NovelToon NovelToon
JODOH DARI KAKEK BUYUT

JODOH DARI KAKEK BUYUT

Status: tamat
Genre:Tamat / BTS / Blackpink / Percintaan Konglomerat / Wanita Karir / EXO / Slice of Life
Popularitas:8.6k
Nilai: 5
Nama Author: timio

Tidak perlu repot-repot nyari jodoh yeorobun, siapa tahu jodohmu sudah dipersiapkan kakek buyutmu jauh sebelum kamu lahir ke dunia Timio ini, dan ternyata jodoh pilihan kakek ini, is the trully type of a HUSBAND MATERIAL means 💜

Happy reading 💜

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon timio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Maaf

Irene pun berlalu dengan tawa yang menjauh, dan keadaan menjadi hening kembali. Jenny sudah menerka-nerka dalam hatinya. Apa yang akan terjadi setelah rahasia besarnya terbongkar?

Akankah suaminya marah?

Akankah suaminya ini menyuruhnya menutup butiknya itu?

Bagaimana jika Arsen membeli butik ini dan menghancurkannya?

Bagaimana jika Arsen memberitahukan keluarganya?

Bagaimana ini?

Begitulah berisiknya otak Jenny. "Kamu ngapain nunduk begitu?', tanya Arsen akhirnya memecah keheningan dan membuyarkan lamunan Jenny.

" Sayang lihat aku." seru Arsen menadah wajah takut Jenny.

" A-aku ngga berani..."

"Kenapa?"

"A-aku udah bohongin kamu, aku udah bohong lama banget, dan ngga nyangka ketangkapnya bakal kaya gini." ringis Jenny masih menunduk dalam.

"It's okay sayang." seru Arsen tenang.

Spontan Jenny mendongak dan bingung.

"Gitu doang? It's okay? Itu doang? Kamu ngga marah? Kamu ngga kesal? Kamu ngga nyuruh aku nutup butik atau nyuruh aku berenti kerja gitu?", bingung Jenny, tidak menyangka semudah ini.

Arsen berjongkok untuk mensejajarkan pandangannya dengan Jenny. Ia hanya tersenyum dan menggenggam tangan Jenny, perlahan mata teduh itu penuh dengan air bening dan tumpah.

"Loh? Loh? kamu kenapa?", bingung Jenny dan menarik suaminya agar berdiri.

Arsen spontan memeluk erat istri pendeknya itu.

"A-ku aku minta maaf sayang, maaf...", tangis Arsen, menenggelamkan wajahnya di sebelah bahu Jenny.

"Maaf kenapa? Kenapa jadi kamu yang minta maaf? Kan yang bohong aku? Kamu kenapa sayang? Jangan bikin bingung deh." seru Jenny, sambil mengurai pelukan Arsen.

"Tunggu sebentar." seru Jenny dan segera berlari menutup pintu butik dan mematikan beberapa lampu.

"Ayo, ikut aku." seru Jenny dengan senyum mengulurkan tangannya. Arsen yang matanya masih berair hanya menurut saja ketika istrinya itu menuntunnya menuju lantai dua butik besar itu. Mereka melewati banyak manekin dan dibelakang manekin-manekin itu terdapat satu pintu rahasia. Mengapa pintu rahasia? Karena pintu itu berwarna senada dengan tembok dan tidak terlihat sama sekali jika tidak dilihat dengan seksama, Arsen sedikit bingung, hanya ada saklar lampu yang ternyata tidak dipetik tapi dibuka, dan didalamnya ada sensor sidik jari.

"Tempel jempol kamu." seru Jenny, meski Arsen penuh dengan kebingungan, ia hanya diam dan tenang mengikuti arahan Jenny.

Klekk wuss... dinding itu bergeser dan membentuk seukuran pintu normal.

"Selamat datang di kamar rahasiaku. Ayo masuk."

🌼🌼🌼

Ruangan didalamnya cukup luas, ada tempat tidur berukuran queen size, lemari slide besar, sofa, kulkas, dan terdapat satu pintu lain, dan Arsen yakin itu adalah toilet. Arsen mulai overthinking mengingat Jonathan juga disebut-sebut hari ini, ia sangat yakin Jonathan pasti pernah masuk ke kamar ini dan raut wajahnya pun kembali berubah kesal.

"Sekarang ceritain, kenapa kamu nangis? dan kenapa kamu minta maaf? Kamu buat salah apa? Aku bener-bener bingung, yang salah aku kenapa jadi yang mewek malah kamu?", tanya Jenny sembari melangkah mendekati Arsen yang duduk di sofa.

