Sistem Kekayaan Kacamata Super: Smart Glasses
Di sebuah bangunan yang sedang di cor, terlihat seorang pria berumur 27 tahun yang sedang mengaduk semen. Ia menggenggam sekop dengan tangan yang sudah kasar, bajunya kotor tertutup debu dan keringat yang mengalir membasahi wajahnya.
Matahari siang itu begitu terik yang membuat kulitnya menghitam, namun tidak sepanas perjuangan yang harus dia lalui setiap hari. Hari ini ia bekerja bersemangat sekali, agar bisa membeli hadiah ulang tahun untuk istrinya hari ini.
Ya, dia adalah Alzeyroz yang terpaksa bekerja menjadi kuli bangunan, karena ia di pecat dari perusahaan tempat ia bekerja. Awal mula ia berniat membantu seorang perempuan yang pingsan di sebuah mobil di pinggir jalan, ia memecahkan kaca mobil tersebut lalu menyelamatkannya yang ternyata wanita itu adalah istri pemilik perusahaan tempat ia bekerja.
Bukannya mendapatkan terimakasih, ia malah di tuduh sudah melakukan pelecehan, lalu ia di pecat tanpa pesangon. Bersyukur ia tidak di penjara karena tidak terbukti kesalahannya.
Sejak saat itulah, namanya menjadi buruk sehingga perusahaan mana pun tidak menerimanya, karena tidak punya pekerjaan lain lagi, ia pun menjadi kuli bangunan.
Kedua orang tuanya sudah meninggal karena sakit dan meninggalkan sebuah rumah untuknya. Sementara ia menikah dengan seorang kekasihnya bernama Intan setelah dua tahun berpacaran.
Saat istirahat, ia menyeka keringat yang menetes di dahi dengan lengan bajunya yang sudah basah. Alzeyroz menoleh ke sekeliling, melihat bangunan yang masih dalam proses pembangunan. Meskipun badannya letih tapi tidak menyurut tekadnya demi bisa mencapai masa depan yang cerah bersama istri tercinta.
"Alzeyroz, ini upah mu. Hari ini pulang agak cepat karena aku ada urusan," ucap pemborong itu memberikan beberapa lembar uang kerjanya.
"Terima kasih Pak," ucap Alzeyroz menerima dengan senang hati. Saat ia menghitungnya, uang itu kurang yang seharusnya ia terima.
"Maaf Pak Yono, uang ini kurang tidak sesuai dengan jumlah yang seharusnya saya dapatkan," ucap Alzeyroz sambil mengulurkan uang tersebut kembali ke arah Pak Yono.
Pak Yono yang mendengar protes tersebut langsung kesal. "Itu sudah sesuai dengan apa yang kamu kerjakan. Jangan banyak protes! Kalau mau gaji lebih, kerja juga harus lebih giat!" balas Pak Yono dengan nada ketus.
Alzeyroz tertegun dan tampak kecewa, tapi ia tak bisa protes atau ia akan di keluarkan dari pekerjaan ini. Ia butuh pekerjaan ini untuk kebutuhan sehari-harinya.
Meskipun dengan hati yang berat dan tak terima, ia bergegas pergi. Bukan langsung ke rumah, tapi ia menuju ke sebuah toko kue dan toko baju untuk membeli hadiah ulang tahun istrinya.
Setelah membeli hadiah ia terlihat puas dan senang, langkah kakinya mantap. Ia membayangkan bagaimana reaksi istrinya saat ia memberi kejutan. Ia tak sabar untuk segera sampai di rumah, ia pun berjalan setengah berlari agar cepat sampai.
Sesampainya di rumah, Alzeyroz bersiap-siap di pintu dengan senyum mengembang. Ia membuka pintu.
"Selamat ulang tahun Say... ang," ucapnya terputus saat melihat istrinya sedang memeluk seorang pria di sofa ruang tamu. Yang mengejutkan adalah pria di atas tubuh istrinya adalah teman satu kantornya dulu.
