Aku adalah Dara, aku pernah menjalin hubungan dengan Bastian semasa sekolah, tapi karena tidak direstui, akhirnya hubungan kami kandas.
Akhirnya aku menikah dengan seseorang laki-laki lain, Lima tahun kemudian aku bertemu dengan Bastian kembali, yang ternyata sudah menikah juga.
Pernikahanku yang mengalami KDRT dan tidak bahagia, membuatku dan Bastian menjalin hubungan terlarang setelah Lima Tahun.
Salahkah, aku Mendua ~
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mama reni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab Empat
Tiga bulan telah berlalu, Dara telah masuk kuliah. Gadis itu tetap melanjutkan usaha jualan kue yang biasa ibunya lakukan sebagai penyambung hidup.
Hari ini seluruh keluarga sedang berkumpul untuk membicarakan acara tahlilan seratus hari meninggalnya sang ibu. Termasuk Tante Erna.
"Dara, seminggu lagi genap seratus hari kepergian ibumu. Kami tak mungkin tiap hari bisa mengawasi kamu karena ada keluarga dan juga pekerjaan yang harus kami lakukan. Kami ingin ada yang melindungi mu sepenuhnya," ucap salah seorang dari pamannya Dara yang bernama Andi.
Paman dan bibi atau Tante nya semua mengangguk setuju. Apa lagi Tante Erna. Dia sepertinya begitu semangat mendengar ucapan paman Andi.
Dara hanya diam mendengar ucapan pamannya. Tak berani membantah. Apa lagi dia hanya seorang diri, tak ada saudara kandung yang lain.
"Aku setuju. Sebaiknya kamu menikah, biar ada yang melindungi. Tak mungkin kamu seorang diri terus. Kamu gadis. Sangat rawan dan berbahaya jika kamu tinggal sendiri di rumah terus," ucap Bibi Marni.
"Aku bisa jaga diri, Bi. Jangan kuatir," jawab Dara.
Dari tadi gadis itu hanya diam. Namun, mendengar dia harus menikah akhirnya mengutarakan pendapat juga.
"Mana mungkin seorang gadis bisa menjaga diri sendiri. Jika ada pria yang berniat jahat, kamu tak akan bisa bertahan. Kami akan pilihkan pria yang baik. Saudara itu tak akan menjerumuskan!" seru paman Andi.
Semua yang ada di sana memojokan Dara. Mereka menginginkan gadis itu menikah. Namun, dia masih berusaha menolaknya. Bukan karena tak ingin menikah cepat, tapi dalam hatinya masih menginginkan Bastian.
Sejak hari itu setiap hari saudaranya silih berganti membujuknya agar mau menikah. Hingga suatu hari gadis itu menyerah.
"Baiklah aku bersedia menikah. Mungkin benar, jika aku harus memikirkan diri ini. Tak mungkin aku hidup sendiri terus," ucap Dara.
Semua kerabat yang hadir di sana tampak tersenyum. Paman Andi lalu mengatakan siapa calon suami Dara.
"Boleh aku bertemu dengan calon suamiku sebelum kami menikah?" tanya Dara.
"Tentu saja, besok Paman akan mengenalkan kamu dengannya."
"Baiklah, Paman. Aku harap ini memang yang terbaik untukku."
Sesuai kesepakatan jika Dara bertemu dengan pria yang dijodohkan itu besok sore, semua kerabat yang hadir akhirnya pulang. Tinggal Tante Erna. Entah mengapa wanita itu masih bertahan.
Setelah semua pergi dan menghilang, wanita itu mendekati Dara. Gadis itu masih menghargai dengan tersenyum manis.
"Selamat Dara, akhirnya kamu mengambil keputusan yang tepat. Semua ini demi kebaikan kamu. Dengan menikah, ada yang menafkahi kamu dan kamu tak harus mencari nafkah lagi!" seru Tante Erna.
"Dan satu hal yang pasti, Tante pasti senang karena tak perlu lagi memisahkan aku dan Bastian. Jika Tante bertemu dengan putramu, katakan padanya, terima kasih karena selama ini telah memberiku janji manis sehingga aku sempat terbuai dan percaya jika dia sangat mencintaiku, tapi nyatanya palsu. Hanya ucapan dari mulut manis yang berbisa!"
Mendengar ucapan Dara, bukannya simpatik, Tante Erna justru tertawa. Dalam hatinya bahagia karena Dara akhirnya menikah.
"Makanya kamu jangan percaya dengan mulut manis laki-laki. Semua hanya bualan. Kamu pasti mengenal Fanny. Dia dan Bastian kuliah di tempat yang sama. Saat ini mereka sedang dekat. Jadi syukurlah kalau kamu mengambil keputusan menikah. Dengan begitu, Tante tak merasa bersalah lagi," ucap Tante Erna.
