Pemuda tampan itu bukan siapa-siapa, sampai di mana ia ditemui wanita yang tiba-tiba menawarkan tiga juta hanya untuk ciuman bibirnya.
Sejauh Marco melangkah, tiada yang tahu jika di balik matrenya berondong itu, ialah pewaris tahta yang dibuang oleh ayah crazy rich-nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pasha Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 031
Marco masih di Rumah Sakit, tentunya bersama Allura. Tapi, anggota keluarga yang lain justru berkumpul di tempat yang sama.
Mahesa, Snowy, Rega, Rayden, selebihnya para pengawal dan pelayan. Bahkan, Kaesang tak nampak di kerumunan itu.
Ada bangunan joglo yang dibuat untuk menyambut kedatangan para tamu. Dan di sinilah Opa Rega berada, Allura membawa seluruh keluarganya datang bersama.
Sejatinya, pertimbangan ini tidak juga cepat, karena Mahesa dan Snowy selaku orang tua Allura sempat menolak. Tapi, Allura terus meyakinkan, Allura hanya akan menikah jika bersama Marco.
Namun, bukan tersanjung, Rayden Mas Rafael justru menegaskan tubuhnya. Rayden paling benci dengan watak owner X-meria ini, itulah kenapa perjodohan dialihkan untuk Clay.
Sebelumnya, Rayden tak setuju sama sekali ketika Kaesang mengatakan akan mengambil jodoh dari keluarga X-meria. Tapi, ketika tahu Clay yang akan maju, Rayden tak masalah.
Marco satu- satunya keturunan sah Rayden Mas Rafael. Dan sialnya Marco sempat membawa kabur cucu Rega yang tidak sekali pun diharapkan menjadi besannya.
Lihat saja kelakuannya. Datang ke kediaman seorang Rayden, Rega tak membuat janji terlebih dahulu, seolah, pak tua itu tidak menghormati dirinya selaku pemilik rumah.
Hanya seorang diri, Rayden tak didampingi sang istri. Oma Lula tengah ada di perjalanan menuju Rumah Sakit bersama Kaesang.
"Apa- apaan ini?!"
"Tentu saja melamar!" enteng Opa Rega.
Rega sudah membawa banyak hadiah, dibungkus dengan kotak kaca. Brand ternama yang melengkapi kotak- kotak tersebut.
Rayden tegas menolak. "Aku tidak menerima lamaran dadakan! Kau perlu ulangi minggu depan jika kau mau."
Stagaa, Rega mendesah, pria Jawa ini menyebalkan sekali rupa- rupanya.
Baru saja satu ajudannya menurunkan kotak kaca berisi guci paling mahal, Rega memberikan kode untuk tidak melanjutkan.
"Angkat lagi. Kita diusir."
Rayden sontak menelisik guci antik tersebut, rasa- rasanya, guci itu guci yang disukai oleh istri kesayangannya. Guci dari pengrajin legend yang tidak mudah didapatkan.
"Itu asli?" tanyanya.
Rega terkekeh miring, tak salah jika manik Rayden hijau, ternyata memang matre seperti cucunya yang bekerja sebagai pacar bayaran.
"Aku mendapatkannya dari saudagar kaya Timur Tengah, tentu saja asli."
Rayden percaya, baru- baru ini Rayden dengar Rega memang berbesan dengan pengusaha kaya dari Qatar. Baiklah, Rayden akan terima guci itu untuk istri tercintanya.
"Letakkan di sana, aku akan terima pemberian mu. Aku tidak enak kalau harus menolaknya."
"Hey!" Rega menyela ketus. "Terima dulu lamaran kami, baru kau boleh terima barang bawaan kami!"
Mahesa memutar bola matanya, entah kapan mertuanya tidak ribut dengan orang lain, dia rasa, setan saja tak sanggup menggodanya karena memiliki mertua seperti Rega.
Rayden tentu tidak mau diancam, dia tetap pada pendiriannya. "Kau boleh pulang saja kalau tidak mau lebih dulu menyerahkan guci antik itu. Aku juga bisa mencarinya sendiri."
Rega menimbang, sudah kadung di sini, akan repot jika dia harus pulang pergi membawa banyak barang. Maka dengan amat sangat terpaksa sekali, Rega mengalah.
"Berikan," titahnya.
Rayden menyengir elegan, kemudian meraih kotak kaca tersebut untuk dipandangi dengan seksama. Kapan lagi bisa dapat guci limited edition tanpa capek- capek mencarinya.
"Istriku pasti suka ini."
Mommy Snowy menghela napas, ternyata Eyang Rayden dan Opa Rega tidak jauh berbeda jika urusan istrinya. Budak cinta.
