Apa jadinya bila seorang gadis yang baru lulus SMA harus menjadi seorang ibu pada anak kembar 7 yang tidak sengaja ia temukan. mampukah gadis itu merawat anak kembar 7 itu sendirian? Atau malah di titipkan kepanti asuhan? temukan jawaban nya di novel ini. kalau penasaran baca yuk.
Cerita ini hanya lah fiktif semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pa'tam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ini belum seberapa?
.
.
.
"Tolong, saya sudah tidak sanggup."
"Belum Tante, masih banyak yang belum kami lakukan." Ram.
Kemudian Ram menyiramkan lagi air ketubuh Monica. Bukan hanya itu, ketujuh bocah imut itu menaburkan bubuk gatal ketubuh dan wajah Monica. Hanya dalam waktu beberapa menit Monica sudah menggeliat menahan rasa gatal di sekujur tubuhnya.
"Mengapa si kembar seperti sedang membalas dendam?" tanya Diva pada Darmendra, keduanya saat ini sedang berada diluar kamar.
"Karena Monica adalah dalang dari penculikan 7 tahun lalu. otomatis dia juga penyebab kematian ibu kandung mereka." Jawab Darmendra.
Diva sedikit kaget mendengar jawaban dari Darmendra.
"Bukankah Monica itu adik dari istrimu?"
"Benar, tapi sifat keduanya sangat berbeda jauh. Monica sifat nya terlalu serakah."
"Kok ada ya orang seperti itu, sesama saudara saling menjatuhkan?"
"Itulah sifat manusia, yang terlalu baik pasti akan ditindas. Dan Monica selalu menghalalkan segala cara dan selalu berambisi."
"Istrimu sangat baik dan juga cantik, tapi mengapa kau tidak mencintainya?"
"Haruskah aku jawab jujur?"
"Kalau kejujuran itu sangat dituntut kenapa harus berbohong?"
Darmendra tidak dapat berkutik, lidahnya terasa kelu untuk menjawab.
"Mengapa diam?" tanya Diva.
"Aku tidak tahu mau jawab apa?"
"Jawab saja sesuai hatimu, tadi kamu bertanya haruskah aku jawab jujur? Ya jujur saja."
"Sebenarnya ini masalah hati dan perasaan. kau tau? hatiku sudah terpaut pada satu orang, aku juga tidak tahu padahal waktu itu dia masih bayi. aneh kan?"
"Tidak ada yang aneh kalau menyangkut soal hati."
"Kamu pernah pacaran?" Diva menggeleng sebagai jawaban.
"Aku tidak ada waktu untuk berpacaran. saat umurku 12 tahun kedua orang tuaku meninggal, waktu itu aku masih SMP. Aku hanya memfokuskan diri pada pelajaran. karena prinsipku tidak mau berpacaran sebelum aku jadi sarjana." Diva menghentikan curahan hatinya sejenak.
"Tapi takdir berkata lain, saat aku baru saja lulus SMA, aku dihadapkan pada pilihan yang sangat sulit menurut aku. Aku harus merawat bayi bukan hanya satu tapi tujuh sekaligus. Awalnya aku ingin menyerah dan berencana menitipkan mereka kepanti asuhan tapi aku masih punya hati nurani. Dan aku juga sudah berjanji pada ibu si kembar untuk merawat mereka sampai aku menemukan ayah kandung mereka."
"Sekarang kamu telah menemukan ayah kandung mereka, apakah kamu akan meninggalkan mereka?"
"Aku tidak tahu, aku sudah terlanjur cinta dan sayang pada mereka. Bagiku mereka adalah anugerah dan harta yang tidak ternilai dari apapun." Diva meneteskan air matanya.
Perlahan Darmendra merangkul bahu Diva dan mendekatkannya ke dirinya lalu memeluknya.
"Kalau boleh jujur, aku sebenarnya tidak sanggup kalau harus berpisah dari mereka. aku seorang gadis, tapi aku juga single Mom. Tapi aku ikhlas dengan takdirku. Dan mereka adalah sumber kekuatan dan kebahagiaanku."
Diva masih menangis dalam pelukan Darmendra.
"Mulai sekarang kamu tidak sendirian, ada aku, Mommy dan Daddy ku. kita sama sama merawat dan membesarkan si kembar. Walaupun ini belum seberapa bila dibandingkan dengan pengorbananmu dalam membesarkan si kembar. aku tau itu pasti sulit." Darmendra.
Darmendra meleraikan pelukannya dan perlahan mengusap air mata Diva, mengecup lembut kening Diva. Diva tersentak walaupun hanya kecupan di kening tapi seperti ada sesuatu yang menjalar ke seluruh tubuh Diva.
Diva jadi tertunduk mukanya memerah, belum pernah ia diperlakukan seperti ini oleh pria manapun.
