Transmigrasi Ke Dunia Lain

Setelah tepat mendaftar menjadi petualang beberapa hari yang lalu, Dika hanya bermodalkan pengetahuan yang ia dapat dari kelima mantan petualang sebelumnya bila mendaftar menjadi petualang. Bila nanti menjadi petualang, janganlah lengah, dan harus berhati-hati, karena semua petualang tidaklah sama, mereka memiliki karakter yang berbeda.

Kelima mantan petualang itu tak hanya memberitahu langkah-langkah mendaftar, tapi mereka juga memberitahu bahwa setiap dari semua petualang memiliki prinsip dan tujuan yang berbeda untuk meraih tujuannya. Bila memang harus, maka mereka akan lakukan jika memang harus menjatuhkan temannya sendiri.

.....

Keesokan harinya di pagi hari, mungkin dari cuaca dan arah ketinggian matahari, sekarang sudah jam 8. Sesuai yang direncanakan sebelumnya, kini Dika tengah berjalan dengan rombongan salah satu party petualang, remaja itu bertugas mengangkut barang perlengkapan.

Remaja itu tak bawa perlengkapan layaknya senjata, seperti biasa, dia hanya membawa belatinya saja. Tapi kali ini ia menggunakan sebuah armor depan yang baru saja ia beli dengan harga yang murah. Tak masalah karena murahan, setidaknya bisa melindungi tubuh depannya saja.

Anggota party berjumlah 6 (termasuk Dika yang merupakan anggota sementara). Mereka petualang tingkat C dan B, semua berjalan keluar kota Kerajaan, tujuan mereka adalah memasuki dungeon. Setelah sampai di depan mulut goa dungeon mereka melakukan rapat dulu.

"Sesuai rencana, kali ini kita akan memasuki dungeon sampai lantai 5." ucap ketua party, yang merupakan seorang pria dan dia adalah pendekar atau petarung pedang.

"Aku sudah tak sabar melawan para monster di lantai 5." ucap seseorang pria bertubuh besar, dia merupakan seorang tanker.

"Semoga saja kita mendapat banyak harta karun." ucap seorang wanita, dia adalah seorang penyihir.

"Dengan kekuatan kita sekarang seharusnya kita bisa mencapai lantai 5." ucap seorang wanita berpakaian layaknya pendeta, dia adalah seorang support.

"Hihihi, aku makin tidak sabar, kalau benar-benar ada harta karun di sana." kata seorang pria bertubuh kecil, dia adalah assassin.

Sedangkan Dika, dia hanya diam saja, ia melihat dan mendengar semua pembicaraan yang menurutnya tak begitu penting. Lalu ia mendengar ucapan ketua party yang mulai mengulang strategi. Selesai sudah rapatnya, mereka segera masuk, tanpa ada yang mengajaknya, Dika juga masuk berjalan di belakang mereka.

Yah, dirinya hanya seorang pembantu yang dimana dirinya harus mengangkut barang-barang buruan dari mereka, memang orang yang tak dianggap penting. Sejak pertemuan pertama memang kesan mereka kepadanya seperti tatapan biasa, dan ramah. Selama perjalan juga tak ada yang mengajaknya mengobrol, tapi ada seorang tanker yang menatapnya dengan tatapan remeh.

Ini adalah pertama kalinya Dika masuk ke dalam dungeon, semua dungeon pasti memiliki batu sihir penerang di atapnya, jadi jalan akan sedikit terang untuk membantu petualang masuk menjelajahinya. Setelah menjelajahi lantai pertama hingga ke lantai kedua, kini mereka sudah berada di lantai ketiga.

Sudah puluhan monster seperti goblin, skeleton, dan slime yang mereka bunuh. Karena sebelumnya sudah sering masuk, mereka berlima jadi lebih mudah menjelajahinya. Sebelumnya mereka hanya mampu sampai ke lantai ke 4. Dan sekarang mereka telah sampai di lantai 4. Seperti biasa mereka segera mengalahkan para monster yang bermunculan.

Sedangkan Dika, ia hanya duduk menunggu semuanya selesai, kalau sudah selesai, dia akan mengambil batu kristal sisa dari para monster yang sudah dikalahkan. Bola kristal yang dimaksud adalah inti monster yang hanya sebesar batu krikil yang mungkin berdiameter 3 sampai 5 sentimeter menurutnya.

