Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27
"Kau wanita berbahaya Zaitun. Aku minta kau pergi sekarang juga ! Jangan pernah kau menginjakkan kakimu lagi dirumah ini ! KELUAR !" teriak Aisyah membuat para pembantu yang ada disana berlari menaiki tangga menuju kamar Aisyah karena khawatir.
"Tapi Aisyah aku bisa.."
"KELUAR !" Aisyah kembali berteriak memotong penjelasan Zaitun.
Zaitun yang sudah di usir hanya menunduk melangkah dengan setengah berlari menuju kamar tamu dan membereskan barang-barangnya untuk segera pergi dari rumah Aisyah. Aisyah tak menyangka, Zaitun yang ia anggap adiknya sendiri begitu tega menginginkan suaminya.
Flasback Off
***
"Ternyata benar apa katamu mas, Zaitun wanita berbahaya." ujar Aisyah yang sudah menceritakan semuanya sembari menangis sesenggukan.
Abi yang mendengar cerita Aisyah tak habis pikir, wanita cantik bercadar dan beragama mempunyai kelainan sek-ks. Sungguh sangat di sayangkan pikir Abimana.
"Ya sudah, kau jangan menangis lagi. Kan pakaian dalamku nggak jadi di bawa dia.. Dan itu masih menjadi milikmu sayang. Nggak usah nangis." kata Abi sedikit menjahili Aisyah agar tidak terus menangis.
Namun candaan Abimana mendapat hukuman dari Aisyah. Aisyah mencubit perut Abi dengan begitu kuatnya sampai Abi meringis kesakitan tanpa ampun.
"Aduh duh duh.. Sakit, sakit.. Sstt Ais lepas sakit.." Aisyah yang sedang ketakutan untuk meminta perlindungan pada suaminya namun justru dia menjahilinya. "Iyaa oke ampun sayang ampun." Aisyah kemudian melepas cubitannya setelah Abi memohon ampun padanya.
Aisyah kemudian ngambek memajukan bibirnya dan bersedekap dada. Abi yang melihat ingin menjahilinya lagi, tapi ia takut akan mendapat cubitan dari Aisyah lagi.
"Sudah sayang, untung kan ketahuan sebelum dia berhasil mengambilnya. Yang penting, jika ada orang lain lagi yang menginap dirumah ini, jangan lupa untuk selalu mengunci kamar jika kita sedang sibuk. Okeh.." jelas Abi lembut membuat Aisyah luluh dan menatapnya kemudian memeluk suaminya. "Ya sudah yuk kita istirahat. Kau pasti lelah kan ?" tambah Abi lagi dan di angguki oleh Aisyah.
Kini keduanya berbaring saling berpelukan untuk melepas rindu masing-masing.
***
Satu minggu kemudian...
Abah Yusuf, Umi Nisa dan Ibrahim sudah pulang dari tanah suci. Dengan bahagianya Aisyah dari subuh menyiapkan beberapa makanan dan memasaknya dengan tangannya sendiri. Abimana juga membereskan kursi-kursi untuk di taruh di teras depan di bantu para santri yang ada disana.
Tak berselang lama yang ditunggu telah datang. Mobil alphard warna hitam sudah memasuki halaman pondok pesantren. Di sambut para Santri dan Santriwati Abah Yusuf, Umi Nisa dan Ibrahim tersenyum bahagia dan bersyukur menyambut uluran tangan para santri karena kembali ke indonesia dengan selamat dan sehat walafiat.
Abimana yang sudah melihat mertuanya berjalan menghampirinya.
"Assalamualaikum Abah, Umi, Ibrahim." ucap Abi sembari menyalami kedua mertuanya dan berjabat tangan dengan Ibrahim.
"Waalaikumsalam, bagaimana kabarmu nak Abi ?" sahut Abah Yusuf menepuk bahu Abimana.
"Alhamdulillah, Aku dan Aisyah sehat dan baik-baik saja Bah."
Saat sedang berbincang tiba-tiba Aisyah berteriak dari pintu utama membuat yang ada di sana menoleh secara bersamaan.
"Abaah.. Umii..." teriak Aisyah dan berlari kecil menghampiri mereka yang masih di tengah halaman kemudian menyalami semuanya. "Umi, Ais kangen." kata Aisyah manja dan memeluk Uminya.
"Umi juga kangen.. Jangan seperti ini nak, malu dilihat banyak santri." ujar Umi Nisa melepas pelukan Aisyah dengan lembut.
***
Kini semua sudah berada di dalam rumah. Semuanya sibuk karena banyak tamu yang berdatangan hingga malam hari mengunjungi Abah Yusuf setelah pulang dari tanah suci.
Keesokan harinya...
Masih juga banyak tamu yang berdatangan mengunjungi Abah Yusuf dan Umi Nisa. Hingga siang hari ada satu keluarga datang kerumah Abah Yusuf dan di sambut hangat oleh Abah Yusuf dan Umi Nisa.