"Tapi cucuku terlalu berharga kalau hanya ditukar dengan guci."
"Kau menjual cucumu?" sergah Rega. Guci saja tidak cukup, dia bilang? Bahkan harga guci itu bisa membeli rumah sederhana.
"Aku tidak berpikir begitu. Tapi dengan kau membawa guci mahal ini, kau sudah beranggapan jika cucumu harus membeli cucuku yang sangat tampan."
"Orang tua ini!" umpat Rega.
"Memang kau bukan orang tua, ya?"
Mommy Snowy mengusap punggung ayahnya. Ini bukan acara lamaran, tapi lebih seperti pembegalan. "Ingat darah tinggi."
"Hidup mu terlalu berat, bahkan di usia senja kau memiliki darah tinggi, itu bukti kau tidak pernah hidup dengan santai," ejek Rayden.
"Si paling sehat." Rega merutuk.
"Jadi bagaimana?" Mommy Snowy butuh kepastian, Allura harus segera menikah jika memang harus menikah, sebab Guntur putra keduanya juga sudah akan menikah.
"Aku terserah saja, kalau cucuku mau, tanyakan Marco saja."
Dari dulu Rayden tak memilih dari mana jodoh berasal, ras apa pun, kaya atau miskin, asal bukan istri orang, Rayden tak masalah.
Bahkan, sebelumnya dia sempat akan melamar Allura meski dia tahu janda itu 'cucu Rega Rain', saat itu darurat, Marco sudah seperti orang yang tergila- gila, kedanan kalau kata orang Jawa.
Kabur hingga ke Timur, tanpa identitas, tanpa pekerjaan yang tetap. Andai Rayden tidak turun tangan mungkin Marco sudah dibinasa oleh mantan suami Allura.
Rega angkat bahu. "Cucumu pasti mau. Dia bahkan mau melawan Jefri demi cucuku."
Jefri anak harimau yang sudah didaftarkan asuransi milyaran itu? "Kau pasti merasa cucumu yang dikejar-kejar Marco bukan? Padahal cucumu yang mengejar cucuku."
Mommy Snowy menghela. "Kalian kenapa sih, dari tadi cuma berbelit- belit bicaranya? Jadi bagaimana? Diterima atau tidak lamarannya?"
"Sudah kubilang, terserah Marco." Rayden lantas merutuk. "Kalau saja Marco tidak mencintai Allura, aku tidak akan pernah sudi menjadi besan pemilik kebun binatang."
Rega mengedut sudut bibirnya. "Aku juga heran, kenapa Allura mau dengan cucumu."
"Jelas karena tampan, apa lagi?!" Rayden tak kalah sombongnya, ia tergelak.
Ah, sindiran demi sindiran, kesombongan demi kesombongan, tak luput dari mulut- mulut para lelaki itu, hingga tak terasa waktu sudah semakin larut saja.
Usai sudah urusan, walau tidak seramah seharusnya, tapi, Rayden menerima. Dan mereka akan dipertemukan kembali ketika Marco diperbolehkan pulang dari RS.
Rega bangkit, berjabat tangan dengan calon besan lalu berpaling haluan untuk segera pulang dari tempat yang lebih mirip dengan lokasi syuting di film- film horor.
"Sepatu mana sepatu?" Untuk yang pertama kalinya, Rega bertamu dan diharuskan untuk melepas sepatunya yang mahal.
Setelah cukup waktu celingukan, Rega tercengang mendapati satu sepatunya terbalik, ya Tuhan, ini pasti ulah para bocil milik pelayan yang tinggal di paviliun.
Lagi pula bukankah jaman sudah moderen di mana robot penyedot debu digunakan untuk membuat seluruh ruangan bersih. Tidak perlu menyuruh tamu melepas sepatu.
"Ya Tuhan." Rega bergumam. "Ada apa dengan orang- orang di rumah ini? Mereka suka sekali merepotkan diri sendiri."
"Sabar, Pi," ucap Snowy. Kemudian dengan sabar memakaikan kembali sepatu ayahnya.
Rayden diam dengan tongkat di teras sana, menatap Rega merutuki tradisinya.
"Besok- besok, tidak usah pakai sepatu saja dari pada tertukar- tukar! Rumah apa begini, masjid bukan, sepatu ditanggal di luar?!"
Rayden menegur. "Itu semua. Ada filosofinya. Tidak usah protes!"
"Kebanyakan filosofi hidup mu, Jawa."
aku ajah kadabg ketinggalan,,biasa ny notif tp kemarin² ga ada,,entah hp aku yg eror atw sistem NT nya
jd kalo aku ga buka NT ga akan tau kalo udh update
dan mau beraksi 🤓