Bagaimana sih seru nya menjadi princes Jihaen Mayleen yang sangat di sayangi oleh empat kakak laki-laki nya yang semua nya adalah pangeran super tampan?
Bagaimana pula kalau pangeran Richard Erling sang pria masalalu Jihaen yang belum selesai malah muncul lagi namun sebagai tunangan Mheyrina sepupu nya Jihaen?
Jihaen cantik,pintar seorang puteri raja pada kenyataan nya kisah cinta nya tak seberuntung kehidupan nya..
Santai dulu gak sih sama novel satu ini
Sebelum merilis novel selanjut nya, kayak nya autor mau santai dulu sama novel yang ringan ini
yuk mampir di novel yang ke-16
Royal Princes
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ♡ LIA Lestari ♡, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Royal Princess Chap 19
Pada saat ini kebetulan Jihaen juga sedang melihat beberapa pesan Richard yang masuk sebelum nya. Namun ia tak peduli dengan kegabutan pria ini dan langsung menghapus nya.
Di hari sebelum nya Jihaen pernah meminta tolong kakak keempat nya untuk membantu nya menghapus nomor Richard yang sama sekali tidak bisa di masukkan ke daftar hitam. Jadi ia fikir ada teman kakak nya yang sudah pasti ahli teknologi.
Teman kakak nya bisa membantu, hanya saja tidak sepenuh nya. Ia bilang bahwa sistem yang di miliki oleh Richard terlalu kuat jadi ia hanya bisa membuat Richard tak bisa menghubungi dan tak bisa melihat status harian Jihaen namun ia masih bisa mengirim pesan. teman kakak nya itu bilang jika memaksa menjebol nya maka sistem mereka sendiri yang akan rusak.
Mereka sampai bertanya-tanya orang seperti apa yang ingin Jihaen lawan sampai memiliki kekuatan hacker yang sehebat itu?
"mengotori laman riwayat ponsel ku saja" gerutu Jihaen seraya menghapus pesan-pesan yang bagi nya sudah tak penting itu lagi.
Jelas-jelas Richard tak mempercayai nya, dan sekarang sudah berlalu begitu lama. Ya sudah harus nya pria itu berbahagia saja dengan Mheyrina calon istri nya, kenapa malah Richard sibuk mengganggu nya?
Mheyrina sudah sampai di gerbang istana Nirven, sudah ada princes Amei di sana dengan membawa keranjang makanan
"temani aku makan.." senyum Amei dengan sumringah menyambut Jihaen
"kau sudah lama tiba?" tanya Jihaen
"tidak,baru saja..aku seperti nya menghitung kapan waktu nya kau sampai di Nirven" celoteh Amei
"wah hebat sekali.." Jihaen bertingkah seperti terpukau pada kehebatan Amei dengan di bumbui candaan hingga membuat Amei terkekeh.
Sembari Jihaen menuju kamar nya dan berganti pakaian, Amei menata makanan yang di bawa nya itu di meja dengan teratur.
Jihaen teringat pada kisah nya dan Richard, seperti nya ia memang tak tau kenapa antara mereka berdua menjadi seperti ini. Mengingat segala hal manis nan baik di waktu sebelum nya harus nya ini hal yang mustahil
Dulu ia sangat menyukai nya hingga mendarah daging, namun suatu hari ia kecewa karena tiba-tiba Richard memuji orang lain di depan nya, Richard seperti nya suka dan penasaran kepada gadis lain tanpa menjaga perasaan nya.
Setelah di fikir-fikir mungkin Richard memang tak menyukai nya, ya hanya dia sendiri saja yang suka. Jihaen kembali tersenyum getir dengan segala nya..
lalu kala itu di hari berikut nya Jihaen tanpa sengaja melihat Richard bersama seorang gadis lain nya yang juga lumayan cantik. Mereka tampak akrab dan manis berbincang berdua di sebuah kafe.
Dari situ Jihaen mulai sadar, kalau selama ini Richard baik dan akrab dengan nya bukan karena Richard menyukai nya namun karena pria itu memang banyak teman gadis..
