Sekuel dari Anak Jenius Mom Sita. Disarankan untuk membaca novel tersebut dulu agar mengetahui tokoh tokohnya.
Kai Bhumi Abinawa memiliki identitas ganda. Ia dijuluki sebagai Mr Sun di dunia hacker yang ditakuti dunia internasional. Sedangkan di dunia nyata Kai dikenal sebagai pemilik sekaligus CEO dari A-DIS ( Abinawa Defense of Internet System) Company yang sukses. Namun kesuksesan yang dimiliki membawa ia dalam banyak masalah. Banyak wanita yang mengejarnya serta musuh yang ingin menjatuhkannya.
Merasa lelah dengan rutinitasnya, Kai memutuskan untuk menepi dan melakukan sebuah perjalanan. Ia meninggalkan semua kemewahannya dan berkelana layaknya pemuda biasa.
Di tengah perjalanannya Kai bertemu penjual jamu gendong yang cantik. Kirana Adzakia nama wanita berhijab tersebut. Kai jatuh hati terhadap Kiran dan Ia memutuskan untuk menetap di daerah tempat tinggal Kiran sebagai penjaga warnet. Namun siapa sangka Kiran adalah seorang janda muda di usianya yang baru 21 tahun.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MBH 05. Apa Hebatnya Kai?
Sebelum lanjut Othor akan coba berikan visualnya. Ini othor cari dari google dan pinterest. Kalau tidak seusai readers boleh cari visual versi sendiri sendiri ya. Jujur Othor nggak bisa nyari visual heheheh.
INI ABANG KAI BHUMI ABINAWA
KIRANA ADZAKIA
AKHZA & ABRA
SI BUNGSU ANA
AYAH RAMA
MOMMY SITA
SAFIRA JASMIN
...****************...
Happy reading
Semua sudah siap, Kai mematutkan dirinya di depan cermin. Celana jeans, kaos plus jaket, sepatu sneakers, dan juga topi. Kali ini seperti itulah yang dia pakai untuk perjalanannya. Kai pun menyandang tas ranselnya. Ia tersenyum puas. Sungguh penampilannya membuat orang tidak akan mengenali Kai. Ia tampak seperti seorang pemuda desa yang tengah merantau ke kota.
" Hahahha…. Sempurna. Aku yakin jika pun kolega bisnisku melihatku mereka tidak akan mengenaliku."
Kai pun keluar dari kamarnya dan menuruni tangga. Di ruang makan tampak wajah wajah murung sudah menyambut paginya.
" Haish… ternyata mereka belum benar benar mengizinkanku pergi." Gumam Kai pelan sambil mendekat ke ruang makan.
Tak… tak… tak….
Mendengar langkah kaki Kai mendekat, Rama pun memberikan instruksi agar semua orang tersenyum.
" Stt… abang datang. Ayo jangan cemberut."
Dengan terpaksa mereka pun menarik kedua sudut bibir mereka dan melihat Kai dengan senyuman.
" Jangan tersenyum, kalian semua jelek dengan senyum yang dipaksakan begitu."
Kai menaruh ranselnya di lantai lalu duduk di salah satu kursi ia mengambil sarapannya dan makan dengan tenang. Bahkan Kai sedikit acuh saat mata semua orang di rumah ini menatapnya.
" Huft… ayolah. Apa kalian semua akan melihatku seperti itu. Mom, ayah sarapanlah. Dan kalian bertiga habiskan makanan kalian segera."
Rama dan Sita hanya bisa membuang nafasnya dengan berat. Ternyata tidak mudah melepaskan putra sulungnya untuk pergi entah kapan akan kembali. Sedangkan si kembar tiga hanya memberengut, bahkan Ana sudah menangis di sela sela ia memakan sarapannya.
Akhza dan Abra yang tadinya sok jentel tiba tiba murung saat abangnya benar benar harus pergi pagi ini.
Setelah beberapa saat mereka pun selesai dengan makan paginya. Sita berdiri untuk membereskan meja makan dibantu oleh Ana. Kai tersenyum adik perempuannya itu benar benar mengingat pesannya.
Kai melenggang ke ruang tamu dan duduk di sana diikuti ayah dan kedua adik laki lakinya. Tak berselang lama Sita dan Ana pun menyusul lalu.
" Huft… ayolah abang bukannya mau pergi berperang. Hei… abang ini mau liburan. Apakah kalian semua tega membiarkan abang pergi dengan sejuta pikiran karena wajah tidak ikhlas ini."
Sita yang memang sengaja duduk di sebelah Kai langsung memeluk putranya itu diikuti oleh Ana. Kedua wanita itu memeluk Kai erat dengan air mata yang berlinangan. Kai mengusap punggung kedua wanita yang dicintainya itu.
" Mom, Ana, abang kan cuma mau jalan jalan bulannya mau ke medan perang. Masa iya sih sampe begini. Nanti kalau abang udah puas abang akan segera pulang."
" Berapa lama emang. Seminggu?"
" Eh… Entah bisa seminggu atau sebulan atau setahun."
" Hiks… lama banget…."
" Mom… nggak lama, nanti Abang secepatnya pulang deh."
Kai memandang sang ayah berharap pertolongan. Rama yang paham kode mata Kai pun mendekati sang istri dan meraih tubuh istrinya.
" Sayang, sudah ya. Abang cuma di sekitaran pulau ini aja kok."
Sita akhirnya menghentikan tangisnya. Begitu juga dengan Ana.
" Oke kalau begitu abang mau titip ke Abra dan Akhza. Datang ke A-DIS dan bantu om Luki mengurus perusahaan Abang oke?"
