Karena sebuah mimpi yang aneh, Yuki memutuskan untuk kembali ke dunia asalnya. Walaupun Dia tahu resikonya adalah tidak akan bisa kembali lagi ke dunianya yang sekarang. Namun, saat Yuki kembali. Dia menemukan kenyataan, adanya seorang wanita cantik yang jauh lebih dewasa dan matang, berada di sisi Pangeran Riana. Perasaan kecewa yang menyelimuti Yuki, membawanya pergi meninggalkan istana Pangeran Riana. Ketika perlariaannya itu, Dia bertemu dengan Para Prajurit kerajaan Argueda yang sedang menjalankan misi rahasia. Yuki akhirnya pergi ke negeri Argueda dan bertemu kembali dengan Pangeran Sera yang masih menantinya. Di Argueda, Yuki menemukan fakta bahwa mimpi buruk yang dialaminya sehingga membawanya kembali adalah nyata. Yuki tidak bisa menutup mata begitu saja. Tapi, ketika Dia ingin membantu, Pangeran Riana justru datang dan memaksa Yuki kembali padanya. Pertengkaran demi pertengkaran mewarnai hari Yuki dan Pangeran Riana. Semua di sebabkan oleh wanita yang merupakan bagian masa lalu Pangeran Riana. Wanita itu kembali, untuk menikah dengan Pangeran Riana. Ketika Yuki ingin menyerah, sesuatu yang tidak terduga terjadi. Namun, sesuatu yang seharusnya menggembirakan pada akhirnya berubah menjadi petaka, ketika munculnya kabar yang menyebar dengan cepat. Seperti hantu di malam hari. Ketidakpercayaan Pangeran Riana membuat Yuki terpuruk pada kesedihan yang dalam. Sehingga pada akhirnya, kebahagian berubah menjadi duka. Ketika semua menjadi tidak terkendali. Pangeran Sera kembali muncul dan menyelamatkan Yuki. Namun rupanya satu kesedihan tidak cukup untuk Yuki. Sebuah kesedihan lain datang dan menghancurkan Yuki semakin dalam. Pengkhianatan dari orang yang sangat di percayainya. Akankah kebahagiaan menjadi akhir Yuki Atau semua hanyalah angan semu ?. Ikutilah kisah Yuki selanjutnya dalan Morning Dew Series season 3 "Water Ripple" Untuk memahami alur cerita hendaknya baca dulu Morning Dew Series 1 dan 2 di profilku ya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vidiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
20
Yuki menutup mulutnya kuat agar erangannya tidak terdengar. Tapi Pangeran Riana menarik tangan Yuki dan mencekalnya kuat di kedua sisi kepala Yuki. Dia menundukkan kepala. Memberi Yuki kecupan ringan di bibir Yuki.
Bibir mereka bersentuhan lagi dan lagi. Setiap ciuman ringan, memperlihatkan kekuasaannya.
Yuki terpaksa menatapnya, merasa tak berdaya dan dipermainkan. Tubuhnya bergetar di antara rasa sakit dan usaha keras untuk menahan suaranya, tetapi Pangeran Riana terus mendominasi, tidak memberinya ruang untuk melarikan diri atau mempertahankan diri.
Pangeran Riana tidak mengatakan apapun.
Yuki yang mati-matian menahan suaranya agar tidak didengar para prajurit diluar, menyadari beberapa saat kemudian. Pria didepannya ini hanya mengizinkan Yuki, menggunakan bibirnya untuk menutup mulut Yuki.
Akhirnya Yuki membuka mulutnya dengan pasrah. Pangeran Riana memanfaatkan momen itu, dan langsung menyambar dengan ciuman yang kuat dan penuh dominasi. Tidak ada kelembutan dalam tindakannya—ciuman itu kasar dan sarat dengan rasa kepemilikan. Bibirnya menekan bibir Yuki dengan kuat, memaksa dirinya masuk lebih dalam seolah ingin menunjukkan bahwa dia sepenuhnya mengendalikan Yuki. Dia tidak merasa jijik padahal Yuki baru saja menelan cairannya.
Yuki terpaksa menerima, merasa seolah tercekik dalam kekuatan ciuman Pangeran Riana. Hatinya terhimpit oleh rasa frustrasi, kemarahan, dan penghinaan, tapi dia tidak bisa berbuat banyak untuk menghentikannya. Perasaan gelap terus merayap dalam dirinya, menyadari bahwa setiap tindakan Pangeran Riana hanya bertujuan mempertegas bahwa dirinya adalah milik pria itu.
Dalam ciuman tersebut, Yuki bisa merasakan betapa kuatnya obsesi Pangeran Riana terhadap dirinya,
Gerakan Pangeran Riana semakin kencang. Yuki melingkarkan tangannya yang dilepas Pangeran Riana ke leher pria didepannya. Menahan bibirnya tetap disana. Jika tidak akan ada suara Mereka yang terdengar oleh para prajurit dan Yuki tidak menginginkan itu terjadi.
