5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!
Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.
Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.
Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻♀️ Yang setuju buat bikin sekuel atau lanjut vote di grup chat author ya 🙏 masih berlaku untuk hadiah saldo Dana untuk gift terbanyak bulanan. bisa gift lewat iklan juga ya 🥰 maksimal 10 iklan/hari = 100 dukungan. Hadiah akan diberikan pada dukungan terbanyak dalam setiap bulan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Extra Episode
"Bu, aku pamit ya? Kalo Ibu mau nelpon, sewa Wartel aja. Nanti aku yang bayar. Ibu juga kalo mau makan, beli aja dikantin. Tagihannya kirim ke aku," ucap Cia memeluk erat sang Ibu yang kini berada di ruang besuk rumah tahanan.
"Jaga diri baik-baik ya, Nak. Maaf, Ibu nggak pernah bahagiain kamu," ucap sang Ibu.
"Dengan nggak ada Bapak di hidup kita, aku bahagia kok," balas Cia.
"Kami permisi, Tante," ucap Wandra yang mencium punggung tangan ibu Cia.
Air mata menetes dari wanita paruh baya tersebut. "Jaga Cia ya, Wan," pesannya.
Wandra mengangguk pasti.
"Sufi mau ikut Ibu atau di sini sama nenek?" tanya Cia.
"Ikut Ibu!" jawab Sufi pasti.
Ibu Cia juga menciumi bocah laki-laki yang menggemaskan tersebut.
Cia, Wandra dan Sufi pergi meninggalkan rumah tahanan dengan sebuah ojek mobil yang sudah mereka pesan. Hari ini adalah hari keberangkatan Cia ke luar negeri. Sesuai dengan janji Devia sewaktu dulu. "Saya bakalan bawa Cia ke luar negeri!"
Wandra semula duduk di pinggir jendela, dengan sengaja mengangkat Sufi untuk menggantikan dirinya duduk di sana, agar Wandra bisa duduk bersebelahan dengan Cia. Sufi yang duduk di tengah, sangat mengganggu menurut Wandra.
"Aaaahhhhhhh!! Oooooommmm!!" teriak Sufi mendadak tantrum.
Cia menoleh pada anak angkatnya tersebut. "Sufi nggak suka dekat jendela mobil, Wan!" omelnya.
Wandra menarik rahang gadis itu dan memberinya sebuah kecupan. Kemudian mengembalikan Sufi pada posisinya semula.
Cia langsung memeluk Sufi yang sudah menangis sambil teriak-teriak.
"Aaaaaahhhhh!!!" teriaknya lebih kencang, sebab Wandra merenggangkan tangannya ke punggung Cia.
Sufi tidak suka saat ada pria yang menyentuh Cia selain dirinya. Sufi sangat menyayangi Cia, ia tak ingin siapapun mengambil ibunya itu.
"Waaan," ucap Cia pelan.
Wandra menghela napas dan menaruh tangannya di depan.
"Jangan sentuh Ibu!" teriak Sufi marah.
"Siapa yang nyentuh? Yeee Ge Er! Lagian Ibu lu itu bau! Nggak mandi! Liat tuh bajunya kayak gembel!" balas Wandra.
"Aaaaaaaaaaaahhhhhhhh!! Ibu cantiiiik!!" teriak Sufi membuat bising seisi mobil.
"Cantik apaan? Liat tuh mukanya! Kayak Dinosaurus!" ucap Wandra lagi.
"Aaaaaahh!!" Sufi mulai menangis dan menghempaskan tubuhnya ke kursi mobil.
"Wan!" tegas Cia agar pria itu menghentikan tingkah kekanakannya tersebut. Cia memeluk Sufi untuk meredakan emosinya.
"Anjir lah! Masa gue rebutan sama bocil," gerutu Wandra. "Eerrghhh!" Mendadak gemas ingin memakan Sufi. "Untung masih kecil lu, kalo dah gede, gue ajakin berantem," lanjutnya.
Sementara Sufi berada di pangkuan Cia yang kini berada di dalam pelukan sang ibu. Dengan sengaja Cia menyandarkan tubuhnya pada Wandra dan membuat pria itu terkejut sekaligus deg-degan. Bahkan Wandra bisa mendengar detak jantungnya sendiri.
Cia menoleh padanya dan memberikan sebuah senyuman. Aman dan nyaman, itu yang Cia rasakan saat bersama Wandra.
Wandra membalas senyuman itu dan mengusap kepala yang sedang bersender di bahunya tersebut.
"Sufi mau tidur," bisik Cia.
"Eh, jangan tidur dulu. Kita bentar lagi sampe bandara," balas Wandra.
"Nggak apa-apa. Ntar dibangunin, dia nggak nangis kok kalo dibangunin."
"Nggak nangis, malah ngereog ntar ngeliat pesawat," ejek Wandra.
Lagi-lagi Cia mendongak menatap Wandra dan membuat pria itu salah tingkah.
"Kenapa?" tanya Wandra tak kuasa menahan senyuman.
"Sini! Gue bisikin," jawab Cia mengubah posisinya menjadi tegak.
Dengan penuh kepercayaan, Wandra mendekatkan telinganya ke arah Cia.
Cup! Satu kecupan di pipi Wandra membuat pria itu mematung. Ada aliran listrik yang mengalir di sekujur tubuhnya namun entah berasal dari mana.
"Makasih—" bisik Cia yang terpenggal sebab ....