" Yaaah….. Kok gitu." Akhza dan Abra melayangkan protes.
" Tenang, akan ada hadiah buat kalian nanti saat abang pulang kalau pekerjaan kalian bagus."
" Bener bang? Akhza boleh minta apa aja."
" Abra juga ya bang."
Kai mengangguk, ia akhirnya tenang. Adik adiknya ini tetap bisa terkontrol melalui Luki. Bukan tanpa sebab Kai meminta kedua adik lelakinya membantu di perusahaan, dengan Akhza dan Abra di perusahaan paling tidak dua remaja itu tidak berkeliaran sembarangan. Selain itu biar kedua anak itu bisa belajar bertanggung jawab.
" Terus, Ana nggak dikasih hadiah apa apa gitu. Curang banget."
" Hahahha kalau Adek patuh, nurut sama ayah dan mommy Adek juga boleh minta apa aja."
" Bener ya. Oke. Ana akan nurut sama ayah dan mommy."
" Good girl."
Sita dan Rama tersenyum. Kai selalu bisa merubah mood si kembar dengan cepat.
" Baiklah… Saatnya abang pergi. Tapi… Semuanya tidak boleh nganter abang. Abang nggak mau ada drama nangis nangis di terminal."
" Di terminal???"
" Iya yah, abang mau naik bus."
" Huft… ya sudah hati hati."
Kini semuanya mengantarkan Kai sampai depan rumah saja. Kai memeluk satu per satu anggota keluarganya.
" Abang pamit ya, semuanya harus sehat. Abang nggak mau dapat kabar ada yang sakit. Kalian berdua jagain Ayah, Mommy, dan Ana."
" Siap bang."
" Ya sudah abang pergi dulu, Assalamualaikum."
" Waalaikum salam."
Sita sudah tidak mampu mengucapkan apapun. Dia hanya terisak, ia merasa separuh hatinya ada yang hilang.
" Mom sudah, biarlah Kai melakukan keinginannya. Restui saja agar Kai selalu dilindungi Allaah."
Sita mengangguk mendengar ucapan suaminya. Mereka berlima pun kembali masuk.
" Mom…."
Seseorang memanggil Sita saat baru akan memasuki rumah. Sita menengok ke belakang.
" Loh Luki ada apa?"
" Kai mana mom, ayah?"
" Sudah pergi baru saja."
" Astagfirullaah itu anak."
Luki benar benar tidak habis pikir dengan kelakuan bos nya itu.
" Memangnya Om Luki nggak tahu abang mau pergi."
" Tahu Abra. Tapi om nggak tahu kalau Kai perginya hari ini. Dia nggak pamit."
" Heheheh, Om Luki dikerjain abang."
Semuanya hanya tertawa melihat wajah pias Luki. Mereka semua tahu meskipun Kai terkadang sangat serius tapi sebenarnya Kai adalah orang yang jahil.
🍀🍀🍀
Di kediaman Hendri, Safira terus bertanya kapan daddy nya akan melakukan pertemuan keluarga dengan Rama, ayah Kai. Ia sudah sangat tidak sabar dengan rencana perjodohan dirinya dengan pria pujaannya.
" Dad… kapan daddy akan bicara ke Om Rama dan Tante Sita?"
" Sabar sayang, daddy harus mencari waktu yang pas. Om Rama itu adalah orang yang sangat sibuk. Susah sekali membuat janji temu dengan nya."
Safira kembali cemberut. Ia sungguh kesal kepada daddy nya yang menurutnya sangat lambat dalam bertindak. Safira hanya takut kesempatan menjadi nyonya Abinawa semakin kecil, mengingat banyaknya keluarga terpandang yang ingin berbesan dengan keluarga Rama.
Terlebih circle pertemanan Rama bukanlah kacangan. Safira takut jika Rama akan menjodohkan Kai dengan salah satu anak dari sahabat sahabat nya.
" Dad, apa tidak bisa jika malam ini kita berkunjung ke kediaman mereka seperti yang kita lakukan tempo hari."
" Hmmm nanti aku coba tanya lah mom. Apakah mereka ada acara atau tidak."
" Bagus…"
Safira tersenyum mendapat bantuan snag mommy.
Tak…
Seorang pria muda mengetuk kepala Safira. Pria itu tidak lain adalah Firhan, kakak satu satu nya Safira.
" Tck, apa hebatnya sih Kai itu sampai kamu tergila gila begitu."
" Diamlah kau kak. Aku tidak minta pendapatmu."
" Menang ganteng aja, aku nggak kalah ganteng kok."
" Emang sih kakak nggak kalah ganteng tapi kakak kalah kaya."
" Kau ……!!!"
Hendri pusing melihat kedua anaknya yang selalu bertengkar jika duduk di satu meja.
" Stop, kalian kenapa sih selalu begini. Safira bicara yang baik sama kakak mu. Dan kau Firhan kau seharusnya bisa melihat Kai. Lihatlah di usia mudanya dia sudah jadi jutawan dan dikenal banyak orang."
" Tck… Selalu saja membanggakan orang lain."
Firhan melengos lalu melenggang keluar. Pria berusia 28 tahun itu sungguh kesal selalu dibanding bandingkan dengan orang lain terlebih itu adalah Kai.
" Brengsek, memangnya apa hebatnya Kai. Hanya karena bisa punya perusahaan sendiri begitu dibanggakan. Lihat saja aku bisa lebih hebat ketimbang dia."
TBC
ngekek guling2 dah