Kamila penyuka ketenangan, sedangkan Arkan penyuka kebebasan
keduanya memang memiliki kesamaan tapi tidak dengan perasaan.
Tapi percaya pada takdir itu penting bukan? Kira-kira seperti apa
rencana semesta untuk keduanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Orang Suusah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
4. Di Hukum
"Gak ada tapi-tapian Kamila, semua kesalahan ada konsekuensinya! Kerjakan hukuman kalian sekarang!" potong Pak Samsul sebelum Kamila mengajukan protes.
Pak Samsul langsung pergi dari sana mau tidak mau Kamila harus menyetujuinya,
lain dengan Arkan dia malah berdiri santai sambil membuka permen yang ada di sakunya.
Kamila menatap Arkan sinis penuh kekesalan.
"Ini semua gara-gara lo Arkan, coba tadi kalo lo gak ngajak gue manjat pager, gue gak akan kena hukuman kayak gini!" Kamila menghentak-hentakan kakinya kesal.
"Lo marah-marah mulu nanti lo suka sama gue tau rasa!" celet Arkan dengan percaya diri.
"Heh, amit-amit, denger yah Arkan sampe gue jadi Nenek buyut terus punya cucu, Cucu gue punya cucu terus cucunya cucu gue punya cicit cicitnya cicit gue punya cicit dan salah satu dari mereka nikah sama cucu cicit dari lo demi apa pun gue
gak akan pernah ngerestuin!"
"Dasar cowo tengil, rese, gila!"
"Yaudah biar enak, gimana kalo kita aja yang nikah?" tawar Arkan sambil menggoda Kamila.
"Gue jamin dalam waktu gak sampe tiga bulan lo bakalan jadi pacar gue, oh atau bisa jadi istri gue, kita nikah muda!"
"Najis gue punya pacar apalagi suami kayak lo! Playboy cap sendal jepit," hardik Kamila penuh emosi.
"Gak boleh begitu Mil jodoh gak ada yang tau, bisa aja besok kita nikah kan?"
"Ngomong noh sama batu!"
"Udahlah Mil, lo itu emang ditakdirin buat gue gak usah banyak ngelak kasian takdir lo nanti di ubrak-abrik sama takdir gue!" kata Arkan yang terus-terusan menggoda
Kamila sambil mencolek dagu Kamila.
"Najis Arkan gila lo, gak usah pegang pegang!" Kamila mengusap kasar dagunya yang dicolek oleh Arkan.
"Lo galak banget sih Mil darah tinggi tau rasa!"
"Lo yang bikin gue darah tinggi, bisa gak sih lo pergi jauh dari hidup gue?" Kamila sudah sangat kesal kepada Arkan.
"Nanti kalo gue pergi jauh lo kangen sama gue, gue mau ngingetin satu hal sih awas nanti lo suka sama gue, cewe gue banyak soalnya, nanti lo ada di urutan bawah!" Lagi-lagi Arkan mencolek dagu Kamila.
"ARKAN?! SIALAN!"
***
Saat ini dua orang remaja dengan seragam putih abu tampak sudah berdiri di dalam sebuah ruangan di mana di depan mereka duduk seorang laki-laki yang cukup dihormati di area sekolah tempat mereka berdua menimba ilmu tersebut.
Dua siswa itu tak lain adalah Arkan dan juga Kamila. Setelah tadi Kamila berteriak kepada Arkan Pak Samsul datang katanya keduanya dipanggil ke ruang kepala sekolah.
"Apa maksud kalian sampai nekat manjat pagar belakang?" tanya laki-laki tersebut yang tak lain adalah kepala sekolah di SMA favorit tersebut yang biasa dipanggil Pak
Burhan.
Kamila menghela nafasnya, "Saya udah satu jam nunggu taxi Pak tapi selalu penuh tadi jam udah mepet baru ada yang kosong tapi ya gitu saya jadinya terlambat ke sekolah," Kamila tampak menunduk takut.
Pak Burhan mengangguk-anggukan kepalanya dia lalu menatap Arkan.
"Kalo kamu Arkan, alasan apalagi yang mau kamu bilang, apa kamu gak bosen Arkan selalu masuk ke ruang Bk?" tanya Pak Burhan sambil memijit pelipisnya.
"Bosen sih Pak, tapi gimana tadi jalanan macet walaupun saya pake motor tetep aja Pak kejebak macet sumpek panas!" Arkan yang juga tak mau kalah dari Kamila.
Pak Burhan terlihat menghela nafasnya lelah.
