Hanita Ralingga Ayu Mahendra dan Satya Prawira Arya Dewantara, keduanya menikah karena saling mencintai setelah mereka menghabiskan waktu selama 10 tahun pacaran. Keduanya adalah cinta pertama untuk satu sama lain. Mereka sama-sama berasal dari kalangan atas, Hanita adalah seorang Psikiater terkenal sedangkan Satya pewaris dari perusahaan keluarganya
Tapi setelah menikah, cinta mereka justru berubah. Hubungan keduanya yang semula hangat menjadi sangat dingin. Hanita dan Satya sama-sama tidak dapat menemukan kecocokan meski 2 orang anak telah hadir diantara mereka. Kesalahpahaman mengelilingi keduanya
Hingga suatu ketika, Satya harus mengalami sebuah kondisi yang tidak pernah dia bayangkan sebelumnya. Akankah kondisi baru Satya akan membuat Hanita luluh dan memperbaiki hubungan mereka? Atau justru akan meninggalkan Satya yang tak lagi sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PRINCESSNOVITA, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hanya Aku Yang Berhak
"Aarrgghh...'' Satya kembali memekik kesakitan akibat perbuatan Hanita yang melepas paksa selang ventilator dari dalam mulutnya
Lelaki itu juga kembali memuntahkan darah segar dari dalam mulutnya. Tangan kanan Satya tampak menghentak ke atas perut, dadanya menukik naik ke atas. Dia terlihat seperti ikan yang sedang mencari air untuk bernafas, agar bisa bertahan hidup
Hanita masih ada bersamanya, tapi sayang sekali karena tidak ada sedikitpun niat dalam hati Hanita untuk menolong sang suami. Ia justru sangat menikmati pertunjukan ini
Satya berusaha melirik Hanita, pelupuk matanya mengerjap lemah. Bibirnya yang meruncing tajam ke kanan coba menggumamkan sesuatu
"Kenapa, hem? Sakit?" Hanita mendekat, menundukkan tubuh
Meletakkan wajahnya tepat di hadapan Satya, ia mengusap kedua bahu Satya dengan gerakan yang lembut.
"T...ho-lo-ng..." lirih Satya dengan bola mata yang sudah memerah dan tergenang cairan
Hanita menarik sudut bibirnya ke atas, "Kamu yang meminta semua ini, lantas kenapa sekarang menyesal?"
Remasan tangan Hanita mulai mengeras diatas bahu Satya, wanita itu menghunuskan tatapan tajamnya.
"Karena kamu tidak juga menyadari kesalahanmu sampai sekarang, maka biar kubisikkan padamu. Apa yang paling kubenci darimu, Satya." Hanita kini meletakkan bibirnya tepat ke tepi telinga Satya. "Aku benci tiap kali kamu berusaha pergi dariku. Aku benci saat kamu berkata akan menceraikanku, juga saat kamu memintaku membunuhmu..."
Hanita melepaskan dirinya dari Satya, kembali berdiri tegak sembari menatap sang suami. "Jadi jangan pernah berpikir untuk pergi dariku lagi. Selamanya kamu hanya milikku, hanya aku yang berhak atas kamu dan tubuhmu. Aku Hanita Mahendra." Tegas Hanita
Hanita mengusap kedua tangannya, seolah ia baru saja membersihkan kotoran dari atas sana.
"Ah sialan sekali. Kamu membuatku bersikap kasar padamu. Nikmati sajalah, itu hukuman kecil atas kelancanganmu" sambung Hanita
Selanjutnya Hanita berbalik, meninggalkan Satya tanpa sedikitpun rasa kasihan apalagi niat menolong atau untuk sekedar memanggil Dokter Sean kemari
Satya tercengang bukan main karena Hanita meninggalkannya begitu saja. Tangan kirinya terangkat naik ke atas, berusaha mengulurkan tangan ke depan seolah meminta pertolongan
"Nnnh...iith-a..." desis Satya
Kesadaran lelaki itu mulai hilang timbul, kepalanya terangkat ke atas. Menatap kosong langit-langit kamar, leher Satya tercekik seperti orang yang kehabisan nafas.
"Eeghh..."