"Aku malu sama diri aku sendiri.", lirih Arsen.

"Malu? Malu kenapa?"

Arsen menatap istrinya yang kebingungan itu lekat-lekat. Terlihat ia sedang berusaha bersuara namun rasanya berat, tapi sangat jelas banyak yang ingin ia utarakan.

"A-aku malu dan ngerasa bersalah banget sama kamu, Sayang. Aku udah nuduh kamu yang engga-engga sedari awal kita nikah. Aku bilang kamu cuma butuh uang aku, harta aku, tanpa aku tahu kamu jauh lebih kaya dari aku. Kamu bangun semuanya sendiri.

Aku ngerasa puas banget setiap kamu pulang ke rumah bawa belanjaan, aku yakin banget itu karena aku. Aku yang mendandani kamu seindah ini, aku yakin itu. Tapi aku ngerasa jatuh banget setelah tahu kebenarannya. Kamu ngga pernah nyentuh uang ku sepeserpun." ringis Arsen.

Deg

"K-kamu tahu dari mana?", kaget Jenny dan menjauh dari Arsen.

"Aku nyuruh Billy cek mutasi rekening kamu."

Jenny pun akhirnya terdiam, suasana menjadi kaku, dan dia benar-benar tidak tahu apa yang harus ia lakukan sekarang, ia sudah ketahuan, padahal hampir setahun pernikahan ia bermain dengan rapi.

"Boleh aku tanya sesuatu?"

Arsen membuka pembicaraan setelah lama bungkam, Jenny pun mengangguk.

"Tanggal 14 Februari tahun lalu itu tanggal pernikahan kita, kenapa kamu ubah kode produk kamu dari J ke JA, itu maksudnya Jenny Arsen kan?".

"Hm, kamu benar. Itu Jenny Arsen."

"Kenapa?"

Sebelum menjawab Jenny menarik napas panjang, dan menghempasnya, seolah ada sesuatu yang berat yang berusaha dilepasnya.

"Kalo kamu tanya kenapa. Aku juga bingung mau jawab apa. Sejujurnya itu masa-masa paling gelap buat aku. Masa paling kalut. Aku mundur salah, maju juga salah, lari malah makin salah. Beberapa waktu setelah papa ambil keputusan mutlak perjodohan kita, diwaktu bersamaan juga butik tiba-tiba di plagiat sampe produk-produk aku yang di klaim palsu.

Aku kabur dari rumah karena ngerasa ngga adil. Jojo terus-terusan neror aku minta kejelasan, Naura juga ikut-ikutan didesak, dia bahkan bela-belain dateng ke rumah sampai diseret satpam, sampai akhirnya aku buatin kamar ini sebagai tempat kaburku. Karena aku udah cape banget, aku cuma mau berenti sebentar aja, yang tahu kamar ini cuma aku dan kelima cewe gila yang ku jaga tadi, Naura aja ngga tahu.

Soal inisial JA itu karena waktu itu aku ingat kamu. Kamu orang pertama yang terlintas dipikiranku, biarpun waktu itu aku benci banget sama seluruh Askara, aku tetep pakai inisial kamu. Siapa sangka itu nyelametin aku hari ini." jelas Jenny panjang.

"Aku minta maaf, sayang."

"Kamu trauma, Sen. Kamu selalu dimanfaatin, karena itu kamu menyamaratakan semua orang, karena kamu memang diperlakukan begitu. Kamu anggap semuanya diukur dengan uang. Orang tuaku mungkin secinta itu sama uang, dan aku memang konsepnya ditukar dengan uang begitu kan? Aku mikir gitu karena setelah kita nikah aku baru tahu kalo papa jadi pemegang saham ke-4 terbesar di Askara, aku mau marah juga ngga ada tenaga lagi."

Arsen menarik Jenny untuk bersandar di dadanya, rasa bersalahnya semakin besar setelah mengetahui begitu banyak hal yang sudah dilalui istrinya ini, pantas saja selama ini dia memilih dingin seperti batu sungai, ternyata memang seberat itu menjadi Jenny.

"Hmm, terus si jin pirang itu, dia juga pasti setelah kamu belanjain, auto perhatian 24 jam per 7 kan?", tuding Jenny dan Arsen mengangguk.

Bugh ... Jenny meninju dada Arsen.

"Bego banget sih!"

"Aww... sakit yaang... Kamu juga gitu, itu karyawan kamu. Bos mana yang ngasih kartu kreditnya, kartu pribadi pula."