"Siapa yang punya rencana buat lompat pager belakang?Apa kalian gak tau bahayanya lompat dari pagar besi setinggi itu, kalo kalian kenapa-kenapa pihak sekolah Juga yang repot!"
Pak Burhan kembali menggelengkan kepalanya sebab tak habis pikir dengan jalan pikiran kedua remaja tersebut.
"Dia, Pak!" tunjuk Kamila ke arah Arkan.
"Wah ... Benar-benar lo ya. Udah gue tolongin juga malah kayak gini balasannya. Kalau tadi lo gak lelet waktu naik, kita gak bakal ketauan terus di hukum kayak gini."
Arkan menggeleng-gelengkan kepalanya
tidak terima.
"Tapi kan emang lo yang ngajak gue naik pager, pikun lo!" kata Kamila lagi.
"Iya tapi kan lo juga mau aja, jadi lo juga salah lah, lo yang lompatnya kelamaan!"
"Cukup! Kalian ini kenapa malah adu mulut dan saling menyalahkan sih? Saya sudah tidak bisa mentolerir lagi. Terutama untuk kamu Arkan. Kamu sudah sangat sering datang terlambat datang ke sekolah dan
berbuat seenaknya."
"Tapi kan Kamila juga salah Pak masa saya doang yang kena semprot!"
"Saya sudah tidak bisa memberikan kesempatan lagi. Saya akan menghubungi ibu kamu," ancam Pak Burhan yang sudah jengkel dengan kelakuan Arkan.
"Yaela Bapak tukang ngadu jangan ke Bunda Pak kita selesain secara kekeluargaan aja nanti kalo Bunda saya tau uang saku saya dipotong Bapak mau nafkahin saya?"
"Mimpi kamu, ya sudah saya gak akan lapor ke orang tua kamu tapi dengan syarat kamu harus membersihkan perpustakaan sampai benar-benar bersih dan wangi!"
"Saya doang, Pak?" Arkan menunjuk ke arah wajahnya sendiri.
"Iya kamu aja."
"Terus dia gimana?" tanya Arkan sambil menunjuk ke arah Kamila.
"Kalau Kamila kan baru sekarang. terlambat. Sedangkan kamu udah terlalu sering."
Kamila terlihat menahan tawanya melihat Pak Burhan hanya akan menghukum Arkan sendiri. Sementara Arkan makin kesal dengan gadis disebelahnya itu.
"Wah... Ini sih namanya gak adil, Pak. Saya ingin mengajukan banding karena hukuman yang bapak berikan ini gak adil."
"Apaan ngajuin banding? Memangnya ini di pengadilan? Makin ngaco aja kamu." Pak Burhan mendelik kesal ke arah Arkan.
"Pokoknya saya gak terima kalau cuma saya aja yang dihukum. Sudah jelas-jelas dia juga terlambat. Di mana letak keadilan di dunia ini?" kata Arkan terlihat lebay demi
keadilan.
"Tapi kan memang kamu yang bermasalah di sini Arkan!" jawab Pak Burhan.
"Pak maaf saya gak papa kalo barus bantu Arkan kan saya juga telat walaupun tadi Pak Samsul sudah menghukum saya!" kata Kamila dengan bijaksana.
Namun di mata Arkan dia itu justru seperti sedang cari muka di depan Pak Burhan.
"Kamu yakin?" tanya Pak Burhan.
Kamila menganggukan kepalanya.
"Sava yakin Pak!"
"Baik kalau begitu!"
Dan disinilah mereka saat ini. Tepat di dalam ruangan perpustakaan yang ukurannya cukup luas dengan deretan rak berisi buku-buku yang biasa dibaca oleh para siswa ketika jam istirahat datang ataupun setelah jam pulang sekolah tiba.
Saat ini Kamila terlihat sedang menyapu ruang perpustakaan yang luas tersebut, namun seketika gerakannya terhenti saat melihat Arkan yang justru malah sedang
ongkang-ongkang kaki sambil duduk
di kursi sambil memainkan ponselnya.
"Heh... Panjul! Enak banget lo duduk kayak sultan. Mana sambil main game lagi. Lo gak lihat dari tadi gue udah nyapu lantai dari ujung sana sampai ujung sini?" Kamila
benar-benar tak percaya dengan sikap
Arkan.
yu gabung di GC BCM
di sini kita akan belajar bersama dan juga akan mengadakan event seperti lomba puisi/pantun dll
Di sini kita akan di bimbing secara langsung ya oleh kak Lily blasom salah satu author senior. Jadi yu segera bergabung dengan cara follow akun saya. Maka saya akan undang kalian semua. Terima kasih.