Seorang pendekar muda bernama Panji Rawit menggegerkan dunia persilatan dengan kemunculannya. Dia langsung menjadi buronan para pendekar setelah membunuh salah seorang dedengkot dunia persilatan yang bernama Mpu Layang, pimpinan Padepokan Pandan Alas.
Perbuatan Panji Rawit ini sontak memicu terjadinya kemarahan para pendekar yang membuatnya menjadi buronan para pendekar baik dari golongan putih ataupun hitam. Sedangkan alasan Panji Rawit membunuh Mpu Layang adalah karena tokoh besar dunia persilatan itu telah menghabisi nyawa orang tua angkat nya yang memiliki sebilah keris pusaka. Ada rahasia besar di balik keris pusaka ini.
Dalam kejaran para pendekar golongan hitam maupun putih, Panji Rawit bertemu dengan beberapa wanita yang selanjutnya akan mengikuti nya. Berhasilkah Panji Rawit mengungkap rahasia keris pusaka itu? Dan apa sebenarnya tujuan para perempuan cantik itu bersedia mengikuti Panji Rawit?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ebez, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Sekar Kedaton Medang
Di alam kesadaran naga berkulit merah, pertarungan sengit antara Panji Rawit dan sang naga berkulit merah atau lebih tepatnya disebut sebagai Naga Api, berlangsung tanpa henti. Jika dihitung waktu dunia manusia maka butuh waktu sekitar 1 hari maka dalam waktu alam kesadaran sang naga api hal itu berlangsung selama sebulan lamanya. Maka waktu Panji Rawit bersemedi selama hampir 3 hari itu sama dengan 3 bulan di waktu alam kesadaran.
Untung saja Panji Rawit telah melebur mustika naga api sebelumnya yang membuatnya memiliki kekuatan dan ketahanan yang luar biasa hingga mampu bertahan dalam pertarungan berbulan-bulan lamanya.
Dhhhuuuuuuaaaaaarrrrrrr!!!!
Ledakan dahsyat kembali terdengar saat tubuh Sang Naga Api terkena hantaman Ajian Guntur Saketi. Akibatnya, tubuh naga yang ada dalam legenda itu terlempar dan menghantam tanah dengan keras. Panji Rawit yang tak ingin membuang-buang kesempatan, langsung melompat tinggi dan meluncur turun. Tangan kanan nya segera menghunus Keris Pulanggeni di pinggang. Begitu mendarat di atas kepala Sang Naga Api, Panji Rawit segera mengayunkan keris pusaka itu diatas batok kepala sang naga.
"Menyerah atau mati?!! ", demikian kata Panji Rawit sambil menatap tajam ke arah Sang Naga Api yang kini telah ia jatuhkan.
" Kita sudah bertarung selama berbulan-bulan lamanya dan ku akui kau memang bukan manusia biasa.
Baiklah Panji Rawit, aku menyerah pada mu", ucap sosok naga berkulit merah itu segera.
"Aku tidak akan semudah itu percaya dengan omongan mu. Kau harus bersumpah untuk tunduk kepada ku juga bersedia untuk membantu anak keturunan ku nanti sampai 7 keturunan. Jika kau bersedia untuk melakukan nya, maka aku akan mempercayai mu dan menganggap mu sebagai teman yang bisa aku percaya untuk selamanya ", tegas Panji Rawit tanpa menoleh sedikitpun.
" Baiklah kalau itu yang menjadi mau mu.
Aku Naga Api, keturunan terakhir para penjaga kahyangan, dengan ini bersumpah untuk tunduk pada Panji Rawit dan tujuh keturunannya. Jika aku melanggar, maka aku akan musnah tanpa sedikit pun tersisa juga akan hilang dari lingkaran kelahiran kembali "
Gllleegggeeeeeerrrrrrr...!!
Bunyi guntur menggelegar terdengar setelah Sang Naga Api mengucapkan sumpah. Ini pertanda bahwa alam semesta menyaksikan apa yang menjadi sumpah setia nya pada Panji Rawit.
"Aku mempercayai mu sekarang kawan ku. Maka ijinkan aku kembali ke alam manusia. Aku khawatir kawan-kawan ku akan mengkhawatirkan keselamatan ku karena terlalu lama disini", mendengar ucapan Panji Rawit, Naga Api menganggukkan kepalanya sebagai persetujuan.
