Siapa sangka kalau gadis lugu yang introvert luar biasa bisa menjadi seorang pelindung umat manusia? Terlahir kembali setelah selamat dari kecelakaan mengenaskan, Reina Sasaki kini berubah menjadi seorang Cyborg yang dilengkapi senjata dan kemampuan bertarung hebat. Bisakah Reina menjadi orang yang berbeda di dunianya yang baru saat ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dovey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 29: Fight Back
Lereng Bueron adalah tempat berkumpulnya segala dosa dari manusia yang dikumpulkan ke dalam satu tempat. Lereng ini juga satu-satunya tempat ‘sampah’ dari semua belahan dunia setelah perang nuklir 70 tahun lalu pecah.
Awalnya, tempat ini adalah lereng biasa dengan ekosistem flora dan fauna yang cukup unik dan ramai. Terdapat banyak sekali hewan dan tumbuhan unik yang meninggali tempat ini. Hal ini juga disinyalir dipengaruhi oleh keunikan tempatnya itu sendiri.
Namun, keanehan tersebut disinyalir muncul dari efek dari radiasi portal antara The Conqueror dengan bumi. Dengan kata lain, mahluk luar angkasa tersebut memang jadi pemakan planet, namun mereka juga harus menandai tiap planet dengan portal buatan mereka. Tanpa portal tersebut, mereka sejatinya tidak bisa serta merta datang mengunjungi planet yang mereka ingin lenyapkan.
Itulah kira-kira penjelasan singkat yang diceritakan Theia kepada Reina sepanjang perjalanan. Ia terus menceritakan asal-usul lereng Bueron dengan beberapa informasi tambahan yang ia ketahui.
“Ketahuilah Reina, tempat ini berubah menjadi berbahaya usai perang nuklir terjadi. Sementara semuanya hancur dan menghilang tanpa sisa, lereng ini satu-satunya alam yang selamat dan tak berubah sedikitpun dari bencana tersebut” jelas Theia.
“Apakah itu karena terhalang oleh portal?” Tanya Rheina merespon. Theia pun mengiyakan ucapannya.
“Kita harus segera menyegel tambang Black Magnesia dan segera mengunci semua yang ada disini. Jika tidak, portal itu akan terus terbuka dan kalian semua akan mati” ucap Theia.
Tentu hal ini membuat Rheina cukup geram. Ia tak menyangka kalau sedari awal The Conqueror bisa saja mencegah perang nuklir terjadi. Namun, mereka memilih membiarkan perang itu terjadi, pikirnya.
Setelah mencapai area lereng yang cukup dalam, barulah mereka menemukan sebuah titik terang. Di depan mereka kini adalah salh satu bagian portal yang disegel erat dengan sebuah metode.
“Dan ini segel yang dibuat Paman Satoshi? Tidak mungkin.” Ucap Rheina tertegun. Portal itu berukuran sangat besar dengan segel yang mengelilingi seluruh bagian portal.
“Tak salah lagi, ini adalah incaran kelompok jubah hitam. Yang harus kita lakukan adalah menghancurkan akses jalan ke tempat ini” ucap Palaki.
Semua Ronan yang ada disana mengangguk setuju. Meskipun mereka tak bisa menghancurkan portal itu, paling tidak memutus akses ke dalamnya adalah hal terbaik yang bisa mereka lakukan.
“Aku membawa semua bom buatanku. Kalian semua tolong bantu aku memasang bom ini ke sepanjang jalan menuju portal ini!” Perintah Palaki.
Semua Ronan pun kemudian mulai menyebar bom buatan Palaki ke sepanjang lintasan. Tak ada satupun jalan yang mereka lewati, demi memaksimalkan daya hancur dan menutup portal ini selamanya.
“Menurutku, terkubur sedalam apapun portal ini akan tetap menemukan cara untuk membawa The Conqueror masuk ke bumi, Reina. Satu-satunya yang mampu menahan kemunculan mereka hanyalah segel, bukan dengan cara dikubur!” Ucap Theia pada Reina yang sedang sibuk menanam banyak bom.
“Aku tahu itu. Tapi tak ada satupun orang yang bisa menyegel portal ini selain pamanku. Maka dari itu, lebih baik kita kubur saja sekalian portal ini!” Ucap Reina.