"Tawaranku masih berlaku, bila kau berubah pikiran dan menerima tawaranku pasti kami akan sangat bahagia."
"Kami?"
"Ya, aku, Mommy, Daddy dan si kembar."
"Apakah karena itu kau mau menikah denganku?"
"Itu salah satunya, tapi yang paling tepatnya karena aku mencintaimu."
"Apa alasanmu mencintaiku?"
"Apakah mencintai seseorang harus ada alasan? menurutku tidak ada alasan untuk mencintai seseorang. karena kalau kita mencintai seseorang karena suatu alasan, maka bila alasannya hilang maka cintanya juga akan ikut hilang."
Diva merasa tersentuh dengan kata kata yang Darmendra ucapkan. Diva menatap mata Darmendra mencari kebohongan disana tapi tidak ia temukan, berarti Darmendra benar benar tulus. Diva memantapkan hatinya untuk menerima Darmendra. Selain karena Darmendra mencintainya ada si kembar yang sangat disayanginya.
Sementara didalam kamar, si kembar masih saja bermain main dengan Monica.
"Hei Tante menor, inilah akibatnya bila berurusan dengan kami, dan ini belum seberapa Tante." Ram.
Wajah Monica yang tadinya sangat cantik kini telah berubah menjadi pucat seperti mayat. Bagaimana tidak? Si kembar terus saja menyiramnya dengan air. kemudian menghidupkan AC sampai 10°c setelah itu mereka pun keluar lagi dari dalam kamar menghampiri Daddy dan Mommy mereka.
Monica yang didalam kamar hanya bisa menggigil kedinginan. Baju yang basah selimut tidak ada, dan suhu diruangan itu bisa membuatnya membeku.
"Sa...say a, su..sudah ti..tid..ak kku..at lagi." Ucap Monica terputus putus.
"Aak..ku..tid..ak meny..ang..ka..kaalau Mona..me..la..hirkan.. an..ak..Mons...ster." Monica semakin kedinginan. belum lagi bubuk gatal yang si kembar taburkan ketubuh Monica.
"Kalian sudah puas?" tanya Darmendra.
"Belum Dad." jawab si kembar serentak.
"Kompak banget sih," ucap Diva sambil menoel noel pipi Ram.
"Kami hanya memberikan sedikit pelajaran buat Tante menor itu." Roy.
"Mari kita masuk lagi kekamar!"
Mereka pun masuk dan melihat kembali keadaan Monica.
"To..tol..ong sa.. saya." ucap Monica terbata bata, dan mulai tidak jelas.
"Kok dingin banget sih." Diva.
"Ini ulah si kembar untuk menyiksa Tante nya." Darmendra.
"Apa menurutmu ini tidak keterlaluan?" tanya Diva.
"Menurutku ini belum seberapa." Darmendra.
"Keluar yuk, dingin banget nih." Diva.
Si kembar memakai jaket tebal jadi mereka tidak terlalu kedinginan. Didalam tas ransel yang mereka bawa bermacam-macam alat yang mereka butuhkan hanya untuk berjaga-jaga saja, termasuk jaket yang mereka pakai.
"To..Lo..ng." ucap Monica lirih.
Namun si kembar seolah olah tuli. tidak mau tau dengan rengekan Monica.
Bukankah Tante yang mulai duluan?" Ray.
"Kami hanya mengikuti permainan Tante." Rakha.
"Harusnya Tante mikir dulu sebelum bertindak." Ren.
"Kami tau hati Tante busuk, itu sebabnya Daddy tidak mau sama Tante." Ram
"Bagaimana kalau wajah cantik Tante kami buat seperti hati Tante?" Raffa.
"Setuju, biar nanti kata orang udah wajahnya jelek hatinya busuk, lagi." Roy.
"Kasihan kalau dibuat jelek, bagaimana kalau kita buat dia lumpuh saja?" Rasya.
"Ide yang bagus tuh. kita buat seolah olah dia kecelakaan." Ram.
Monica hanya bisa menggeleng gelengkan kepala ke kiri-kanan.
"Lepas ikatannya." Ray.
"Si kembar pun melepaskan ikatan ditangan dan kaki Monica. Monica hanya pasrah saja. Lalu Ray mengeluarkan alat suntik yang berisi obat pelumpuh.
" Tante, ini agar mengurangi rasa sakit Tante. karena obat ini membuat orang menjadi lumpuh permanen. dan tenaga medis tidak bisa mendeteksinya.
Ray pun menyuntikan obat itu ketubuh Monica.
"Kalau dosis nya tinggi maka Tante akan langsung lumpuh." Ray.
Monica sudah tidak sanggup, untuk bersuara pun rasanya sulit.
.
.
.
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil bersama, Dari sisi kemanusiaan toleransi terhadap sesama dan dari sisi ke Genius si Penulis Cerita aku suka banget,Tank you Author 👍👍👍💪💪💪🥇🥇🥇