Seorang pria bernama Alzeyroz, ia hanyalah pekerjaan bangunan. Saat mendapatkan upah, ia pulang untuk membelikan kue dan kado ulang tahun istrinya, saat sampai di rumah, ternyata istri dan teman satu kantornya dulu berselingkuh, karena panik, istrinya menusuk kedua matanya dengan gunting.
Bukan hanya kedua matanya buta permanen, ia juga di jual dengan bos pengemis, ia kerap kali di siksa karena tidak mau mengemis. hingga akhirnya ia terjatuh di aspal panas, saat ingin meraba tongkat kayunya ia malah menemukan kacamata.
Saat di pakai, kacamata itu malah membuat ia kembali bisa melihat, ternyata itu adalah kacamata super yang mengubah hidupnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon less22, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Hadiah Misi
...❤️❤️❤️❤️ Happy reading ❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
[Ting]
Sebuah notifikasi masuk. Alzeyroz menekan tombol di samping kacamatanya.
[Misi Selesai]
[Reward \= uang 300.000.000]
[Reward\= Sebuah cafe]
[Penyembuhan mata \= 8%]
[Kemampuan pertahanan diri \= 20%]
[Kecepatan \= 20%]
[Kemampuan navigasi \= 20%]
[Smart Glasses level 7]
[Status : Belum bisa melepas kacamata]
Pria itu akhirnya ditangkap polisi, tangannya diborgol erat.
"Lepaskan! Lepaskan!" Teriak pria itu memberontak, berusaha melepaskan diri saat polisi membawanya masuk ke dalam mobil patroli.
"Terima kasih banyak karena sudah menelpon polisi," ucap polisi itu kepada Alzeyroz, matanya masih tertuju pada pria yang meronta-ronta di dalam mobil.
"Sudah seharusnya pak," jawab Alzeyroz, sedikit gugup.
"Jika diingat lagi, bukannya kamu adalah pria tadi malam di restoran?" tanya polisi itu, ingatannya kembali pada kejadian di restoran semalam, saat Alzeyroz membantu seorang wanita yang hampir menjadi korban pembunuhan.
"Ah, iya Pak, itu saya," angguk Alzeyroz, sedikit terkejut.
Polisi itu tersenyum tipis. "Bahkan baju kamu masih baju yang sama tadi malam. Sepertinya kamu punya bakat untuk terlibat dalam situasi yang berbahaya ya, Alzeyroz?"
Alzeyroz hanya bisa tersenyum kikuk. Dia tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, namun satu hal yang pasti, dia tidak akan ragu untuk membantu orang lain yang membutuhkan, meskipun itu berarti harus menghadapi bahaya.
"Baiklah kalau begitu, kamu juga sekalian ke kantor polisi, karena keterangan kamu tadi malam belum lengkap," ucap pak polisi itu, raut wajahnya serius.
"Ah baiklah kalau begitu Pak." angguk Alzeyroz, sedikit ragu. Ia sebenarnya ingin segera pulang, namun rasa tidak enak membuatnya menurut.
Alzeyroz masuk ke dalam mobilnya sendiri, sementara Sarah, ibu yang menjadi korban kunci dalam kasus KDRT itu masuk ke dalam mobil polisi. Perlahan-lahan mobil pun melaju di jalanan menuju kantor Polisi.
Sesampainya di kantor polisi, Alzeyroz bergegas keluar dari mobil. "Pak, saya mau beli roti, saya kelaparan karena belum sarapan," ucap Alzeyroz, matanya mencari-cari penjual makanan di sekitar.
"Saya temani," ucap seorang polwan dengan tegas, matanya menatap Alzeyroz tajam. Polwan itu, yang bernama Rara, memiliki aura yang kuat dan membuat Alzeyroz sedikit gugup.
"Eh, i-iya," jawab Alzeyroz gugup karena tatapan Polwan cantik itu tak biasa. Rara, dengan langkah pasti, melangkah menuju ke arah Alzeyroz. Alzeyroz pun mengikutinya, jantungnya berdebar kencang.
Ada penjual roti di samping kantor polisi. "Kamu beli di sana saja," ucap polwan itu, matanya masih menatap Alzeyroz tajam. Nada bicaranya tegas, tak memberikan ruang bagi Alzeyroz untuk menolak.
"I-iya Bu Polwan." angguk Alzeyroz gugup. Ia pun membeli beberapa roti dari seorang ibu berumur 50 tahun yang terlihat ramah. "Ini, Nak, makan dulu ya," ucap ibu penjual roti itu sambil tersenyum.
"Terima kasih Bu," jawab Alzeyroz, merasakan sedikit ketenangan di tengah ketegangan.
"Susah selesaikan? Cepat kembali ke kantor polisi," ucap Polwan itu sedang menunggu Alzeyroz dengan tangan di lipat di dadanya. Tatapannya masih tajam, membuat Alzeyroz merasa seperti sedang diawasi.
"Iya Bu polwan." angguk Alzeyroz, buru-buru mengambil roti yang telah dibeli.
Alzeyroz membawa roti itu dengan memakai kantong plastik, berjalan terlebih dahulu menuju kantor polisi. Sementara Bu Polwan Rara, mengikuti Alzeyroz dari belakang.
"Astaga, Bu polwan ini kenapa mengikuti ku terus, aku ini adalah saksi, kenapa malah di jadikan seperti tahanan?" batin Alzeyroz, perasaan tidak nyaman semakin menggerogoti pikirannya. Ia merasa ada yang tidak beres. Kenapa Rara bersikap begitu? Apa yang sebenarnya terjadi?
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️...
...❤️❤️❤️❤️ Bersambung ❤️❤️❤️❤️...