Nara adalah anak bungsu dari tiga saudara, Kedua Kakak nya selalu hidup di perhatikan oleh orang tua nya. Segala sesuatu pasti di turuti, Beda hal nya dengan Nara yang selalu tersisih dalam keluarga, karena dia bukan lah anak dari istri sah nya Tono.
Suatu hari Nara berjuang untuk hidup dan mati karena di tabrak oleh Nayla Kakak nya sendiri, Saat sedang sekarat. Seorang pria misterius menyelamatkan nya dan mendidik Nara menjadi sosok yang kuat, Lima tahun kemudian Nara kembali lagi dan membalas sakit hati nya kepada keluarga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Sebulan sudah
Kabut putih menutupi pandangan Nara yang baru saja tersentak bangun, Dia tidak tahu ada di mana sekarang karena suasana sangat asing untuk nya, Bahkan Nara sama sekali tak pernah menginjakan kaki di daeran ini. Namun tiba tiba saja sekarang sudah di sini dengan perasaan yang sangat aneh sekali, Pakaian yang ia kenakan berwarna putih bersih, Pinggiran danau ini terlihat sangat indah dan sejuk, Walau Nara merasa aneh dengan tempat ini. Namun ia merasakan kenyamanan yang tidak pernah ia dapatkan sebelum nya, Rasa tidak mau pulang karena lebih baik di sini tinggal sendirian tanpa mereka yang selalu menghajar nya tanpa belas kasih.
Masih terbayang dalam ingatan Nara terakhir kali ia di hajar oleh Tono dengan tongkat besi yang sangat menyakitkan itu, Lagi pula siapa orang nya yang tahan bila di hajar begitu. Bahkan mungkin saja Tono akan merangkak minta ampun bila dia yang ada di posisi nya Nara, Tapi dia tak pernah membayangkan bagai mana sakit nya jadi Nara. Yang penting menjatuhkan tangan seenak hati, Padahal putri nya ini juga punya perasaan seperti putri lain nya. Nara menarik nafas panjang karena dia berusaha melupakan kenangan ynag sangat buruk tersebut, Untuk apa juga mau di kenang terus, Lebih baik mencoba hidup baru di sini.
"Anak ku.....
Suara lembut menyapa Nara dari belakang sehingga membuat gadis ini kaget, Seorang wanita dengan pakaian putih juga mendatangi Nara yang masih melongo karena tak kenal dengan wajah ini. Apa lagi si wanita memanggil sebagai anak, Tentu Nara kebingungan juga di buat nya, Yang ia kenal sebagai Ibu hanya lah Lastri saja.
"Kau siapa?" Nara bertanya pelan.
"Aku Ibu mu, Nak! Maaf karena Ibu tidak bisa menjaga mu." Sesal Marda.
"Ternyata kita ada di alam kematian, Kenapa kau menyesal tak bisa menjaga ku? Bukan kah kau memang tidak ingin menjaga ku, Aku benci padamu." Pekik Nara.
"Maafkan Ibu, Sungguh Ibu menyesal sudah menempatkan mu pada jurang neraka." Marda menangis.
"Kau bukan Ibu ku! Andai saja bisa memilih, Maka aku akan lebih memilih mati saja. Supaya kau terus hidup dalam nista karena merebut suami orang." Jerit Nara.
Dalam bayangan Nara, Marda terus menangis sambil meminta maaf kepada dia. Sedang kan dalam dunia nyata Edwin melihat Nara yang meneteskan air mata dalam koma nya.
"Kau kenapa? Apa yang membuat mu menangis." Edwin mengusap air mata gadis ini.
Nara masih saja tak ada reaksi untuk bangun dari koma nya, Sudah satu bulan dia begini di tempat tidur. Sebenar nya kesabaran Edwin mulai menipis karena orang yang di tolong nya sudah tak punya semangat hidup, Awal nya Edwin mengira Nara punya dendam yang kuat dan bertekad akan membalas orang yang sudah menyakiti nya. Namun dugaan itu salah besar, Gadis ini malah koma dan sampai sekarang enggan untuk bangun dan memulai hidup baru.
"Aku memberi mu waktu satu minggu lagi, Bila kau memang tak mau bangun juga. Maka aku asli akan membuang mu!" Ancam Edwin.