"Assalamualaikum Mas Yusuf, bagaimana kabarmu ?" tanya seorang tamu dari Jawa Tengah yang bernama Ustadz Amar.
"Waalaikumsalam Mar, Alhamdulillah seperti yang kau lihat. Aku semakin terlihat muda bukan ?" sahut Abah Yusuf dengan sedikit bercanda membuat semuanya terkekeh.
Abah Yusuf dan Ustadz Amar yang sudah saling menyapa kini Umi Nisa dan Istri Ustadz Amar yang bernama Ustadzah Zainab juga saling menyapa.
"Bagaimana kabarmu Mbak ?" tanya Ustadzah Zainab.
"Alhamdulillah baik, gimana kabarmu dan Zaitun ?" sahut Umi Nisa dengan lembut dan menyambut uluran tangan Zaitun saat akan menyalaminya.
"Alhamdulillah aku dan Zaitun baik."
"Ya sudah ayo masuk, aku panggilkan Aisyah dan suaminya dulu sebentar ?" ujar Umi Nisa yang belum tahu masalah apa yang sudah di alami Zaitun dan Aisyah.
Zaitun yang mendengar kata Aisyah, jantungnya semakin berdegup kencang tak karuan. Ia tidak ingin kekurangannya di ketahui oleh semua orang. Termasuk orangtuanya sendiri.
Yaa, Ustadz Amar dan Ustadzah Zainab adalah orangtua Zaitun Adelia. Mereka datang jauh-jauh dari Jawa Tengah ingin mengunjungi sang kakak Umi Nisa yang baru datang dari tanah suci. Zaitun adalah anak perempuan satu-satunya dan anak tunggal dari Ustadz Amar.
Saat Umi Nisa sedang memanggil Aisyah, Ibrahim tak sengaja melirik sekilas melihat Zaitun. Ibrahim yang tahu itu sepupunya kemudian menghampirinya.
"Assalamualaikum Bule, Zaitun." sapa Ibrahim menempelkan telapak tangannya di dada dan di sambut hangat oleh Ustadzah Zainab.
"Waalaikumsalam Ibrahim, MasyaAllah.. Tampan sekali kamu sekarang nak." sahut Ustadzah Zainab.
"Ah Bule bisa saja. Dari dulu kan aku memang tampan Bule." kata Ibrahim tersenyum lebar sembari melirik Zaitun yang berada di samping ibunya.
***
Namun di dapur, Umi Nisa menyuruh Aisyah untuk menemui Bule nya yang baru datang dari Jawa Tengah.
"Ais, sudah jangan bekerja terus. Temui Bule mu di luar. Mereka baru saja datang." kata Umi Nisa.
Degh
Aisyah yang tahu siapa yang dimaksud tak menjawab perkataan Uminya. Ia langsung meletakkan pisau yang ia pegang di meja dan berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Umi Nisa yang melihat perlakuan Aisyah mengerutkan keningnya merasa bingung.
"Ada apa dengannya ? Kenapa jadi ketakutan begitu ?" gumam Umi Nisa namun masih di dengar oleh dirinya sendiri.
Pembantu yang ada disana lebih memilih diam tak mau ikut campur urusan majikannya.
Aisyah yang sudah sampai di depan kamar membuka pintu kamar dan menutupnya kembali dengan kasar.
Braakk..
Abimana yang sedang istirahat karena semalam begadang ikut menemui tamu yang berdatangan terjungkat kaget setelah mendengar ada yang menggebrak pintu kamarnya.
Abi yang masih mengantuk melihat itu Aisyah langsung menanyakan padanya.
"Kenapa Aisyah ? Ada apa denganmu ?" tanya Abi berusaha menahan emosinya karena tidurnya terganggu oleh ulah istrinya.
"Mas Abi.."
Aisyah yang mendengar suara suaminya berlari kecil segera memeluk Abimana yang sudah duduk di atas kasurnya. Abi yang melihat tingkah Aisyah merasa heran. Kenapa istrinya menjadi ketakutan seperti melihat hantu pikirnya.
"Kenapa sayang ? Ada apa ?" tanya Abimana dengan lembut mengusap bahu Aisyah yang tubuhnya bergetar.
"Zaitun mas.."
"Zaitun ? Zaitun kenapa ?" tanya Abi lagi tak mengerti karena Aisyah hanya mengucapkan satu kata di setiap jawaban.
"Zaitun datang lagi.. Ais takut." kata Aisyah yang sudah hampir menangis.
"Huft.. tenang yaa, selama ada aku disini nggak akan ada yang terjadi. Kau harus tenang." sahut Abi menenangkan Aisyah.
"Umi menyuruhku menemui Bule Zainab." kata Aisyah lagi.
"Bule Zainab ? Siapa dia ?"
"Umi nya Zaitun." sahut Aisyah membuat Abi paham sekarang.
"Ya sudah, aku mandi dulu ya. Nanti kita temui mereka bersama." ujar Abi di angguki oleh Aisyah.
