Novel dengan bahasa yang enak dibaca, menceritakan tentang tokoh "aku" dengan kisah kisah kenangan yang kita sebut rindu.
Novel ini sangat pas bagi para remaja, tapi juga tidak membangun kejenuhan bagi mereka kaum tua.
Filosofi Rindu Gugat, silahkan untuk disimak dan jangn lupa kasih nilai tekan semua bintang dan bagikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ki Jenggo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32 Ki Warok Jo Kromo
"O, saya jadi Paham Pak Lik, Mbah dulu ya menyampaikan hal semacam itu, bila kita mengambil buah pelem meski sebijI, dan yang punya tidak ada. Apa mungkin itu kebun Mbah Jo Kromo, ya? " tanya Pras.
"Di tempatku juga demikian, Kok, Pras. Saat saya memetik satu buah kacang panjang, saya diperingatkan ibu untuk bilang minta satu untuk di makan," ucap Ima.
"Kelihatannya ajaran ini merata, kok. Sebab saya kecil juga disuruh yang begitu," ungkapku.
Pak Lik Kasdi hanya tersenyum mendengar hal tersebut. Dan ia membenarkan apa yang aku katakan.
"Karena kita harus tahu tentang adat dan tradisi. Kita memang mencuri, walau hanya sebuah dan yang punya tidak ada. Entah kenapa dahulu kok muncul cara semacam itu," kata Pak Lik Kasdi sambil tersenyum.
Pak Lik Kasdi menuturkan, bahwa menurut Mbah Jo Kromo yang menjadi Warok yang menjadikan dia gemblaknya, bahwa wong Jowo itu mandir saja di dongani. Do'anya adalah, mohon Kasih dan Sayang Tuhan, meminta kesuburan tanah, agar loh jinawi. Juga meminta tanaman yang di tanam bisa tumbuh subur murakabi, lepas dari hama dan kutu. Selain itu minta keselamatan pada tanaman dan yang menanam.
"Setelah donga di baca menahan nafas lalu menanam apa saja yang pertama dengan menahan nafas," terang Pak Lik Kasdi.
"Dan mungkin mantra tersebut semua hampir sama dan memuat pacaran. Maka kalau hanya untuk di makan, biar kita tidak terjerat pagaran itu, kita harus minta walau yang punya tidak ada, "analisa Ima.
"Analisa yang menggembirakan, " ujarku. Aku lalu menanyakan, pada Pak Lik Kasdi, bagaimana kisah awalnya dia menjadi gemblak dari Mbah Warok Jo Kromo.
Pak Lik Kasdi membuat rokok kuningan, lalu ia menyulut dan menghisapnya. Kemudian dia bercerita, dahulu memang madi membudaya soal gemblak di Kabupaten Ponorogo ini.
Pak Lik Kasdi menuturkan, bahwa dahulu ia, di minta pada simbok nya. Untuk di ajak bekerja dirumahnya. Sebagai upah pertama dirinya di beri sapi satu ekor. Diambilnya memperbolehkan.
"Maaf, Pak Lik, pas itu Pak Lik sudah usia berapa? "tanyaku.
"Kira kira. waktu itu saya masih usia 9 tahun," Jawab Pak Lik Kasdi.
Aku membatin, pasti waktu itu pak Lik Kasdi adalah seorang anak yang tampan. Sebab sampai saat ini di lihat dari perawakan yang tinggi dengan kumis tipisnya, rambut sedikit ikal hingga usia segini masih belum banyak kerutan pada kulitnya.
Pak Lik Kasdi menceritakan, bahwa awal menjadi gemblak dia bingung. Sebab biasanya, kalau pagi dia sudah berangkat ke sawah untuk mengikuti bapaknya yang sedang bekerja. Tapi hari itu ia harus menemani Mbah Jo Kromo.
Mbah Jo Kromo pagi itu mengajaknya ke Pasar Jetis. Di pasar ia di suruh minta apa saja.
"Wes, miliho sana apa yang kau mau, " kata Mbah Jo Kromo di turunan Pak Lik Kasdi.
Pak Lik Kasdi tidak mau mengambil atau meminta apa apa. Melihat reaksi Pak Lik Kasdi yang hanya diam dan mamut pada dirinya, Mbah Jo Kromo mengajaknya ke bakul Sandal yang ada di pasar tersebut.
Mbah Jo Kromo memulihkan sandal yang di anggap paling pantas di pakai oleh Pak Lik Kasdi.
"Saya agak ingat sandalnya itu slop," terang Pak Lik Kasdi. "Sambil mendengarkan cerita saya, Pak Lik Menyilahkan pada kami untuk mengikuti jajahan yang tersedia.