Tiba-tiba hawa panas yang tercipta dari Batu Langit Hitam mereda seiring terbukanya mata Panji Rawit. Pramodawardhani yang menyaksikan peristiwa ini langsung menubruk tubuh Panji Rawit sambil menangis tersedu-sedu.
"Aku kira kau tak akan pernah bangun lagi, Kakang Rawit huhuhu... Kalau kau tiada, aku tidak mau hidup lagi... ", ucap Pramodawardhani disela-sela tangisannya.
"Apa yang kau bicarakan, Cempluk? Aku disini baik-baik saja.. ", Panji Rawit tersenyum tipis melihat sikap Pramodawardhani padanya.
Dari arah samping, Larasati yang baru pulang mengambil air pada jun dari bambu melihat Panji Rawit sudah bangun dari semedi nya langsung berlari ke arah sang pendekar muda. Tanpa malu-malu lagi, Larasati langsung ikut memeluk erat tubuh Panji Rawit dengan mata berkaca-kaca.
"Kalian berdua ini kenapa?", tanya Panji Rawit segera.
" Kami sangat mencemaskan mu Kakang Panji Rawit. Saat kau tidak segera bangun, aku dan Pramodawardhani sangat khawatir. Karena tak ingin berpisah dengan mu, kami telah mengambil sumpah untuk menjadi saudari agar bisa terus bersama mu. Jagad Dewa Batara akhirnya mengabulkan doa kami berdua.. ", sahut Larasati dengan senyuman penuh kebahagiaan.
Di tengah suasana yang penuh rasa haru itu, Begawan Randuseta datang. Mata lelaki paruh baya dengan janggut pendek itu nampak menatap ke arah Batu Langit Hitam yang kini dalam genggaman tangan Panji Rawit.
"Sepertinya Batu Langit Hitam itu memilih mu sebagai pemilik nya, Panji Rawit. Sekarang, senjata jenis apa yang ingin kau buat dari Batu Langit Hitam ini? "
Mendengar pertanyaan itu, Panji Rawit terdiam beberapa saat lamanya. Dia teringat tentang kebiasaan Mpu Ranudaksa yang suka bermain pedang dan mengajarkan jurus-jurus silat berpedang dasar saat ia masih kecil. Semenjak ia berguru kepada Resi Sampar Angin, Panji Rawit memang jarang menggunakan senjata pedang karena Resi Sampar Angin memang hanya mengajarkan ilmu silat tangan kosong berikut ilmu kesaktian saja.
"Aku ingin meneruskan warisan orang tua angkat ku sebagai pendekar pedang, paman guru. Aku ingin menaikkan pamor jurus pedang keluarga ku di dunia persilatan Tanah Jawa dengan pedang baru itu.. "
"Kalau begitu, kita harus ke Kotaraja Tamwlang Panji Rawit. Sebab hanya ada seorang empu disana yang pasti nya sanggup menempa senjata dari Batu Langit Hitam itu.
Kalau kita sudah tidak ada urusan lagi disini, sebaiknya kita segera berangkat ke Kotaraja Tamwlang", ucap Begawan Randuseta yang membuat Panji Rawit mengangguk mengerti.
Setelah membereskan barang bawaannya, Panji Rawit bersama dengan Begawan Randuseta, Pramodawardhani dan Larasati segera meninggalkan tempat itu menuju ke arah selatan. Tujuan mereka hanya satu. Kotaraja Tamwlang.
*****
Prabu Mpu Sindok atau juga disebut sebagai Pu Sindok atau pun kadang di panggil dengan nama Dyah Sindok, adalah penguasa Kerajaan Medang Mataram setelah hancurnya Kotaraja Pohpitu oleh amukan letusan gunung Mandrageni yang meluluhlantakkan seluruh Kotaraja Pohpitu dalam lautan pasir dan batu.