Ketika akhirnya Pangeran Riana menekan Yuki kuat. Mengeluarkan cairannya lagi ke dalam tubuh Yuki. Kedua kaki Yuki bergetar. Bersamaan dengan Yuki yang mencapai puncaknya.
...****************...
Sepanjang perjalanan menuju Garduete, Pangeran Riana memperlakukan Yuki seolah dia tidak punya pilihan lain. Setiap kali dia menginginkan Yuki, dia akan mencarinya tanpa memperhatikan waktu, tempat, atau kondisi. Yuki tidak bisa lari dari hasrat Pangeran Riana yang terus-menerus memaksakan kehendaknya, baik ketika Yuki menolak maupun saat dia terpaksa menerima keadaan. Obsesi Pangeran Riana begitu kuat hingga setiap kali dia merasa harus mengklaim Yuki, dia akan melakukannya tanpa belas kasihan.
Setibanya di Garduete, keadaan Yuki tidak membaik. Begitu mereka memasuki istana, Pangeran Riana langsung memerintahkan agar Yuki dikurung di kamarnya. Yuki tidak diizinkan melangkah keluar tanpa seizin Pangeran Riana. Setiap gerakannya diawasi, dan ruangan itu menjadi penjara baginya, tempat dia terisolasi dari dunia luar dan hidup sepenuhnya di bawah kendali pria yang mengaku memilikinya.
Dengan dinding yang dingin dan suasana yang suram, Yuki merasa semakin terasing. Dia tahu, takdir yang membawanya ke Garduete juga membelenggunya di bawah kendali Pangeran Riana, yang kini menahannya di kamar istananya, seolah mempertegas bahwa Yuki adalah miliknya, tidak hanya secara fisik tetapi juga dalam segala aspek hidupnya.
Dalam beberapa hari setelah dikurung di kamar Pangeran Riana, Yuki mulai mendengar banyak desas-desus dari para pelayan yang berbicara pelan di sekitar istana. Akhirnya, dia mengetahui identitas wanita yang sering datang mencari Pangeran Riana—Putri Marsha.
Putri Marsha, wanita yang dikenal sebagai kekasih pertama Pangeran Riana, adalah sosok penting dari masa lalu pangeran. Ketika Pangeran Riana berusia 18 tahun, Putri Marsha dikabarkan sebagai wanita pertama yang menghangatkan ranjangnya, dan hubungan mereka menjadi perbincangan di kalangan istana saat itu. Namun, Putri Marsha kemudian menikah dengan seorang raja dari negeri kecil.
Kini, setelah suaminya meninggal, Putri Marsha kembali ke Garduete. Rumor yang beredar menyebutkan bahwa dia dan Pangeran Riana mulai kembali dekat, memicu spekulasi bahwa hubungan lama mereka mungkin hidup kembali.
Sementara itu, dia mulai mendengar kabar tentang ketegangan yang terus meningkat antara Rasyamsah dan Argueda. Pertempuran besar dikabarkan telah pecah di perbatasan, di mana pasukan Argueda berusaha menembus pertahanan Rasyamsah. Pangeran Sera, yang memimpin pasukan Argueda, berada di medan perang, berjuang keras untuk merebut kemenangan.
Berita ini membuat Yuki semakin khawatir. Dia tidak hanya cemas tentang nasib Pangeran Sera yang sedang berada dalam bahaya, tetapi juga merasa tak berdaya karena tidak bisa melakukan apa-apa untuk membantu atau bahkan mengetahui secara pasti bagaimana kondisi Pangeran Sera. Setiap kabar yang sampai ke telinganya hanya menambah rasa gelisahnya.
Pagi itu, Yuki terbangun dengan perasaan tidak nyaman. Dia melirik Pangeran Riana yang masih tertidur di sampingnya, tubuhnya telanjang seperti malam sebelumnya. Perlahan, Yuki bangkit dari tempat tidur, meraih kemeja Pangeran Riana yang tergeletak di lantai, lalu memakainya untuk menutupi tubuhnya yang juga tidak berbalut pakaian.
Dia merasa punggungnya kaku, tubuhnya lelah. Perasaan terjebak dalam situasi yang tidak diinginkannya terus menghantuinya, terutama setelah semua yang terjadi antara dirinya dan Pangeran Riana. Hati Yuki berdebar tidak nyaman saat memikirkan nasibnya, terperangkap di istana ini dengan Pangeran yang mengklaimnya tanpa ampun. Dia tahu dia harus berhati-hati, tetapi semakin sulit untuk menjaga ketenangannya.
Dengan napas pelan, Yuki melangkah menuju jendela, menatap ke luar istana, memikirkan apa yang akan terjadi selanjutnya, terutama tentang Pangeran Sera yang sedang berperang dan jauh dari sini.
