Kisah ini bermula ketika JAPRI (Jaka dan Supri) sedang mencari rumput untuk pakan ternak mereka di area hutan pinus. Sewaktu kedua bocah laki-laki itu sedang menyabit rumput, beberapa kali telinga Supri mendengar suara minta tolong, yang ternyata berasal dari arwah seorang perempuan yang jasadnya dikubur di hutan tersebut. Ketika jasad perempuan itu ditemukan, kondisinya sangat mengenaskan karena hampir seluruh tubuhnya hangus terbakar.
Siapakah perempuan itu? Apa yang terjadi padanya? dan siapakah pembunuhnya?
Ikuti kisahnya di sini...
Ingat ya, cerita ini hanya fiktif belaka, mohon bijak dalam berkomentar... 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zia Ni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 9 Duka Keluarga Bu Patmi
Damar yang siang itu baru pulang ngarit dengan menaiki sepeda motornya lumayan kaget ketika melihat banyak orang berkumpul di depan rumahnya, ditambah lagi ada mobil polisi.
Saat pemuda tanggung itu memarkir sepeda motornya di tepi jalan dekat rumahnya dan menurunkan karung berisi rumput, Pak Drajat dan Mang Mi'un menghampirinya.
"Yang sabar yang le, kamu yang kuat...," kata Pak Drajat sambil mengusap pundak pemuda itu.
"Ada apa to Pak Dhe, kok di depan rumah saya ada mobil polisi dan banyak orang?" tanya Damar penasaran.
"Anu Mar... Mbakmu...," sela Mang Mi'un tidak sanggup melanjutkan kalimatnya.
"Mbak Murni kenapa, Mang?" lanjut pemuda tanggung itu tidak sabaran.
"Mbakmu... Meninggal, Mar," ucap Pak Drajat dengan berat hati.
"Yang benar saja, Pak Dhe. Mbak Murni kan ada di Hongkong," ujar Damar tidak percaya.
Tanpa mempedulikan ke 2 pria itu lagi, pemuda tanggung tersebut segera melangkahkan kakinya menuju rumahnya. Begitu naik ke teras rumah, Damar dihadang oleh Pak Satria, tapi setelah diberi penjelasan, polisi itu mengijinkannya untuk masuk ke dalam rumah.
"Mak, ini ada apa, Mak?" tanya pemuda tanggung tersebut.
"Mbakmu le, mbakmu...," jawab Bu Patmi tidak bersemangat dengan masih menangis, tapi saat ini sudah tidak histeris lagi seperti sebelumnya.
"Mbak Murni kenapa, Mak? Dia kan masih di Hongkong," lanjut Damar.
"Mbakmu meninggal le... Jasad yang ditemukan di hutan beberapa hari yang lalu itu ternyata jasadnya mbakmu...," ucap wanita paruh baya itu.
"Tidak mungkin lah Mak, Mbak Murni kan ada di Hongkong. Bagaimana critanya kok tiba-tiba dia meninggal," pemuda tanggung itu masih tidak percaya.
Melihat situasi yang demikian, Pak Bambang pun cepat tanggap. Polisi itu lalu memberi penjelasan pada Damar. Tapi belum juga Pak Bambang menyelesaikan penjelasannya, tiba-tiba saja terdengar Jaka menangis, namun suara tangisannya mirip perempuan. Tentu saja hal ini mengejutkan semua orang yang ada di dalam rumah.
"Maak... Tolong aku, Maak... Sakiiit," keluh Jaka yang telah dirasuki arwah Murni.
Bu Patmi yang tau betul jika itu adalah suara anaknya, segera mendekati Jaka. Tak ketinggalan, Damar pun mengikuti Emaknya.
"Nduk, Murni... Ini beneran kamu?" tanya Bu Patmi dengan hati sembilu.
"Maak, sakit Maak... Tolong akuu...," arwah Murni tidak menjawab pertanyaan Emaknya. Arwah itu terus berkata sakit dan tolong.
"Kenapa kamu bisa sampai seperti ini, Nduuk?" lanjut wanita paruh baya itu dengan hati seperti teriris.
"Aku disiksa Maak, dibunuh, dirudapaksa...," jawab arwah tersebut.
"Siapa yang telah kejam memperlakukanmu seperti itu, Nduuk?" tambah Bu Patmi.
Jaka yang dirasuki arwah Murni menggelengkan kepalanya. Tak lama kemudian, arwah Murni pun keluar dari tubuh Jaka.
Begitu arwah Murni keluar dari tubuh Jaka, bocah laki-laki itu merasa lemas. Bu Mira, tetangga dekat Bu Patmi yang tadi diijinkan masuk ke dalam rumah oleh Pak Satria, segera membuatkan teh hangat.
Setelah mendapat penjelasan dari Pak Bambang dan menyaksikan Jaka kerasukan arwah mbaknya, barulah Damar percaya. Pemuda tanggung itu juga merasakan kesedihan yang mendalam.