Dalam pemerintahan nya di Tamwlang yang dijadikan sebagai ibu kota baru Kerajaan Medang, Mpu Sindok memerintah dengan adil dan bijaksana. Meskipun beberapa kali mengalami pergolakan politik akibat rongrongan dari para pemberontak yang tidak setuju dengan perpindahan pusat pemerintahan ke Jawa bagian timur, Tamwlang telah menjelma menjadi sebuah Kotaraja besar yang ramai dengan perdagangan. Letaknya yang ada di pinggiran Sungai Kapulungan ( Sungai Brantas sekarang), membuat kota ini memiliki berbagai keunggulan yang mampu menarik penduduk ataupun para ahli untuk tinggal disana.
Tak cuma para ahli sastra ataupun para pedagang, para pandai besi dan bahkan juru ukir maupun tukang bangunan banyak yang pindah ke Kotaraja Tamwlang guna mendapatkan kehidupan yang lebih baik.
Prabu Mpu Sindok sendiri memiliki 2 istri resmi selain beberapa selir yang tinggal di dalam keputren Istana Medang Sawit. Permaisuri utama nya yang juga menjadi ratu Medang adalah Dyah Kebi. Sedangkan permaisuri kedua Prabu Mpu Sindok adalah Dyah Mangibil yang juga dijuluki sebagai Ratu Tanpa Mahkota.
Dari Dyah Mangibil, Prabu Mpu Sindok memiliki 4 orang putri yang diberi nama Widoningsih, Widoningrum, Widosari dan Widoningtyas. Keempatnya memiliki paras yang cantik sebagaimana putri putri raja jaman dahulu.
Sedangkan Permaisuri Dyah Kebi sedikit lambat memiliki keturunan hingga ia hanya memiliki seorang putri yang lahir paling bungsu diantara keempat saudari tiri nya. Oleh Prabu Mpu Sindok, putri terakhir ini diberi nama Widowati. Meskipun paling bungsu, Widowati memiliki paras yang paling jelita diantara kelima bersaudara hingga ia mendapat julukan sebagai Sekar Kedaton Istana Medang.
Berbeda dengan sifat kakak kakak tiri nya yang cenderung bersikap seperti bangsawan pada umumnya, Widowati memiliki sifat yang sungguh bertolak belakang dengan mereka. Dia gemar sekali keluar dari istana untuk berjalan di pasar, memberikan makanan dan minuman untuk para pengemis ataupun para kaum miskin. Hal ini membuat Widowati sangat dicintai oleh rakyat Kotaraja Tamwlang karena kebaikannya.
Siang itu di taman sari Kedaton Medang Sawit, Widowati nampak duduk termenung sambil menatap sepasang kupu-kupu yang sedang berkejaran di antara bunga-bunga.
"Gusti Putri, masih pagi kok ya sudah melamun to? Awas nanti kesambet setan gundul loh.. ", ucap Parmi yang merupakan emban pengasuh Widowati sejak masih bayi.
Huuuhhhhhhh...
"Kau tidak mengerti apa yang sedang aku rasakan, Emban. Aku tidak sedang melamun tetapi sedang memikirkan sikap Mahamantri Kendraswara yang selalu berusaha untuk mendekati ku. Padahal kau tahu sendiri aku tidak ada hati dengan nya", Putri Widowati mengungkapkan unek-unek dalam hatinya.
"Ya tinggal di tolak saja to Gusti Putri. Hamba yakin kalau Gusti Putri bersikap tegas, Mahamantri Kendraswara juga tidak akan berani untuk berbuat macam-macam", sahut Parmi sang emban sepuh.
" Tidak semudah itu, Emban. Mahamantri Kendraswara memiliki kekuatan di kalangan para pejabat tinggi juga memiliki kekayaan yang banyak. Ah pusing aku memikirkan masalah ini.
Belum lagi beberapa hari ini aku selalu bermimpi hal yang sama.. ", keluh Putri Widowati.
" Mimpi? Mimpi apa Gusti Putri kalau boleh hamba tahu? ", tanya Emban Parmi yang penasaran. Putri Widowati menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia berbicara,
" Aku mimpi bertemu dengan seorang gembel.. "
eh lha kok justru nyawa mereka sendiri yang tercabut 😆
modyar dengan express dan success 😀
bisa membuat tanah terbelah...keren! 👍
Ajian Malih Butha tak ada gregetnya di hadapan Lokapala 😄
up teruus kang ebeezz..🤗🤗
tuh kan bnr iblis pencabut nyawa cmn skdr nama.
nyatanya nyawa mreka sndiri yg di cabut