Di hari itu dari sudut pandang nya, Richard dan gadis itu tampak berci--uman.., gadis itu dengan agresif berjinjit dan menarik tengkuk Richard..dan setelah nya Jihaen langsung buang muka..pergi tak mau melihat kelanjutan nya
"kenapa?" tanya Amei saat melihat Jihaen datang ke meja makan dengan raut yang aneh, ia tampak seperti orang yang kecewa atau..teringat sesuatu
"ah tidak ada.." jawab Jihaen, ia buru-buru menepis ingatan nya tentang semua itu yang memang sama sekali tak layak ia ingat sedikit pun..
Amei merasa Jihaen pasti ada apa-apa jadi ia langsung menghibur nya..
"ini...ada banyak makanan dan minuman kesukaan mu" kata Amei mengalihkan topik
Sekejap kemudian senyuman nya terbit, seperti nya Jihaen mulai melupakan kekecewaan nya yang tiba-tiba hadir barusan. Amei merasa lega dengan perubahan mood nya.
Sementara itu Richard sudah sampai di depan gerbang kediaman pejabat Xender paman nya. semakin ia masuk lebih dalam ia teringat dulu ia tinggal lama di sini dan di kota ini lah membuat ia semakin teringat Jihaen lagi dan lagi.
Saat itu Richard merasa tak ada guna nya ia mengikuti rencana Chiko dan teman nya yang di rasa nya tak membuah kan hasil, jadi minggu berikut nya ia mencari Jihaen dan mengungkap kan perasaan nya.
"Jihaen..ikut aku.." suara berat Richard setengah berbisik di atas kepala Jihaen
Belum sempat merespon apa-apa, Jihaen merasa pergelangan nya di gandeng lembut namun erat oleh Richard. darah di bagian kulit yang bersentuhan terasa berdesir hebat.., ada cinta, amarah, emosi,dan kecewa karena luka yang menganga namun juga ada rindu.
Reinara sedang bersama Jihaen kala itu dan ia melihat sendiri kalau Richard menarik tangan sahabat nya itu ke suatu tempat yang sepi.
menurut pengetahuan Reinara saat ini kedua orang sedang dalam hubungan yang tidak baik, namun jika Richard inisiatif memperbaiki hubungan maka itu adalah hal yang bagus.
Jadi Reinara membiarkan nya dan memilih pergi dari sana dan bergabung dengan teman-teman nya yang lain.
Richard duduk lebih dulu di sebuah bangku, namun tangan nya terus memegang kedua tangan Jihaen..ia menatap nya dalam..
Jihaen yang merasa tak mengerti dan karena juga masih ada rasa marah kepada nya memilih tetap dengan posisi berdiri di depan Richard walau pun kedua tangan nya di pegang mesra oleh Richard.
"Jihaen.." kata Richard lembut
"kalau hari ini aku menembak mu...apakah kau akan menerima nya?" tanya Richard pelan..namun penuh arti yang mendalam
pada saat itu di tahun itu, para anak muda sering mengganti kata menyatakan cinta dengan kata 'menembak' itu seperti sebuah bahasa gaul mereka pada masa nya.
Jihaen harus nya sangat kaget, Richard menyatakan perasaan kepada nya? bukan kah ini yang selama ini ia tunggu..?
Namun saat itu mereka masih lah jiwa Abege yang masih muda dan labil..perasaan masih melonjak-lonjak dengan ego yang tinggi.
Jujur Jihaen masih sangat marah kepada Richard , ia ingin Richard menjelaskan terlebih dahulu kesalahpahaman ini jika memang benar Richard menyukai nya.. namun ia tak tau mau mulai bertanya dari mana, ia sudah terlanjur terluka parah. Ia malah merasa Richard sedang mempermainkan nya..
"Richard, kalau kau menembak ku..bukan kah aku akan mati..? bukan kah manusia akan mati kalau di tembak? Hahaha...." malah itu jawaban sinis yang keluar dari mulut Jihaen
Setalah Jihaen mengatakan itu, suasana menjadi tak enak dan mencekam. Richard merasa kesal dan kecewa. Harus nya Jihaen tau kan apa 'menembak' yang di maksud? Kenapa saat ini Jihaen malah pura-pura tak tau dan mengejek nya?
Richard mati-matian memberanikan diri dan mental nya untuk mengatakan ini kepada Jihaen tapi gadis yang di sukai nya ini malah mengolok-olok mental nya! Oh iya.. ternyata Chiko benar kalau Jihaen memang tak pernah menyukai nya..!