Kami hanya mengangguk tapi tidak bereaksi untuk mengambil jajahan yang ada. Melihat hal itu, Pak Lik Kasdi kemudian menyodorkan piring yang berisi ketela dan pisang goreng.
"Ayo di ambil, kalau tidak di makan tidak saya lanjutkan ceritanya," kata Pak Lik Kasdi.
Mendengar ancaman gurau atau basa basi itu kami pun mengambil jajahan tersebut.
"Mesakne kalau tidak di makan, sudah terlanjur di goreng," tambah Pak Lik Kasdi.
Setelah kami mengunyah jahanam tersebut Pak Lik Kasdi melanjutkan ceritanya, bahwa, Mbah Jo Kromo mengajaknya juga untuk membeli baju dan topi. Juga di ajak makan, di Warung makan di Pasar tersebut.
"Setelah ini nanti, kamu tidak usah pulang dulu. Kamu lihat sapi di Kandang Simbah," kata Mbah Jo Kromo.
Pak Lik Kasdi tidak bicara apapun. Dirinya mengangguk dan menurut apa yang di suruh Mbah Jo Kromo. Seorang Warok yang cukup ternama di Desa Sambit.
Benar juga apa yang dikatakan Mbah Jo Kromo kepada Pak Lik Kasdi. Setelah sampai rumah, ia menemui istrinya dan menjelaskan bahwa dia punya anak baru. Yang di ambilnya dari Mbok Lik Senik di Kacangan.
Istri Mbah Jo Kromo, kemudian mengenal pada Pak Lik Kasdi kecil. Dia kemudian mundur ke dapur untuk memasak.
"Maaf, Pak Lik, saat itu bagaimana pandangan istri Mbah Jo Kromo kepada Pak Lik? " tanyaku.
"Ya, ramah terlihat senang, " ujar Pak Lik Kasdi.
Sampai di sini saya tidak menerima gelagat, bahwa gemblak adalah hal yang mengerikan atau akunduga sebagai penyakit kelainan seks yang si bungkus dengan tradisi. Sebab istri Mbah Jo Kromo tidak ada gelagat cemburu atau marah.
"Setelah itu aku di ajak Mbah Jo Kromo untuk melihat Kandang sapinya yang ada pada Desa Yang jauh dari tempat Mbah Jo Kromo. Sapi tersebut berada di Desa Wilangan," Kata Pak Lik Kasdi.
Sebelum berangkat, Mbah Jo Kromo menyuruh Pak Lik Kasdi untuk berganti baju yang baru di berikan. Juga memakai sandal dan topi baru.
"La, ya gitu, jadi nampak ganteng, " ujar Mbah Jo Kromo.
Kemudian Mbah Jo Kromo memanggil istrinya. "Aku mau ke Wilangan. Nanti cabenya di Ladang seberang jalan tolong di petik yang sudah merah. Besok kita jual di Pasar."
Istri Mbah Jo Kromo mengangguk. Kemudian Pak Lik Kasdi dan Mbah Jo Kromo berangkat menuju Wilangan. Mbah Jo Kromo memerintahkan Pak Lik Kasdi untuk berjalan di depan Mbah Jo Kromo mengawal di belakang.
"Karena waktu itu, belum ada motor, Menuju Desa Wilangan juga jalan Kaki. Dari Desa Sambit Ke Desa Wilangan perasaan saya ya kayak jauh," terang Pak Lik Kasdi.
"Padahal cuma 10 menit, sudah sampai, ya, Pak Lik, " sahut Ima.
"Ya sekarang kan sudah ada motor, Ndhuk," kata Pak Lik Kasdi sambil tertawa kecil.
Sampai di Kandang Sapi Desa Wilangan Pak Lik Kasdi, memanggil keponakannya yang memelihara sapinya. Mbah Jo Kromo menyuruh Pak Lik Kasdi untuk memilih sapi yang di sukai. Pak Lik Kasdi memilih sapi yang tidak begitu besar. tapi juga tidak kurus.
"Keluarkan sapi itu, Ke! " perintah Mbah Jo Kromo kepada keponakannya.
Keponakannya Mbah Jo Kromo yang menjadi pangon (pemelihara sapi) mengeluarkan sapi yang di pilih Pak Lik Kasdi. Kemudian di pindahkan ke Kandang yang ada di setelahnya.
"Besok sapi ini, akan saya ambil untuk di bawa ke rumah Kasdi ini, "kata Mbah Jo Kromo pada Keponakannya tersebut.
*****
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
pelan pelan aku baca lagi nanti untuk mengerti dan pahami. 👍
bantu support karyaku juga yuk🐳
mari terus saling mendukung untuk kedepannya