"Apa yang kalian lakukan?!" teriaknya dengan membulatkan matanya, seketika rasa bahagia itu hilang, tangannya yang menggenggam erat plastik kue kini lemas, kue dan hadiah itu jatuh di lantai.
Sementara Istri dan temannya segera mengambil kain untuk menutupi tubuh mereka.
"Mas, kok kamu sudah pulang?" tanya Intan terlihat gugup.
"Kalau aku tidak pulang cepat, bagaimana aku tahu jika di rumah ini ada perselingkuhan!" teriak Alzeyroz marah besar hingga terlihat urat lehernya.
"Hey Alzeyroz, kamu jangan salah paham dulu, kami sebenarnya...."
"Sebenarnya apa! Katakan saja jika sebenarnya kalian sudah lama berselingkuh kan! Hari ini adalah hari ulang tahun mu Intan! Aku ingin memberi kau kejutan, tapi aku yang di buat terkejut oleh perilaku tak senonoh kalian! Kenapa kau tega selingkuh di belakang ku Intan! Kenapa!" teriaknya dengan suara tinggi, air matanya mengalir, dadanya sesak setelah melihat pengkhianatan yang ia terima.
"Baiklah, kami tidak ingin menutupi dari mu lagi, sebenarnya aku dan Intan saling mencintai, ku harap kau melepaskan Intan untuk hidup bersama ku," ucap Toni terang-terangan.
"Heh setelah kalian puas berselingkuh baru sekarang kalian terus terang, kenapa tidak dari dulu hah! Setidaknya aku melepaskan Intan dalam keadaan rela. Tapi sekarang sudah terlalu sakit! Aku tidak akan melepaskan kalian. Aku akan panggil warga untuk menghakimi kalian!" ucap Alzeyroz ingin keluar rumah untuk memangil warga.
Belum sempat Alzeyroz keluar dari rumah. Toni dan Intan menjadi panik, Toni mengambil kursi dan melempar bagian belakang Alzeyroz membuat Alzeyroz terjatuh kesakitan.
Intan melihat sebuah gunting di atas meja, ia mengambilnya lalu ia menusuk kedua mata Alzeyroz hingga bola matanya pecah.
"Akhhh! Mata ku!" teriak Alzeyroz memegang kedua matanya yang teramat sakit. Ia menggulung tubuhnya dan kepalanya berdenyut hebat.
"Toni, bagaimana ini?" tanya Intan panik, tubuhnya yang memegang gunting gemetaran.
Toni terdiam sejenak dan melihat Alzeyroz yang mengerang kesakitan dan ia berusaha untuk tenang sambil berpikir. "Sudah cepat pakai bajumu, kita jual saja dia," ucap Toni cepat.
Mereka bergegas memakai baju, Toni berlari menuju mobil yang ia letak cukup jauh dari rumah Alzeyroz, sementara Intan mengikat tubuh Alzeyroz.
"Maafkan aku Alzeyroz, siapa suruh kamu di pecat dari perusahaan dan hidup miskin. Setelah kita berpisah, rumah peninggalan orang tuamu ini akan ku jual untuk kebutuhan ku. Anggap saja hutang mu kepada ku karena kau tidak bisa memenuhi keinginan ku," ucap Intan untuk yang terakhir kalinya sebelum di di bawa.
...********...
2 tahun berlalu begitu saja, Alzeyroz di nyatakan buta permanen. Ia di jual dengan bos pengemis dengan harga 5 juta. Dirinya kini milik bos pengemis bernama Yanto.
Ia di paksa mengemis di lampu merah, dan semua pendapatan akan di ambil Bos Yanto. Ia sangat ingin lari, tapi tidak bisa karena ia terus di kawal oleh para anak buah Yanto. Jika ia menolak untuk mengemis, maka akan di siksa sampai ia mau mengemis kembali. Bukan hanya tidak mau mengemis di siksa, mendapatkan setoran sedikit juga di siksa. Lagian orang buta bisa apa? Seakan dunia begitu gelap baginya.