Kalau sudah mengalahkan atau membunuh salah monster, maka tubuh mereka akan lenyap layaknya abu dan meninggalkan intinya, karena itu yang nantinya akan dijual. Melihat semua sudah mengalahkan monster lantai keempat, Dika segera bangkit dari duduknya, ia segera berlari sambil membawa tas besar yang besarnya hampir sama dengan tubuhnya.

"Hei...!! Pemula...!! Jangan hanya diam, cepat kumpulkan semua intinya...!!" ucap seorang tanker berteriak padanya.

Sudut kanan bibir remaja itu berkedut. Sungguh menyebalkan, padahal dirinya sudah berjalan dan akan meraih inti monster yang tergeletak di tanah, bisa-bisanya orang itu berteriak kalau dirinya diam saja. Matanya buta apa ? Sudah jelas diri berjalan mengambil inti monster dibilang diam saja ?

Sabar-sabar, sekarang ia harus fokus dengan pekerjaannya. Setelah selesai, ia segera berjalan menyusul party itu yang baru saja berjalan lebih dulu. Dalam hati Dika mengumpat, karena saat ia mengambil inti monster, mereka berlima beristirahat dan memakan makanan yang mereka bawa tanpa menawarkannya.

Sudahlah, jangan samakan kehidupan disini seperti di bumi, itu sudah jelas berbeda. Tak apalah tidak lolos masuk ke akademi, karena menjadi orang sukses tidak harus lulus dari latar pendidikannya, melainkan usahanya.

Ngomong-ngomong, nama party yang remaja ikuti bernama Harimau Hitam. Mendengar namanya saja sudah membuat Dika ingin tertawa, karena setahunya di dunia asalnya harimau hitam itu tidak ada, kalau ada itu sudah termasuk langka. Dan setahunya juga hewan dari bangsa harimau yang berwana hitam adalah panter.

Sudahlah, mau diapakan juga perbedaan dunia ini dan bumi sudah jelas berbeda. Cukup fokus apa yang ia kerjakan saat ini.

Dan sekarang, rombongan party Harimau Hitam turun ke lantai berikutnya, yaitu lantai kelima. Berbicara tentang dungeon, sebenarnya ada banyak dungeon yang tersebar di berbagai tempat, tapi ada dungeon tersembunyi. Setiap dungeon memiliki banyak lantai, ada yang sampai kelima, bahkan ada yang sampai kedua puluh.

Dungeon yang mereka masuki adalah dungeon yang baru ditemukan sekitar satu minggu yang lalu, dan baru mereka saja yang menemukannya. Jadi mereka belum paham betul bentuk dan sampai berapa lantai. Tapi mereka mengakui kalau dungeon ini cukup berbeda dengan dungeon lainnya.

Karena dungeon ini memiliki monster yang levelnya cukup tinggi meski berada di lantai pertama, mereka menyimpulkan untuk bisa menjelajah dungeon ini harus petualang tingkat B hingga A agar lebih mudah dan cepat menjelajahinya. Dan benar saja, sekarang mereka telah berada di lantai kelima.

Semua terlihat berhati-hati, karena selama masuk ke dungeon ini, mereka belum pernah sampai ke lantai 5, karena dari segi kemampuan dan kekuatan mereka hanya mampu menjelajahinya sampai ke lantai keempat. Di lantai 4 saja sudah ada monster-monster yang merepotkan, maka di lantai kelima jelas lebih merepotkan lagi.

Di lantai 5 berbeda sekali dengan lantai-lantai sebelumnya, disini tidak ada batu penerang, dan cukup gelap sekali. Salah satu anggota party yang merupakan support segera menggunakan sihir penerang pada ujung atas tongkatnya agar mempermudahkan mereka.

Tiba-tiba terdengar suara desis dari dalam sana, seketika semua semakin waspada. Dan benar saja, terlihat cahaya sepasang mata menyala dari depan, meski gelap tapi sangat terlihat jelas, kalau di depan sana pasti bukan monster sembarangan.

"Semua bersiap, kita akan melawannya jangan lengah..!!" ucap ketua party atau sang ksatria pedang.

"Tentu saja, aku akan mendaratkan pukulanku di tubuhnya." ucap tanker, dia malah berjalan maju dengan percaya diri.

"Hei..!! Jangan gegabah, kita belum tau itu monster jenis apa..!!" ucap ketua party.