Yuki merasa mual seketika. Dia berbalik dengan cepat dan menuju kamar mandi. Tubuhnya gemetar saat berusaha memuntahkan isi perutnya, namun hanya cairan kuning yang keluar, rasa asam yang menyiksa tenggorokannya. Yuki memegangi perutnya yang terasa tidak nyaman, menyadari asam lambungnya naik akibat tekanan dan stres yang terus menghantuinya.
Tidak ingin berlama-lama. Yuki segera mandi. Dia sengaja tidak menunggu Para pelayan datang atau sampai Pangeran Riana bangun dan menganggunya lagi.
Ketika Yuki akhirnya selesai memakai pakaian. Pintu terbuka dan Pangeran Riana masuk tanpa mengenakan apapun.
Yuki langsung memalingkan wajah.
“Aku akan keluar kalau Kau mau mandi” kata Yuki cepat.
Pangeran Riana mengabaikan Yuki yang berusaha memalingkan wajahnya. Dengan langkah tenang, dia berjalan mendekat tanpa menghiraukan ketidaknyamanan yang jelas terlihat di wajah Yuki.
“Kau tidak perlu pergi,” katanya dengan nada dingin namun penuh dominasi.
Yuki segera menyadari betapa sulitnya menghindari situasi ini. Namun, ia memutuskan untuk tetap menjaga jarak. “Aku sudah selesai, aku akan keluar,” ucapnya cepat, berusaha tegas, meskipun hatinya berdebar kencang.
Pangeran Riana hanya mengangkat alisnya, seolah menikmati ketegangan yang tercipta. Dia melangkah lebih dekat, menghampiri Yuki dengan tatapan tajam. “Siapa yang mengizinkanmu pergi?” suaranya rendah tapi penuh kontrol. “Kenapa kau masih saja tidak belajar dari kesalahanmu, Yuki?”
Tetesan air di leher Yuki dari rambutnya yang basah menarik perhatian Pangeran Riana.
Yuki menelan ludah, berusaha menjaga ketenangannya meskipun tubuhnya menegang. “Aku hanya ingin keluar,” jawabnya, suaranya hampir berbisik, tapi tetap mencoba menunjukkan keberanian.
Pangeran Riana menyipitkan matanya, tidak puas dengan jawaban itu. “Kau harusnya sudah tahu tempatmu,” dia mendekat lagi, membuat Yuki merasakan udara dingin di sekitarnya. “Kau tidak ke mana pun tanpa izinku.”
Yuki mendongak untuk memprotes tapi Pangeran Riana langsung merengkuh wajah Yuki dan mencium gadis itu kuat.
Yuki terkejut saat Pangeran Riana merengkuh wajahnya dan mencium bibirnya dengan penuh kekuatan. Kecupan itu mengunci semua protes yang ingin ia sampaikan. Yuki berjuang melawan rasa tertekan yang menyelimuti dadanya, berusaha untuk tidak terlarut dalam ciuman itu.
Pangeran Riana seolah tidak mengindahkan perlawanan Yuki, malah semakin mendekatkan tubuhnya, menciptakan jarak yang semakin menipis antara mereka. “Layani Aku” perintah Pangeran Riana sambil mengangkat tubuh Yuki ke atas wastafel.
Yuki merasakan air mata menggenang di sudut matanya, tetapi dia berusaha untuk tetap tegar.
Pangeran Riana mengangkat Yuki dan menempatkannya di wastafel, menciptakan situasi yang sangat intim di antara mereka. Yuki merasa terjepit di antara dinding dan keinginan Pangeran Riana yang tidak terpuaskan. Saat bibir mereka bertemu lagi, Pangeran Riana semakin mendalamkan ciumannya, seolah-olah berusaha membuktikan hak kepemilikannya atas Yuki.
“Jangan melawan,” bisik Pangeran Riana di antara kecupan. “Aku tidak akan berhenti sampai kau sepenuhnya menjadi milikku.”
Yuki bisa merasakan betapa mendesaknya keinginan Pangeran Riana, tetapi hatinya berontak. Dia ingin melawan, ingin melepaskan diri dari cengkeraman Pangeran Riana. Namun, di tengah-tengah semua ini, dia menyadari bahwa kekuatan Pangeran Riana mungkin jauh lebih besar dari yang bisa dia bayangkan.
“Pangeran Riana, tolong,” Yuki mencoba berbicara, suaranya bergetar. “Aku… aku butuh waktu beristirahat.”
Pangeran Riana hanya menggelengkan kepalanya, senyumnya penuh dengan dominasi. “Waktu? Tidak, Yuki. Aku tidak akan memberimu waktu. Hanya ada kita berdua di sini, dan aku tidak akan membiarkan siapapun, termasuk dirimu, menghalangiku.”
Dengan ketegasan itu, Pangeran Riana kembali mencium Yuki, menyatukan mereka dalam ikatan yang sulit dipahami, menuntut lebih dari apa yang Yuki mampu berikan.