Bukan hanya dirinya sendiri yang menjadi tawanan Bos Yanto, ada puluhan orang lainnya tapi berbeda tempat. Ada anak-anak yang di jual oleh penculikan anak. Ada juga ibu-ibu yang tua renta di jual anaknya. Tapi ada juga yang berusaha melarikan diri, sayangnya ia mati di bunuh oleh Bos Yanto.
"Jangan pernah berpikir untuk kabur, nyawa kalian adalah milik kami." Begitulah ucapan Bos Yanto.
Meskipun begitu, niat untuk membebaskan diri sangatlah besar, ia tidak ingin putus asa untuk memerdekakan dirinya walaupun ia tahu punya keterbatasan.
Saat ia berpindah ke lampu merah lainnya, ia tersandung oleh sesuatu lalu terjatuh di aspal yang cukup panas karena terikat matahari yang kuat. Jalanan itu sangat ramai, tapi satu pun orang tidak ada yang membantunya. Alzeyroz meraba-raba untuk mencari tongkat kayunya, tapi ia memegang sesuatu.
"Apa ini?" tanya meraba-raba benda yang ia pegang.
"Ah, ini sepertinya kacamata, aku pakai saja, setidaknya ini bisa melindungi mataku dari sinar matahari," ucap Alzeyroz.
Ia memakai kacamata tersebut, lalu meraba kembali aspal itu untuk mencari tongkat kayunya.
[Ting]
Sebuah bunyi yang membuat Alzeyroz terkejut.
"Bunyi apa itu? kenapa sangat dekat?" tanyanya memperkuat pendengarannya. Tapi bunyi itu sudah menghilang, ia pun tak ambil pikir lagi, ia terus meraba mencari tongkat kayunya.
Tapi ada sebuah keajaiban, perlahan-lahan ia merasakan sebuah cahaya yang masih buram. Alzeyroz menghentikan gerakannya.
"Aku bisa merasakan kehadiran sebuah cahaya di depanku, cahaya apakah ini? Apa seorang Peri yang datang pada ku?" tanyanya berpikir.
Alzeyroz bahkan sedikit melihat sebuah kayu di depannya, kemungkinan itu adalah tongkatnya. Ia mengambil tongkat itu dan kembali berdiri.
Perlahan-lahan cahaya itu menjadi tajam, hingga ia bisa melihat bahwa ia sedang berada di pinggir jalan yang di mana banyak sekali orang berlalu lalang di jalan raya.
Ia bahkan bisa melihat gedung yang tinggi, berbagai toko menjual kebutuhan sehari-hari, orang-orang sedang berbicara, duduk, bersepeda dan aktivitas lainnya.
"Apa ini? Kenapa aku bisa melihat? Bukannya mataku sudah rusak dan di nyatakan buta permanen?" tanyanya tak mengerti.
Ia membuka kacamata itu karena penasaran, tapi dunia jadi gelap seperti sebelumnya, Alzeyroz memakai kacamata itu lagi dan ia kembali melihat indahnya dunia.
"Hey Alzeyroz! Cepat jalan!" titah Azlan, anak buah Yanto.
Alzeyroz melihat ke arah pemilik suara yang ia kenali, terlihatlah seorang pria dengan pakaian baju kaos hitam dengan tato di seluruh lengannya.
"Oh jadi dia Azlan?" batinnya.
"Iya, aku pergi sekarang." angguk Alzeyroz. Ia berjalan menuju lampu merah yang tidak jauh darinya. Alzeyroz berhenti di sana dan duduk seperti biasa ia lakukan sambil menampung sebuah wadah untuk ia mengemis.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 71 Episodes
Comments
saniscara patriawuha.
ehhhh tumbennn mbokkk lesss22 ana sub judule,,, biasane mung bab 1 tok...
2024-10-19
0
Dini Anggraini
lanjuuut thor
2024-11-03
0
Don T
sudah kek gini ceritanya trus kedepannya pas ketemu malah aduan bacot Aaaaawas lu thoriii🤣🤣🤣🤣
2024-10-15
0