cuma akal-akalan kamu saja kan untuk menolak perjodohan yang sudah disiapkan oleh kakek." Sherly menghela nafas panjang, "Tante itu mengenal kamu sejak bayi Bar, dan kita tumbuh besar bareng, jadi Tante tau seperti apa kamu ini Bara Alvarendra!"
Sepertinya Bara harus lebih ekstra lagi untuk membuat tantenya itu percaya. Nyatanya, meyakinkan Tante Sherly memang tidak semudah itu.
"Kalau Bara tidak cinta ngapain Bara nikahin Arumi, Tan, gak ada untungnya juga kan? Dan Arumi, untuk apa juga dia mau Bara nikahin kalau kami tidak saling mencintai? Sudahlah Tan, terima saja kalau keponakanmu yang tampan ini memang sudah memiliki seorang istri. Daripada Tante mikirin Bara terus, mending Tante ikutan nikah lagi, biar gak iri sama Bara." canda Bara.
Sherly melotot tajam mendengar candaan keponakannya, "Dih ngapain juga Tante ngiri sama kamu. Pokoknya awas saja ya kalau sampai kondisi kakek drop Tante gak akan maafin kamu!"
Setelah Sherly pergi ke kamarnya, asisten Roy datang menghampiri Bara dengan membawa dua paperbag ditangannya.
"Tuan muda, ini baju-baju untuk Nona Arumi," asisten Roy menyerahkan paperbag ditangannya pada Bara. "Anda harus sering terlihat mesra dengan nona Arumi untuk lebih bisa meyakinkan Tante dan kakek anda, terkhususnya Tante anda. Nyonya Sherly tidak mungkin semudah itu percaya jika anda tiba-tiba menikah dan mencintai Nona Arumi."
Asisten Roy memang sempat mendengarkan pembicaraan antara tuan mudanya dengan tantenya tadi hingga dia tau apa yang menggangu pikiran tuan mudanya itu.
"Mesra? Itu sama saja aku melanggar poin nomor dua, untuk tidak ada kontak fisik dengannya kecuali dalam keadaan mendesak atau darurat," ujar Bara.
"Poin nomor dua itu berlaku jika Anda dan Nona Arumi sedang ada di dalam kamar, takutnya anda khilaf. Jika diluar kamar, anda dan nona Arumi tetap harus terlihat mesra seperti pasangan pengantin baru pada umumnya," ucap asisten Roy yang langsung mendapatkan tatapan tajam dan helaan nafas berat dari Bara.
"Apa maksudmu aku khilaf? Aku tidak mungkin mau ngapa-ngapain dia. Lagipula aku masih memiliki Monica, aku tidak mungkin mengkhianati Monica." Bara yakin jika dia tidak akan mungkin khilaf apalagi sampai menyentuh Arumi, karena cintanya hanya untuk Monica.
"Kita lihat saja nanti Tuan, kalau begitu saya permisi dulu," pamit asisten Roy.
Bara melihat paperbag ditangannya, baru saja dia ingin menyusul kembali Arumi ke kamar kakeknya, gadis itu sudah lebih dulu keluar dan menutup pintu kamar kakeknya dengan rapat.
"Bagaimana kakek?" Tanya Bara.
"Kakek sudah tidur Mas," jawab Arumi.
Bara mengangguk-anggukkan kepalanya, bisa-bisanya kakeknya langsung tertidur pulas setelah mengobrol dengan Arumi. Apakah itu artinya kakeknya menyetujui pernikahan mereka dan menyukai Arumi?
"Ya sudah, ayo ikut aku ke kamar sekarang," ajak Bara.
Arumi mengikuti Bara masuk ke dalam sebuah kamar dengan nuansa warna cream. Sebuah foto keluarga terpampang di tembok sebelah sofa, itu adalah foto Bara saat masih kecil bersama dengan kedua orang tuanya.
"Ini pakaian untuk kamu, besok kamu bisa membelinya lagi bersama dengan asistenku," ucap Bara sambil menyerahkan paperbag ditangannya yang langsung diterima oleh Arumi.
"Lalu tidurnya? Aku tidur dimana?" Tanya Arumi sambil menoleh ke arah ranjang, jujur dia merasa sangat gugup sekarang, karena ini adalah untuk pertama kalinya dia berada satu kamar dengan seorang pria.
Bara ikut menoleh ke arah ranjangnya, "Tentu saja kita akan tidur berdua didalam kamar ini, kalau kamu tidur dikamar tamu yang ada kakek dan tanteku bisa curiga, kita ini kan sudah menikah. Lagipula ukuran ranjangku ini sangat besar, jangankan berdua, berlima saja muat,"
"Tapi... Kamu gak bakal ngapa-ngapain aku kan?" tanya Arumi ragu-ragu, takut ucapannya akan menyinggung.
Bara nampak berkacak pinggang dan menghela nafas berat, "Memangnya kamu pikir aku mau ngapain kamu? Tenang saja, aku tidak tertarik padamu, aku sudah punya pacar dan aku sangat mencintai pacarku."
Bara menurunkan tangannya dan melepaskan jasnya, kemudian dia masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya dengan rapat. Arumi menghela nafasnya lega, suara gemericik air mulai terdengar dari kamar mandi.
Arumi menoleh ke arah ranjang dan mendudukkan dirinya di tepian ranjang, dia mengambil ponselnya dari dalam tas dan melihat begitu banyak pesan masuk dari teman-temannya yang mengucapkan selamat padanya. Ada seorang teman yang mengirimkan video juga, Arumi segera membuka video itu dan memutarnya, matanya nampak berkaca-kaca dan hatinya kembali sesak melihat video ciuman panas antara Randy dan Delia.
...🍁🍁🍁...
di tunggu lho kiss nyaa... ehhh
🤭
balas semua sakit hati mu Rum...
air mata mu terlalu berharga untuk menangisi laki laki penghianat seperti Randy...