Wanita itu menjeda ucapannya. Setelah itu melanjutkan lagi. Dia tampak menarik napas dalam, untuk meredakan emosi. Dia ingin bisa bicara dengan baik agar Dara tak menyalahkan dirinya.
"Selama ini Tante kasihan denganmu. Kamu selalu setia dan menanti Bastian, padahal anakku itu sudah menjalin hubungan dengan gadis lain. Dengan kamu memutuskan menikah, rasanya hati ini lega. Sedikit berkurang beban dihati karena merasa bersalah ini. Maafkan Bastian. Tante harap kamu bisa menerima semua takdir ini. Kamu dan Bastian mungkin belum berjodoh," ucap Tante Erna selanjutnya.
Dada Dara terasa sesak mendengar ucapan dan pengakuan Tante Dara. Jika benar Bastian telah menjalin hubungan dengan Fanny, begitu kejamnya pria itu. Dia hanya memberikan dirinya janji-janji manis selama ini. Gadis itu tak mampu lagi bicara seakan suaranya hilang tercekat di tenggorokan.
Tante Erna mengambil gawai miliknya dari dalam tas. Dia sepertinya mencari sesuatu. Setelah itu menyodorkan pada Dara.
"Kamu lihat ini. Bastian dan Fanny tampak mesra, bukan?"
Dengan tangan gemetar Dara meraih ponsel Tante Erna. Dia melihat di dalamnya ada foto Bastian dan Fanny yang sedang berdua. Duduk berdekatan. Hatinya terasa sakit. Namun, dia berusaha tetap tenang. Tak mau mengeluarkan air mata di depan wanita itu.
"Mereka memang cocok. Sampaikan ucapan selamatku pada keduanya, selamat berbahagia. Semoga hubungan mereka langgeng hingga ke pelaminan," ucap Dara dengan terbata.
"Maafkan Bastian jika dia menorehkan luka di hatimu. Baik kamu dan Bastian tak ada yang salah. Mungkin kalian belum ditakdirkan bersama. Semoga langkah yang kamu ambil untuk menikah, adalah yang terbaik dan kamu bahagia," ucap Tante Erna.
"Terima kasih doanya, Tante."
"Tante mau pamit. Ini ada sedikit untuk membeli makanan. Saat pernikahan kamu nanti, aku pasti akan bantu."
Tante Erna memberikan uang pada gadis itu. Setelah itu dia pamit. Dara hanya menatapnya dengan tatapan kosong. Hatinya terasa hampa.
Setelah kepergian Tante Erna tangisnya langsung pecah. Tak percaya dengan apa yang terjadi. Dia pikir cinta Bastian akan sekuat cintanya. Ternyata dia salah. Dia saja yang selama ini terlalu mencintai pria itu.
Dara merasa bodoh karena selama ini masih mengharapkan kekasihnya itu. Dalam hati gadis itu berkata, pantas selama ini tak ada kabar darinya. Selama hampir setengah tahun kepergian Bastian tak pernah sedikitpun dia memberikan kabar.
Entah apa yang dikatakan Tante Erna benar atau salah, tetap saja dia harus melupakan pria itu. Jika Bastian memang mencintai dirinya pasti akan mencari cara untuk memberikan kabar dengannya. Bukan hanya diam menerima semua ini.
Jika semua atas keinginan mamanya, bukankah Bastian bisa cari cara untuk dapat menghubungi dirinya. Namun, selama kepergiannya, tak ada sedikitpun kabar. Bukankah itu sudah menjadi satu bukti jika pria itu tak pernah betul-betul mencintainya. Dia tak pernah mau berjuang, hanya menerima takdir atau keputusan orang tua saja. Mungkin melupakannya adalah jalan terbaik.
"Ya Tuhan, mulai hari ini aku ikhlas melepaskannya. Aku lepaskan walau dengan terpaksa. Aku janji akan mengikhlaskannya seluas aku mencintainya. Aku kembalikan lagi seluruh cintaku pada-Mu Tuhan. Sungguh aku percaya sudah kau atur sebaik-baiknya. Aku akan berusaha menghapus namanya dalam hidupku. Aku akan membunuhnya dalam sejarahku. Aku akan menyingkirkan seluruh ketertarikan ku tentangnya. Apakah mudah? Pasti tidak. Itu semua tidak mudah, tapi harus aku lakukan demi kesehatan mentalku. Harus aku lakukan demi kedamaian jiwaku. Walaupun itu harus mengerahkan sisa tenaga yang aku punya. Aku tau, aku yakin aku mampu. Dan Tuhan memilih jalan ini untukku lebih bahagia."
sukses selalu mama reni😍😍😍😍😍
aduh maaf Mak Lom smpt ke cono sibuk..mm🙏🙏🙏ntr saya kejar bap deh mak