Satya akhirnya pingsan bersamaan dengan lelehan darah kental yang mengaliri pipinya, itu berasal dari dalam mulutnya. Kepalanya perlahan terkulai lemah ke sisi kanan
Kenzie, bawa Papa pergi sekarang. Satya melirih
Hanita meneruskan langkahnya, menyusuri lorong rumah sakit. Sangat tenang seolah dia tidak pernah melakukan apapun. Padahal wanita itu baru saja membuat suaminya sendiri sekarat
"Hanita" sapa Dokter Sean
Kebetulan keduanya berpapasan dilorong, Sean tidak mencurigai apapun itu. Apalagi Hanita juga terlihat biasa saja
"Hem, aku baru akan menemuimu, Sean" balas Hanita
"Kamu tenang saja, aku akan mulai memberi obat untuk Satya besok siang. Sesuai yang kamu inginkan, obat itu sudah ada ditanganku" ucap Dokter Sean
Hanita menggerakkan kepala kebawah, "Aku percaya padamu. Cepatlah datangi Satya, dia sedang sekarat" tukas Hanita
Kedua bola mata Dokter Sean melotot sempurna, tanpa banyak pertanyaan apapun lelaki itu langsung berlari menuju ruang perawatan Satya.
"Dasar Hanita" umpat Dokter Sean yang saat ini berlari seperti orang kesetanan
Hanita mengangkat kedua bahunya ke atas, acuh tak acuh. Masa bodo dengan apa yang terjadi pada Satya. Toh dia yakin kalau suaminya itu tidak akan mati sekarang. Tuhan tidak akan setega itu membawa Satya disaat lelaki itu masih berlumuran dosa.
Dokter Sean terperangah bukan main begitu menemukan Satya yang sudah berada dalam keadaan mengenaskan dan tidak sadarkan diri diatas brankarnya. Dengan darah yang memenuhi bagian tubuh atas terutama wajah.
"Astaga! Satya! Apa yang terjadi disini?!" Teriak Dokter Sean berang
Dokter Sean bergegas mendekati Satya, mengguncang pelan tubuh lelaki malang itu. "Satya! Bangun!"
Helaan nafas lega lolos dari bibir Dokter Sean setelah perawat mengatakan kalau denyut nadi Satya masih terasa meski lemah.
"Tenggorokannya terluka, Dokter" tukas salah satu perawat
"Tunggu apalagi? Cepat siapkan peralatan! Beri penanganan sekarang juga! Hentikan perdarahannya dulu" perintah Dokter Sean
Para perawat itu mengangguk, mereka semua dengan cepat mengambil peralatan medis dan mulai memberikan tindakan untuk menyelamatkan Satya
"Inilah akibatnya, kenapa kamu berani bermain api, Satya?" Gerutu Dokter Sean kesal
Setidaknya perlu waktu selama 45 menit bagi Dokter Sean dan tim untuk menangani kondisi Satya. Berusaha mengembalikan kehidupan lelaki itu
Jantung Satya sudah sempat tidak berdetak ditengah proses pengobatan luka di mulut dan tenggorokan yang dia lalui beberapa saat lalu.
"Ada cidera lanjutan?"
"Sejauh ini tidak, Dokter. Hanya luka dimulut dan tenggorokan saja. Sepertinya pasien akan makin kesulitan menelan setelah ini" tukas perawat
"Ini yang Hanita inginkan" gumam Dokter Sean pelan
Para perawat juga sudah selesai membersihkan tubuh bagian atas Satya, pun baju yang lelaki itu gunakan juga sudah diganti menggunakan baju rumah sakit yang masih bersih.
"Biarkan pasien istirahat dulu. Dia akan merasa sangat tidak nyaman dan kesakitan saat bangun nanti, semua karena luka di tenggorokannya." Tukas Dokter Sean
Dokter Sean meminta para perawat keluar, membiarkan Satya beristirahat dengan tenang tanpa gangguan siapapun. Toh Hanita juga tidak disini
Tubuh Satya kembali ditutupi menggunakan selimut tebal. Lelaki itu kini menggunakan bantuan nassal canula untuk membantunya bernafas
Disini, didalam ruang perawatan yang sudah seminggu lebih dia huni. Satya sendirian tanpa siapapun yang menemani
Entah apa yang dilihat oleh lelaki itu dialam bawah sadarnya sekarang, hingga menyebabkan buliran air mata mengalir membasahi pipinya
kasian hanita dapet barang bekas shanum terus😅