***
Tak lama kini Abimana dan Aisyah menuruni tangga secara bersamaan. Abimana tak lupa mengunci pintu kamarnya lebih dulu agar Aisyah lebih tenang dan tidak terjadi lagi kejadian tempo hari yang di alaminya. Kini keduanya sudah berada diruang keluarga menyapa Keluarga Ustadz Amar dengan ramah.
"Assalamualaikum.." ucap salam Abimana di sambut hangat oleh Ustadz Amar dan Ustadzah Zainab. Namun tidak dengan Zaitun, ia justru menunduk tak berani menatap Abi dan Aisyah.
"Waalaikumsalam.." sahut semuanya yang ada disana.
Abah Yusuf yang melihat menantunya datang dengan bangga memperkenalkannya.
"Nah, ini menantu saya Mar, suami Aisyah." ujar Abah Yusuf membuat Abi menganggukan kepalanya tersenyum pada mereka.
Aisyah yang masih di landa ketakutan tak mau melepas tangan Abimana yang duduk si sampingnya. Seakan memberitahu semua yang ada disana bahwa Abimana hanya miliknya.
***
Kini obrolan dua keluarga itu semakin malam semakin serius. Pembahasan itu juga tak luput dari pendengaran Abi dan Aisyah yang hanya bisa diam mendengar juga menyimak tak bisa memberi masukan.
"Jadi bagaimana Mas Yusuf ? Apa mas Yusuf setuju ?" tanya Amar yang sudah selesai membicarakan semuanya.
"Ah, saya apa kata Ibrahim saja. Jika Ibrahim menyukai Zaitun, nanti aku akan memberi kabar padamu." sahut Abah Yusuf di angguki oleh Ustadz Amar.
Abimana dan Aisyah yang mendengar bahwa Ibrahim akan di jodohkan dengan Zaitun merasa tidak rela. Kakak kandungnya yang paling dia sayang tak ingin mendapat rasa sakit dari wanita seperti Zaitun. Abimana yang sudah bertukar pikiran dengan Aisyah terpaksa diam-diam harus memberitahu Ibrahim seperti apa wanita yang akan dijodohkan dengannya tanpa sepengetahuan Ibrahim.
Abimana berpamitan pada Aisyah untuk segera menemui Ibrahim sebelum Abah Yusuf bicara dengan Ibrahim. Abimana memutari pondok pesantren mencari keberadaan Ibrahim, Abi yang sudah melihat Ibrahim di tanah berkuda dengan segera menghampirinya.
"Ibrahim.." panggil Abi membuat Ibrahim menoleh ke arahnya.
"Ya, ada apa ?"
"Bisa kita bicara ?" tanya Abi lagi yang melihat Ibrahim sedang sibuk bersama para santri disana yang sedang memotong kambing untuk acara syukuran besok pagi.
"Bisa, memang nya ada apa ? Kenapa serius sekali ?" sahut Ibrahim dengan wajah seriusnya.
"Kita bicara disana saja. Agar tidak ada yang mendengar pembicaraan kita." ujar Abi dan diangguki oleh Ibrahim.
"Baiklah, Ayo.."
Keduanya kini sudah jauh dari kerumunan para santri disana. Abi berdiri tegap memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Sedangkan Ibrahim yang penasaran sesekali melirik ke arah Abi karena masih saja diam tanpa kata.
"Kau mau bicara apa ? Sudah hampir setengah jam kita berdiri disini kau juga belum bicara. Ada apa..?" kesal Ibrahim yang sudah lama menunggu.
"Apa kau menyukai Zaitun ?" tanya Abimana langsung pada intinya.
"Zaitun ? Kenapa kau bertanya seperti itu ?" sahut Ibrahim yang tak suka dicampuri urusan pribadinya.
"Kau jawab saja dulu. Nanti kau akan tahu dengan maksud pertanyaanku." ujar Abi lagi datar tanpa ekspresi.
"Yaa aku menyukainya, dia wanita yang cantik, sopan dan lemah lembut. Dia sepupuku, dia juga teman bermain Aisyah waktu kecil dulu. Memangnya kenapa ?" jelas Ibrahim panjang lebar, dan menanyakan lagi maksud Abimana.
"Sebelum perasaanmu semakin dalam, jauhi wanita seperti dia." kata Abi membuat Ibrahim mengerutkan keningnya tak mengerti.
"Maksudmu ?"
"Dia wanita berbahaya Ibra, dia mengidap penyakit kelainan Sek-ks." kata Abi lagi membuat Ibrahim mengepalkan tangannya ingin memberi bogem pada Abimana.
Abimana yang tahu Ibrahim tersulut emosi mengepalkan tangannya kemudian kembali bicara.
"Sebelum kau menghajarku, Kau tanyakan yang sebenarnya pada Aisyah. Aku yakin, Aisyah akan berkata jujur dan memberitahu semuanya padamu." ujar Abi kemudian menepuk bahu Ibrahim dan berlalu pergi meninggalkan Ibrahim yang masih emosi sendirian disana.
...----------------...
Bersambung...
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma