Sebuah cerita yang berfokus kepada seorang remaja bernama Celvin Lloyd Relgi. Dia berangan-angan untuk menjadi seorang pahlawan kelas-S terkuat yang pernah ia dambakan. Bersama teman-temannya mereka pergi berpetualang dengan keseruan, candaan, suka dan duka akan mereka alami pada perjalanan mereka. Musuh-musuh yang menjadi lebih kuat seiring berjalannya waktu membuat Celvin ingin menjadi semakin kuat demi melindungi orang-orang yang ia pedulikan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Si Bogeng, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 3: Antara Hidup dan Mati
*ROAAAAAAAARRRR!!!!!
Rauman GrandFiend yang sangat besar, bahkan Randolph pun terlihat ketakutan. Dengan nada yang waspada, Randolph berkata.
“H-hey apa ini?, ini bukan bagian dari misi kan?
Andy yang masih gemetaran berkata.
“T-t-tidak pernah dalam hidupku aku bertemu G-G-GrandFiend sebesar ini!”
GrandFiend yang satu ini sangatlah besar, bahkan hampir 3 kali lebih besar dari biasanya.
Sambil mengangkat tanganku sedikit, aku berkata pada mereka.
“Hati-hati semua, jangan membuat pergerakkan tiba”
Kami perlahan-lahan bergerak mundur, tapi tanpa disangka, GrandFiend itu menatap kami dengan tiba-tiba dan melesat dengan kecepatan yang tinggi.
“SEMUANYA MENGHINDAR!!!”
*BRAKK!!
Terdengar bunyi pohon yang tumbang dalam sekali serang.
Sial! bagaimana aku bisa terjebak di posisi begini? Kalau sudah begini ini antara hidup dan mati.
“Kalian semua baik-baik saja?!” tanya Eliz, pada kami.
“Ya kami tak apa” jawabku, sambil menganggukkan kepalaku.
Sepertinya tidak ada pilihan lain.
Aku kemudian berdiri dan berkata.
“Baiklah. Kalau begini, tidak ada pilihan lain lagi. kita harus melawan dan mengalahkannya”
Andy, kemudian menatapmu arahku secara tiba-tiba sambil berkata.
“HEY! Apa kau sudah gila?! Kau tidak lihat sekuat dan sebesar apa GrandFiend itu. Hentikan kenaifanmu itu Celvin!! Kita tak bisa mati disini ”
“Ya aku tau. Tapi… kita tak memiliki pilihan lain kita harus bertarung, ini tentang hidup atau mati” jawabku dengan tegas.
Andy pun hanya bisa terdiam tak bersuara. Sambil memberi aba-aba untuk menyerang, aku menarik pedangku.
“Siap-siap semuanya… SEKARAANG!!!”
Kami menyerang GrandFiend tersebut secara bersamaan. Walau tidak memberi dampak yang signifikan, kami tetap mencoba untuk melukai GrandFiend itu.
“HAAAT!! HIYAAAT!! HRAGHH!!” Teriakku sambil mengayunkan pedangku pada GrandFiend itu.
Berbagai serangan telah kami lancarkan, namun entah mengapa seperti ada yang menghalangi. Ah benar!! Ini seperti dinding sihir yang menghalangi serangan kami. Tapi bagaimana bisa seekor GrandFiend memiliki dinding sihir?.
GrandFiend itu kemudian mengangkat cakarnya dan secara cepat, mengayunkannya ke arah Eliz. Eliz yang sedang melaju, tak bisa apa-apa dan terkena ayunan cakar GrandFiend itu.
“SIAL!! ARGGHHHH!!!”
Teriak Eliz, yang kemudian terlempar dengan kuat ke arah pohon dan pingsan tak sadarkan diri. Andy yang melihat itu, dan dengan marah berteriak
“ELIZ!! Dasar kau monster sialan!!”
Andy kemudian menarik pisaunya—dan dengan gabungan kekuatan elemental plasma yang dia aliri ke pisaunya. Dia kemudian mengeluarkan kilatan cahaya besar berwarna ungu terang, untuk menyerang GrandFiend itu secara berulang.
Serangan yang diberikan oleh Andy, terlihat sangat brutal dan membabi buta. Aku, Finn, dan Randolph, hanya bisa terdiam dengan takjub.
Menakjubkan. Tak ku sangka ternyata Andy bisa menggunakan jurus seindah itu.
“CELVIN HATI-HATI!!”
Randolph mendorongku dari hantaman cakar GrandFiend.
“Terima kasih Randolph, kau menyelamatkanku” ucapku pada Randolph.
“Ya… Itu bukan apa-apa, berhati-hatilah lain kali” ucap Randolph, sambil menganggukkan kepalanya.
Finn kemudian menghampiriku dan dilihat dari wajahnya dia seperti menemukan sesuatu.
“Celvin, lihat itu”
Sambil menunjuk ke arah dada GrandFiend tersebut. Aku yang masih belum mengerti maksud dari Finn, kembali bertanya.
“Ada apa?!”
“Aku melihat semacam kristal merah yang tertanam di dada GrandFiend itu” jawab Finn, padaku
Benar juga, aku juga melihat kristal tersebut. Kemungkinan itu adalah kristal kekuatan yang memberikan GrandFiend itu dinding sihir.
“Baiklah pengamatan yang bagus, Finn”
Aku kemudian berkata pada semuanya dengan tegas.
“Semuanya!! Dengarkan aku, aku butuh bantuan kalian. Tolong alihkan perhatian GrandFiendnya untuk sementara. Dan Finn, kau coba untuk hancurkan kristal yang menempel di dada monster itu mengerti?”
“Ya kami mengerti” jawab Finn, dan Randolph.
“Bagus. Kalau begitu ayo!!”
Aku dan Randolph mengalihkan perhatian GrandFiendnya dan Finn mencoba menyelinap dan menghancurkan kristal merah tersebut. Sementara itu, Andy yang mulai kehabisan tenaga berkata.
“UGHHH MONSTER SIALAN, MENGAPA KULITNYA SANGAT KERAS?!!”
Aku kemudian memanggil Andy, sambil memperingatinya.
“Andy berhentilah! Itu tidak akan berhasil. Kulit monster itu memiliki dinding sihir, dan serangan seperti itu tidak akan menembusnya”
“Kumohon, dengarkan aku sebentar!!”
Andy, kemudian menghentikan serangannya dan berbalik ke arahku dan berkata.
“Ugh. Baiklah, setidaknya aku akan mendengarkanmu untuk kali ini”
“Baik terimakasih” jawabku dengan nada yang lega.
“Andy, bawa Eliz ke tempat yang aman untuk dia beristirahat”
“Dimengerti” jawab Andy, sambil menganggukkan kepalanya.
Syukurlah, dia menjadi sedikit tenang. Sekarang aku perlu memikirkan cara untuk mengalahkan monster ini.
Aku dan Randolph lanjut mengalihkan perhatian monster itu, sementara Andy—sedang memapah Eliz ketempat yang aman. Terlihat Finn yang sedang menggapai dada monster tersebut dan mencoba menarik kristal itu sekuat tenaga.
“Finn!!, cepatlah kami tidak bisa menahannya terlalu lama lagi” teriakku sambil mengalihkan monster itu.
“YA!! sedang ku usahakan”
Terlihat, Finn yang sedang bersusah payah untuk menarik kristal itu keluar. Dan setelah itu secara tiba-tiba.
*SHRING
Terdengar seperti suarang sebuah kristal yang tercabut. Ya Finn, berhasil mencabut kristal tersebut dari GrandFiend itu.
“Aku mendapatkannya!!”
Teriak Finn, sambil memegangi kristal itu keatas.
Baiklah. Setelah dinding sihirnya hancur, seharusnya ini akan menjadi mudah.
Aku kemudian menturuh Randolph dan Finn, untuk mundur.
“Randolph, Finn, mundur biar kutangani ini sendiri”
Randolph yang khawatir, kemudian mencoba menghentikanku.
“Tunggu Celvin jangan ge-”
Tapi Finn, dengan cepat menghalangi Randolph dengan tangannya sambil berkata.
“Tak apa serahkan semuanya kepada Celvin”
Finn dan Randolph kemudian mundur. Aku yang melihat mereka mundur, kemudian maju secara perlahan dan meletakkan kedua pedangku di masing pundak sambil memeganginya.
“Yah ini lah waktu yang pas”
RELGI ART:FATAL RUSH!!
Terdengar suara makhluk yang tercabik-cabik seperti menjadi 1 juta bagian, aku menyerang dengan membabi buta. Jurus ini sendiri dilakukan dengan cara melompat ke berbagai sisi dengan cepat dan menebas dengan brutal, menghasilkan serangan yang fatal bagi musuh.
Randolph yang terkejut, tak dapat mempercayai apa yang dapat kulakukan.
“H-hebat! Tak ku sangka seperti ini ternyata kekuatan pahlawan tingkat C”
“Sudah kubilang dia itu hebat” jawab Finn, pada Randolph.
“Dan untuk pengakhir. FINAL STRIKE”
Aku menghantam monster tersebut dengan keras ke tanah, yang menyebabkan GrandFiend itu tewas seketika.
Aku yang kehabisan energy dan EC pun terjatuh dan pingsan tak sadarkan diri.
Fact 004:EC atau singkatan dari Elemental Charge adalah sebuah tenaga yang diperlukan oleh para elementalist pada singkatnya EC sendiri adalah perwujudan “Mana”.
****************
“Aduh… dimana ini?”
Tanyaku yang baru siuman, aku kemudian melihat api unggun dan sesosok siluet yang ada di hadapanku.
“Kamu sudah sadar? Bagus lah” seseorang dari balik api unggun itu
Ternyata Andy lah, yang berada di balik api unggun itu. Tanpa kusadari, hari ternyata sudah larut malam. Dan mereka mendirikan tenda di hutan. Aku yang masih kebingungan, kemudian bertanya.
“Kenapa… kita malah berkemah?”
Andy menghela nafasnya dan menjelaskan.
“Setelah kau pingsan tak sadarkan diri, kami mengambil dan membungkus sisa-sisa dari GrandFiend itu.”
Aku kemudian menoleh ke arah sampingku dan terlihat sisa-sisa tulang dari mayat GrandFiend. Aku lalu kembali menghadap Andy dan bertanya.
“Lalu, apa yang terjadi?”
“Setelah itu, hari sudah larut malam. Dan tidak mungkin kami berjalan jauh sambil menggendong kalian berdua kembali ke desa. Jadi kami memutuskan untuk berkemah selama sehari”
Aku kemudian menundukkan kepalaku sambil berkata.
“Begitu ya? Baiklah aku mengerti”
Setelah percakapan itu suasana menjadi sedikit canggung dengan yang kami saling diam-diaman.
Aku kemudian mencoba untuk meminta maaf pada Andy.
“Eh anu. Andy, aku ingin meminta maaf soal-”
Lalu, dengan cepat—Andy memotongku dan berkata.
“Apa yang kamu ingin minta maaf dariku? Aku memanglah payah. Aku tak tahu seberapa kuat dirimu, sampai aku lupa batas. Dan lagi, aku malah mencemooh kamu dengan memanggilmu ‘anjing pemerintah’. Akulah yang seharusnya minta maaf”
Sepertinya dia menjadi sedikit lebih tenang dari yang sebelumnya, yah baguslah kalau begitu.
“Omong-omong Celvin, terima kasih kau telah menyelamatkan kami tadi. Jika saja tidak ada kamu… entah apa yang akan terjadi pada kami” ucap Andy, sambil tersenyum ringan.
“Iya gapapa kok. Lagian aku juga memang sedikit gegabah tadi” jawabku sambil menggaruk kepalaku dan tersenyum.
Andy lalu menatap ke arahku sambil tersenyum, dia berkata.
“Haha iya deh. Aku minta maaf juga ya atas perkataanku tadi, mungkin kalau dipikir-pikir kata-kataku tadi menyakitkan banget ya?”
“Sangat nyakitin. Aku hampir saja meledak tadi, HAHA” jawabku sambil tertawa.
Andy, kemudian meminta maaf padaku.
“Iya Deh, aku minta maaf. Mulai sekarang kita teman kan?”
“Tentu. Oh iya Andy, omong-omong apa rencana kalian besok?” tanyaku pada Andy.
Sambil berpikir sejenak, Andy kemudian menjawab.
“Setelah kita bangun, kita akan pergi pulang dan merayakan pesta”
“Oh begitu ya hahah” ucapku sambil tertawa.
Kami pun bergurau sejenak dan hari pun diakhiri dengan kami yang tertidur.
************** Keesokan harinya
“Baik kalian sudah siap berangkat?” tanya Andy, sambil membawa ranselnya.
“Ya!!” jawab kami, sambil memegang ransel-ransel kami.
“Baik kalau begitu kita pergi”
Tak terasa. satu malam sudah berlalu, dan beruntung gak ada hal aneh-aneh yang terjadi di hutan tadi. Biasanya ada tahayul-tahayul atau dongeng aneh terkait hutan-hutan dan semacamnya.
Terlihat pemandangan yang sangat indah, sesuatu yang tak bisa kurasakan di perkotaan. Pemandangan terbitnya matahari yang sungguh indah.
“Sungguh indah sekali”
Sesampainya kami di desa Raikora kami pun melaporkan hal-hal yang terjadi kepada pak Olsea.
“Ini pak Olsea semuanya sudah terselesaikan”
Sambil membawa sisa-sisa tulang, daging dan kulit dari GrandFiend yang sudah kami kalahkan.
Dengan ekspresi senang pak Olsea berkata.
“Begitu ya OHOHOH kerja bagus anak-anak muda, jadi bagaimana ceritanya tadi?”
Kami pun menceritakan semua hal yang terjadi di hutan Reiyan.
Setelah menceritakan hal-hal yang terjadi di hutan Reiyan, pak Olsen terlihat memasang wajah serius.
“Ooh jadi begitu ya?”
“Kalian berdua Elizabeth dan Celvin, kalian berdua baik-baik sajakan apakah kalian sudah pulih sepenuhnya?”
“Y-ya kami baik-baik saja”
Dengan lega pak Olsea menghembuskan nafas dan menundukan wajahnya.
“Baiklah kalau begitu sekali lagi terima kasih sekali lagi yang sepenuh-penuhnya”
“Enggak apa-apa kok pak lagian ini juga kan tugas kami sebagai pahlawan”
“Ya, aku mengerti, omong-omong sebelum kalian pergi ayolah tinggal sejenak dan berpesta bersama kami”
Waduh ajakan pesta nih sayang banget kalo dilewatkan hehehe.
“Yaaah kalau pak Olsea memang berkata begitu, mau bagaimana lagi?”
Kami Pun berpesta sepanjang hari sampai larut malam. Randolph lah yang akhirnya mengantar kami pulang.
***************
Setelah sampai ke kota terdengar ada sirine polisi dari kejauhan, aku dan Finn pun penasaran dan mencari tahu asal sirine itu dan terkejutlah kami.
“A-ada apa ini pak polisi?!”
“Seperti yang kalian lihat ada kasus penyerangan dan perampokan di sekitar sini, aku tak yakin tapi sepertinya kejadiannya baru saja terjadi”
M
“Begitu ya? Apa bapak ada menemukan apa-apa lagi?”
Pak polisi pun berpikir sejenak dan baru mengingat sesuatu.
“Ah iya, baru ini baru-baru ini ada rumor yang beredar bahwa seorang penjahat berkeliaran pada malam hari dan meneror warga sekitar dia bernama ‘Shadow’. Pahlawan kelas S pun sudah dipanggil namun mereka tak dapat mengimbangi kecepatan dari si ‘Shadow’ ini pada akhirnya setiap usaha berujung kegagalan”
Misteri penjahat tengah malam ya? Terdengar menarik, baiklah kalau begitu.
“Baiklah pak anda bisa serahkan kasus ini kepada kami”
Dengan ekspresi yang meragukan, pak polisi kemudian bertanya kembali.
“Uh… kalian serius ingin menangkap si ‘Shadow’ ini? sekelas pahlawan S-1 seperti ‘Silent death’ sendiri tak mampu mengimbangi kecepatannya darinya. Kalian pahlawan kelas C kan?”
“Ya tak apa-apa serahkan saja pada kami, bagaimana Finn kau ikut?”
“Yah… aku sih gak masalah aku ikut-ikut aja” jawab Finn, padaku.
Pak polisi seakan tak percaya melihat 2 bocah SMA mencoba menyelesaikan misi yang diperkirakan mustahil ini, dan menghela nafas kuat-kuat
“Yaudah deh aku hanya bisa bantu doa saja, hubungi saja aku jika kau perlu bantuan atau sudah menangkap ‘Shadow’.