Mendengar itu, Theia tak mersepon. Ia pun segera bertanya hal lain padanya. “Lalu, dimana pamanmu itu?”. Usai pertanyaan tersebut, Reina baru sadar kalau pamannya tidak ada disana.
Reina pun menoleh ke banyak sudut dan tidak melihat batang hidung sang paman. “Kemana dia pergi? Apa masih tertinggal dalam gua?” Tanya Reina.
Baru saja ia bertanya, tak lama ia kemudian mendengar suara ledakan yang cukup kencang dari atas. ”BOOMM” suara ledakan itu berhasil mengejutkan siapapun yang ada disana.
“Suara apa itu tadi?” “Kupikir bom yang kita taruh meledak” “kencang sekali ledakannya”. Kira-kira itulah beberapa reaksi yang keluar dari para Ronan.
Tak lama kemudian, tanah yang mereka pijaki pun bergetar kencang. Mereka semua terkejut bukan main. Palaki kemudian memerintahkan semua pasukan WDT untuk keluar dari sana.
“Kita lari kesana! Selamatkan diri kalian!!” Perintah Palaki. Mereka semua pun berlari ke satu-satunya akses ke dalam tanah tersebut. Sayang saat mereka baru saja meraih akses tersebut, Green Snake menutup akses tersebut dengan cepat.
“TIDAK!!!” Teriak Palaki. Saat semuanya panik, muncul monster dengan wujud tikus bawah tanah berukuran sangat besar, dengan semacam alat pelubang tanah yang menggantikan kedua tangannya.
Situasi ini sangat sulit untuk mereka, mengingat kini mereka terjebak untuk entah berapa lama di area tersebut. Terlebih mereka juga kini terjebak dengan port The Conqueror.
“Kita lihat seberapa lama kalian mampu bertahan dari amukan monster itu, HAHAHHA!!” Ucap Green Snake dari luar.
“Dan perlu kalian tahu, portal besar itu bukanlah portal The Conqueror. Kami saja belum menemukannya. Yang kalian lihat disana adalah rumah sang monster dan cepat atau lambat, anak-anaknya akan memakan kalian!” Ucap Green Snake.
Tak disangka pasukan WDT lagi-lagi dibodohi dengan permainan kelompok jubah hitam. Kini mereka harus menyelamatkan diri karena pijakan yang mereka tempati sekarang berisikan banyak bom aktif.
“Aku muak dengan pemainan mereka. Bagaiman ini?” Ucap Palaki. Ia pun mencoba menghubungi Dokter Mayfreed, meskipun ia tahu betul kedalaman sejauh ini membuat sinyal dengan tower WDT cukup terganggu.
“Beri aku waktu membetulkan alat ini. Tolong hadapi monster itu!” Ucap Palaki. Semua Ronan pun langsung menuerang tanpa pikir panjang. Reina dan Charo yang benar-benar sudah muak membuat dagger bersamaan dan menyerang samg monster tanpa henti.
Singkatnya, semua Ronan yang ada disana terus menerus menyerang semua monster yang silih berdatangan. Beberapa pijakan mereka juga hancur akibat bom yang tak senagaj terinjak dan meledak.
Hal ini juga membuat posisi mereka semakin terdesak, terlebih karena mereka juga semakin kehilangan pijakan. Disana, Reina berdiri paling depan melindungi teman-temannya.
“Masih belum?” Tanya Reina. Palaki tak merespon. Ia pun kemudian membuat pedang besar dari tangannya dan mencipatkan roket yang cukup besar. Ia berniat menebas kepala sang monster.
“Buat dia teralihkan, Eve dan Tiff. Charo, gunakan kecepatanmu untuk menghancurkan tangannya. Sisanya, tolong bantu aku untuk menghabisi monster yang lebih kecil. Aku akan kesana menerjang bagian kepala” ucap Reina.
Ini adalah kali pertama Reina mengambil alih situasi. Disana tak ada satupun orang yang menyangkal. Karena yakin dengan Reina, semua Ronan pun mengiyakn perintah tersebut.
“Lakukanlah yang terbaik, Reina. Kami akan beri jalan untukmu” ucap Chips. “Terimakasih, teman-teman” jawab Reina.
Reina dan kawan-kawannya pun bersiap. Mereka sudah sangat ingin keuar dari tempat tersebut. Pertarungan terakhir pun dimulai.
Lanjutkan thor/Cake//Coffee//Good/