Karena pihak kepolisian masih membutuhkan jasad Murni untuk pemeriksaan lebih lanjut, jasad itu belum diperbolehkan diambil oleh anggota keluarganya.
Sekembalinya ke 2 polisi tersebut, Pak Rahmat, Pak Bedjo, Jaka, dan Supri, para tetangga pun berdatangan ke rumah Bu Patmi untuk menghibur keluarga itu.
Mereka sama sekali tidak menyangka jika jasad yang ditemukan di hutan beberapa hari yang lalu adalah Murni, anaknya Bu Patmi. Benak mereka menyimpan pertanyaan, bagaimana bisa Murni yang sudah lama tidak pulang ke Indonesia kok tiba-tiba saja meninggal dengan kondisi mengenaskan dan siapakah orang yang sudah kejam memperlakukan Murni hingga seperti itu.
Malamnya...
"Sampai sekarang Damar rasanya masih belum percaya kalau Mbak Murni sudah meninggal, Mak...," kata pemuda tanggung itu lesu.
"Sama le... Emak juga tidak percaya jika mbakmu sudah meninggalkan kita untuk selamanya...," sahut Bu Patmi yang kembali meneteskan air matanya karena saking pedih hatinya.
"Bukannya Mbak Murni sudah 4 tahun lebih di Hongkong Mak, kok tiba-tiba sudah di Indonesia dan meninggal mengenaskan?" lanjut Damar.
"Emak juga tidak tahu le...," balas wanita paruh baya itu.
"Kira-kira siapa ya Mak yang sudah memperlakukan Mbak Murni dengan sekejam itu?" tambah pemuda tanggung tersebut.
"Sampai sekarang pihak kepolisian masih belum menemukan siapa pelakunya le... Kita berdoa saja agar pelakunya segera tertangkap dan dihukum dengan seberat-beratnya," ucap Bu Patmi yang diamini oleh anaknya.
Mulai keesokan harinya, selama beberapa hari, diadakanlah acara tahlilan di rumah Bu Patmi.
*
Hari ini arwah Murni kembali muncul di pojokan kelas V. Supri yang mulai terbiasa dengan kehadirannya, sudah tidak merasa takut lagi.
Sepulang sekolah...
"Kenapa to Mbak Murni munculnya kok di sekolahan, bukannya di rumahku?" tanya si gembul.
Rumahmu dipageri kekuatan gaib, aku tidak sanggup untuk mendekat, jawab arwah itu.
"Dipageri kekuatan gaib? Aku kok baru tau sekarang," timpal bocah bertubuh gemuk tersebut keheranan.
"Mbak Murni beneran gak tau siapa pelaku yang sudah memperlakukan sampeyan dengan keji seperti itu?" lanjut Supri yang dibalas dengan gelengan kepala oleh arwah itu.
Pelakunya lebih 1 orang..., ucap arwah Murni.
"Mbak Murni beneran tidak memberi kabar ke siapapun kalau sampeyan pulang ke Indonesia?" tambah si gembul.
Aku memberi kabar pacarku..., sahut arwah tersebut.
"Jangan-jangan salah satu pelakunya pacarnya Mbak Murni," tebak anaknya Pak Bedjo.
Aku tidak tau..., setelah sampai di Bandara Juanda tiba-tiba saja aku seperti orang linglung. Tau-tau aku sudah disekap dan mataku ditutup oleh kain, ujar arwah itu.
"Tiba-tiba seperti orang linglung? Kok aneh yo?" Supri tampak berpikir.
"Ono opo, Mbul?" sela Jaka yang sedari tadi duduk anteng di samping Supri.
"Ini lo Jak, Mbak Murni cerita kalau pas di Bandara Juanda dia tiba-tiba seperti orang linglung," si gembul meneruskan cerita Murni ke Jaka.
"Tiba-tiba linglung? Jangan-jangan Mbak Murni kena gendam, Mbul?" terka anaknya Pak Rahmat.
"Lah, jangan-jangan juga begitu, Jak. Aku tadi kok gak kepikiran ya. Aku jadi curiga sama pacarnya Mbak Murni," kata bocah bertubuh gemuk itu.
"Kenapa kamu curiga sama pacarnya Mbak Murni, Mbul?" Jaka penasaran.
"Mbak Murni pulang ke Indonesia tidak memberi kabar keluarganya Jak, tapi dia memberi tau pacarnya," terang Supri.
"Oalah begitu to, aku pikir Mbak Murni sama sekali tidak memberi kabar siapapun kalau dia pulang ke Indonesia... Bisa jadi pacarnya ikut terlibat Mbul, wong dia satu-satunya orang yang diberitahu Mbak Murni kalau Mbak Murni pulang ke Indonesia," ucap anaknya Pak Rahmat.
"Sepemikiran, Jak. Kalau begitu kita harus memberitahu Pak Polisi."