Menjadi anak broken home bukanlah cita2 seorang gadis bernama Arlita Mahesa membuatnya menjadi pribadi yang tertutup tidak mempercayai yang namanya cinta,baginya cinta hanyalah kata-kata klise
Hingga seseorang telah membuatnya berubah dia adalah seseorang yang bernama Pramudya Gilang Perdana"Aku akan buktikan bahwa cinta itu indah" ucapnya
"Tunjukan aku hanya ingin bukti bukan ucapan" ucapku
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Airina Nu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
17.lelah
Malam berganti pagi,gadis kecil itu melangkah mendekati tempat tidur sang Ibu yang masih tertidur karena pengaruh obat.Setelah itu dia masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih tanpa berganti pakaian karena dia lupa membawa pakaian ganti saat berangkat ke rumah sakit.
Faiz menghampirinya."kakak aku mau pipis".
Aku tersenyum dan menyambut tangan kecilnya".Ayo kakak
temani".
Setelah mengurus Faiz, kini si kecil Mutia pun ikutan bangun lalu Aku menggendongnya.
"Apa kalian lapar?tanyaku saat melihat Faiz memegang perutnya.
Faiz menganggukkan kepalanya tanda iya.
Aku mengambil uang dikantong celana ku.lalu melihatnya "Alhamdulillah untungnya masih ada".ucapnya dalam hati.
"Ayo,kita makan".
Faiz menggenggam tangan sang kakak dan mereka bertiga keluar dari ruangan itu menuju kantin.
Sehabis dari kantin langkahku berhenti saat seseorang memanggil namaku,Aku melihatnya dan tersenyum.
" Ibu Vira".sapa ku sambil mencium tangannya dengan takzim,sang suami melihatnya dengan rasa haru.
"Kamu dari mana sayang?
"Habis dari kantin Bu,sarapan".
Bu vira dan sang suami melihatnya dengan perasaan yang tidak bisa diungkapkan. dengan kata-kata.
" Oh iya,ini kenalkan suami Ibu".
Aku tersenyum dan mencium tangannya dengan takzim..
"Saya Arlita Pak".
Laki-laki itu tersenyum"Irvan Andre suami Vira".
"Ibu sama suami mau jenguk Ibu kamu,boleh?
"Tentu Bu,mari sekalian saja kebetulan kami mau balik ke kamar Ibu".
Kedua suami istri itu pun mengangguk lalu bersama-sama berjalan menuju kamar dimana Ibu gadis itu dirawat .
Saat pintu dibuka aku disuguhkan dengan pemandangan yang membuat hatiku kembali sakit.Aku hanya diam terpaku sambil memeluk Faiz dan Mutia yang masih ada di gendonganku.
Ibuku sekarang sedang mengamuk membuang bantal,seprei dan juga selimut ke arah seorang perawat.Lalu Ibuku melepas jarum infus yang ada ditangan kanannya dengan paksa sehingga darahnya berceceran dilantai sedangkan Ibu memberontak sambil berteriak-teriak.
"Biarkan saya mati!saya ingin mati!
Semua orang ada di ruangan itu pun terkejut mendengarnya dan mereka mencoba
menenangkannya dengan berbagai cara tapi terjadi malah sebaliknya.Hingga seorang gadis kecil mendekatinya.
Dengan sangat hati-hati gadis itu melangkah maju mendekati sang Ibunya sambil membawa Faiz dan juga Mutia.Faiz tiba-tiba saja menangis sedangkan Mutia hanya memelukku dengan erat seakan-akan mengetahui apa yang terjadi sesuatu dengan sang Ibu.
"Cukup Bu!ucapku dengan nada sedikit tinggi.
Merasa dirinya terpanggil,sang Ibu menoleh dan melihat ketiga anaknya,mata sang putri sulung kelihatan sangat begitu sedih tapi putrinya sama sekali tidak menangis.
"Ibu mau matikan?tanyanya.
Ibunya terdiam.
"Jika Ibu mau mati,bawa kami Bu!kakak tidak bisa ngurus adik,lebih baik bawa kami sekalian!
Semuanya terkejut termasuk sang Ibu tiba-tiba hatinya mendadak sedih setelah mendengar perkataan putri kecilnya itu.kata-katanya putrinya sangat menusuk hati.
"Kakak capek Bu,kakak lelah dengan semua ini".ucapnya tanpa terasa tubuh kecilnya jatuh terduduk dilantai.
"Ayo Bu lakukanlah kami sudah ikhlas,kami ikut mati sama Ibu!
Dengan bercucuran air mata sang Ibu berlari dan memeluk ketiga anaknya.Dia kini menyesal dengan apa yang barusan dia lakukan.Mengapa dia begitu egois,dia bahkan lupa kalau ketiga anaknya masih membutuhkannya.
"Maafkanlah Ibu Nak".
Pemandangan itu membuat sepasang suami istri menjadi terharu.
" Kamu benar sayang Arlita gadis kecil yang hebat!
Sang istri pun tersenyum.
Setelah sang Ibu kembali tenang dirinya mendapat perawatan kembali.Dokter telah memberikannya suntikan obat dan wanita itu pun langsung tertidur.
Setelah tertidur aku menghampiri Bu Vira dan suaminya untuk mengucapkan terimakasih karena sudah membantu kami.
"Sama-sama sayang!jawab mereka berdua.
Aku tersenyum.
"Bolehkah Ibu menggendong adik kamu sepertinya kamu kecapean".
"Boleh Bu".ucapku sambil menyerahkan Mutia.
Bu Vira menggendongnya.
Sebelumnya meraka terlebih dahulu menyerahkan dua paper bag besar.
Aku melihat isinya ada pakaian ganti untuk kami juga makanan dan minuman
" Terima kasih Bu,Pak".
Kedua suami istri itu mengangguk kepala tanda iya.
bersambung