Tangan Nara yang di penuhi selang infus itu menggenggam nya kuat seolah memberi respon pada ucapan Edwin barusan, Pria tampan ini mengeluarkan smirk yang sangat menakutkan bagi orang yang tidak pernah melihat nya. Dia senang karena Nara sudah merespon, Tak akan dia mau membuang waktu lama lama menunggu Nara bangun. Dia tak punya waktu selama itu untuk menunggu nya, Hingga akhir nya Nara sudah mulai merespon dan Edwin sangat senang usaha nya tak sia sia saat menolong gadis malang ini.
"Siapa gadis ini, Bro?" Jeff datang hingga membuat Edwin kaget.
"Entah lah, Aku juga tidak tahu." Jawab Edwin pelan.
"Gadis lagi? Sekian banyak gadis yang kau tolong, Tapi tak ada satu pun yang bisa memikat hati mu." Sindir Jeff.
"Karena aku bukan untuk di pikat." Jawab Edwin melepaskan genggaman tangan Nara.
"Cih! Sombong sekali kau anak muda, Aku yakin suatu saat nanti kau pasti jatuh cinta dengan gadis yang kau tolong." Tebak Jeff.
"Sudah lah! Kita bukan hidup di dunia novel yang begitu mudah untuk jatuh cinta, Banyak proses yang harus di lewati." Sergah Edwin.
"Mau di dunia apa pun selagi itu hal yang baik untuk di tiru, Maka tak akan jadi masalah." Ucap Jeff menuang wine kegelas.
"Apa selama ini kita melakukan hal baik?" Edwin bertanya pada Abang nya.
Jeff hanya mengangkat bahu cuek karena dia tahu pekerjaan mereka bukan lah hal yang baik, Selalu berbau darah manusia setiap hari nya. Walau mereka bergerak di bidang usaha normal, Bila ada yang menghalangi maka pasti nya akan main kekerasan juga. Apa lagi dalam dunia gelap, Edwin yang masih sering mengelola pembunuh bayaran, Dia adalah pemilik agensi pembunuh bayaran yang kemampuan nya sudah tidak di ragukan lagi oleh sang penyewa.
Semua anak buah Edwin di ambil dari gadis malang yang di sia sia kan sehingga mereka pasti punya dendam yang kuat dan berhati dingin, Bila hati mereka hangat dan mudah iba, Tak akan bisa menjadi menjelma menjadi pembunuh yang sangat brutal, Sedangkan di sini yang sangat di butuhkan adalah dendam dan hati yang sangat dingin kepada sesama nya.
"Dia anak haram dari perbuatan Ayah yang suka berzina, Hidup nya tak begitu baik karena Ibu dia meninggal." Edwin mulai bercerita.
"Oh sudah kau selidiki." Angguk Jeff.
"Pasti nanti nya dia akan sangat dendam kepada sang Ayah yang sudah menciptakan dia, Namun juga sudah menyiksa dia! Aku saja sangat geram dan ingin menghabisi pria keparat itu, Namun bila aku yang membunuh nya pasti tak akan seru." Ucap Edwin.
"Jadi maksud mu kau akan menumbuhkan dendam di hati nya supaya membenci Ayah dia?" Tanya Jeff.
"Tidak ku tumbuhkan saja sudah pasti dia sangat dendam." Sahut Edwin.
"Semoga bantuan mu tidak sia sia dan semoga saja gadis ini jodoh mu." Doa Jeff langsung di sambut tatapan sinis dari Edwin.
Jeff sangat tidak tahu kenapa adik nya ini begitu anti bila di ajak membahas masalah jodoh, Lama lama Jeff juga curiga bila Edwin punya kelainan
yang seperti Papa mereka tuduhkan selama ini. Maka Jeff menatap adik nya penuh curiga sehingga membuat Edwin sangat kesal sekali, Bila datang hanya bertengkar saja.
"Buang pikiran mu itu, Sialan!" Rutuk Edwin meninggalkan tempat ini.
Jeff tertawa keras karena Edwin sudah tahu apa yang sedang ia pikirkan, Lagi pula orang mana yang tidak curiga bila Edwin selalu menolak saat di carikan pacar, Pasti semua orang juga berpikir demikian. Bukan hal yang susah untuk Edwin bila hanya untuk cari pasangan, Banyak gadis yang antri menunggu dia.