"Yaa aku, bos yang kaya gitu cuma aku. Beda konsep dong sama kisahnya kamu. Mereka berlima itu udah bareng aku sejak butik ini masih berupa toko kecil, susah, senang, salto, sampai jungkir balik pun, mereka tetap bertahan bareng aku. Masa dimana butik ini ngga terlalu menghasilkan, mereka ngga keberatan dengan gaji kecil, mereka terus bertahan bareng aku.

Waktu aku masih jadi manager di perusahaan aksesoris, mereka berlima yang jalanin butik ini, effort mereka ke aku gak main-main, Sen, jadi aku ke mereka juga ga main-main, aku ngerasa jadi nge besarin lima anak. Mereka juga sesayang itu ke aku. Intinya, kamu boleh beri semua sehabis-habisnya untuk orang yang melakukan hal yang sama dengan kamu, buat aku itu yang namanya tulus." jelas Jenny lagi.

"Duh... istri gua kenapa se-uwu ini sih? Kan gua makin meleyot." batin Arsen.

"Terus tadi pas ada masalah dibawah, kenapa Jonathan disebut-sebut? Emang dia punya jabatan apa disini sampai-sampai dia harus tahu masalah butik ini? Dia investor kamu ya? Dia invest berapa? Aku juga mau invest 10x lipat dari yang dia punya." kesal Arsen menggebu-gebu.

Plakkk... dijidat Arsen.

"Aduh... sakit sayang. Dua kali kamu gebuk aku."

"Ngomong itu satu-satu, pake titik pake koma, jangan satu napas. Dasar!"

"Yaa aku kesel, kenapa dia terus yang dicari, suami kamu kan aku."

"Yang bilang kamu bukan suami aku siapa? Dengerin dulu makanya, kamu asik nge rapp aja. Itu udah jadi kebiasaan butik ini aja. Jonathan itu lulusan hukum, Naura juga. Bedanya Jojo malah membelot jadi Banker. Sebelum-sebelumnya dia dekat sama banyak orang hukum, jadi pada masanya, Jojo lah yang nyelesaiin masalah plagiat dan pencemaran nama baik yang pernah kejadian itu, dibantu sama Naura. Tapi syukurlah masalah hari ini bisa aku selesaiin sendiri."

"Kalo misalnya tadi gabisa kamu selesaiin sendiri gimana?", tanya Arsen, Jenny terlihat berpikir.

"Yaa.... mmmm yaaa aku pasti nurunin gengsi dulu, abis itu aku ngadu ke kamu lah, ke siapa lagi, bodo amat nanti urusan dibelakangnya gimana. Pokonya aku sama kelima anakku selamat dulu." Jenny memanyunkan bibirnya menjawab pertanyaan Arsen.

Arsen terkekeh pelan mendengar jawaban polos istrinya itu, padahal tadi hatinya sudah agak berdebar menanti jawaban Jenny, takut Jenny akan bilang mencari Jonathan menyelesaikan masalahnya.

"Aku kalah jauh banget ya dari dia." nada suara Arsen terdengar sendu.

"Arsen, maksud aku jelasin semuanya ke kamu bukan buat banding-bandingin kamu sama dia. Aku ngga mau kita salah paham, aku mau kamu paham kenapa Jonathan seberpengaruh itu di butik aku. Itu dulu, dulu, sebelum ada kamu. Aku ngga mau bawa-bawa masa lalu, aku bener-bener baik-baik aja sekarang, aku punya kamu, jadi aku ngerasa baik-baik aja." jelas Jenny.

"Aku cinta kamu." seru Arsen.

"Aku lebih cinta kamu." balas Jenny dengan senyum termanisnya.

Arsen mendaratkan ciuman di bibir istrinya itu, kedua tangannya menadah wajah Jenny. Waktu rasanya berhenti berputar, ciuman yang perlahan turun ke leher putih Jenny.

"Ahhh... satu desahan lolos dari mulut Jenny.

Lalu bibir hangat Arsen kembali melahap bibir Jenny, bibir pink yang membuatnya candu, manis seperti vanila.

Kruuuk.... suara perut Arsen memecah suasana yang sedang panas-panasnya itu. Tawa mereka akhirnya pecah. Adegan panas itu malah berubah jadi lawak begini.

Ada-ada aja lu Sen, padahal para reader lagi fokus-fokusnya 😭

.

.

.

Tbc ... 💜

1
Jessica aja
lumayan bagus
Timio: thank you 💜
total 1 replies
Wijaya Ronny
Luar biasa semakin kesini ceritanya semakin kesono/Drool/
Timio: Tengkiyu, pantengin terus yaaa 💜💜💜
Timio: thank you 💜💜
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!