Nathan Dan Rengganis

Siang menjelang.

Musik rock menggema dari kamar pribadi seorang Nathan William Carson. Sejak tadi, pemuda itu tak kunjung keluar dari kamarnya. Setelah sarapan pagi, pria itu masuk ke dalam kamar, menyendiri, menikmati waktu sendirinya sembari mendengarkan musik favoritnya dan memainkan sebuah ponsel sederhana yang bukan miliknya.

Ya, itu ponsel Rengganis yang ia rampas paksa tadi pagi. Sejak pagi laki laki itu asyik memainkan ponsel yang bukan miliknya itu. Tak ada privasi jika sesuatu sudah berada di tangan Nathan. Semua isi ponsel Nathan acak acak. Mulai dari WhatsApp, seluruh sosial media, galeri, bahkan playlist lagu lagu kesukaan Rengganis pun ia jelajahi.

Dari hasil penjelajahannya, ia kini mulai tahu banyak hal. Yang pertama, tentang gadis yang ia lihat di rumah Rengganis kemarin. Rupanya gadis itu bernama Kinan. Dan ia adalah adik kandung dari pembantu cantik itu.

Pantas saja dulu saat pertama kali Nathan bertemu dengan Kinan alias Maura, ia merasa seperti tak asing dengan wajahnya. Rupanya wajah cantik itu mengingatkannya pada Rengganis. Pembantu yang dulu sangat ia benci.

Eh, kok dulu? Emang sekarang nggak benci🤔

Selain itu, sedikit banyak ia juga mulai mengetahui tentang kisah percintaan Rengganis dan Bagas. Kedua anak manusia itu rupanya sudah menjalin asmara sejak mereka masih SMA. Foto foto kedekatan mereka sejak awal pacaran hingga ajal memisahkan pun bahkan tersimpan rapi di salah satu arsip sosial medianya. Laki laki itu sebenarnya cukup tampan. Sayang, udah mati.

Nathan sebenarnya sedikit kecewa. Ia pikir setelah berhasil menguasai ponsel Rengganis, ia akan bisa menemukan beberapa rahasia dan aib dari wanita itu. Video pribadinya dengan pacar, atau foto foto seksi seperti yang sering Maura alias Kinanti kirimkan padanya.

Tapi ternyata ia tak menemukan satu pun benda semacam itu. Tak foto seksi dengan pakaian terbuka. Tak ada video pribadi yang berbau seksual. Semua normal. Foto foto selfie Rengganis bahkan terlihat manis dan anggun. Wajahnya yang polos terlihat semakin cantik dengan lengkungan bibir manis yang ia tampilkan.

Senyuman di wajah Nathan nyatanya sejak tadi tak kunjung memudar. Pria itu bahkan dengan sadar dan tanpa paksaan mengirimkan beberapa foto di galeri Rengganis ke dalam ponselnya. Ia bahkan juga menggunakan ponsel sederhana itu untuk memotret wajahnya sendiri.

Yah, beginilah adiknya Justin. Apapun ia lakukan seenak jidatnya sendiri.

Jam sudah menunjukkan pukul sebelas siang. Jam makan siang sebentar lagi akan tiba. Nathan meletakkan ponsel milik Rengganis itu di atas meja di depan sofa yang kini ia gunakan untuk rebahan. Laki laki itu diam sejenak. Ia mendongak menatap ke arah jam dinding yang tertempel di sana.

Sudah jam segini. Oma belum pulang. Sejak tadi ia juga belum keluar kamar.

Laki laki itu kemudian mendudukkan tubuhnya. Sepi sekali. Rengganis kemana, ya? Kok nggak keliatan?

Ya iyalah nggak keliatan. Orang lu dari tadi di kamar mulu🙈

Nathan mematikan musiknya. Sembari memasukkan ponselnya ke saku celana, ia berjalan menuju pintu kamar itu lalu keluar dari sana.

Pria itu celingukan. Di luar kamar benar benar sepi. Rumah yang terlihat sangat rapi dan tertata itu nampak kosong.

Kemana Rengganis? Batinnya.

Nathan kemudian berjalan menuju dapur. Rengganis tidak ada di sana. Ia menuju halaman belakang dan kolam renang. Juga tidak ada. Ia lantas menuju ruang keluarga. Kosong!

Kemana wanita itu?

Nathan berkacak pinggang.

"Jangan bilang dia pergi tanpa izin! Awas aja! Gue bakal bikin perhitungan ama dia!" Gumam Nathan seorang diri.

Laki laki itu lantas berjalan menuju ruang tamu. Langkah kakinya tiba tiba terhenti saat melihat sesosok gadis cantik tengah tertidur lelap di atas sofa dalam posisi duduk.

Matanya terpejam. Seonggok sapu seolah ikut nyaman terlelap dalam pelukannya. Dengkuran halus terdengar dari mulutnya. Sepertinya gadis itu kelelahan.

Nathan mendekati gadis itu. Ia menoleh ke sekeliling. Ruangan itu sudah bersih dan rapi. Pertanda bahwa Rengganis sudah menyelesaikan pekerjaannya.

Nathan diam. Ia kemudian bergerak perlahan, mendudukkan tubuhnya di salah satu sandaran samping sofa berwarna abu-abu itu. Tepat di samping Rengganis yang tengah tertidur pulas.

Rengganis mungkin kelelahan. Beberapa hari ini ia hanya bekerja seorang diri. Lantaran sang ibu memang masih beristirahat. Hingga hari ini wanita paruh baya itu belum kembali bekerja karena kondisinya yang mungkin belum sepenuhnya membaik.

Nathan memperhatikan wajah indah itu secara seksama. Jika dilihat lihat, wanita ini memang cantik. Walaupun tanpa make tebal dan terkesan sederhana, hal itu justru membuat Rengganis terlihat dewasa.

Ah, kenapa jadi enak dilihat?! Batin Nathan yang diam diam mengulum senyuman di bibirnya.

Nathan diam. Matanya semakin nyaman mengamati paras indah di hadapannya. Tanpa sadar senyuman itu tak putus sejak tadi. Satu tangannya bahkan mulai tergerak, mendekati wajah ayu itu. Secara perlahan, di singkapkannya poni depan yang cukup panjang itu. Membuat wajah itu semakin terlihat jelas keindahannya tanpa ada satu benda pun yang menghalanginya.

Tangan itu masih belum beranjak dari sana. Setelah menyingkapkan anak rambut itu, jari jari Nathan justru mulai berani menyusuri wajah ayu Rengganis. Ia bergerak dari dahi, turun ke pipi, berputar putar di sana, lalu melenggang nyaman menyusuri rahang hingga berhenti di dagu lancip gadis itu.

Dimainkannya benda itu menggunakan ibu jari dan telunjuknya. Membuat bibir merah yang sedikit terbuka itu bergerak gerak mengikuti kulit dagunya. Sesuatu yang ternyata berhasil mengusik tidur sang pembantu cantik.

Rengganis perlahan mulai membuka matanya. Lalu....

Seeeetttt....

Wanita itu kaget. Dengan cepat ia memundurkan tubuhnya kala melihat sosok Nathan yang duduk di sampingnya. Nathan mengangkat satu sudut bibirnya. Dengan santainya ia menarik tangan itu menjauh dari wajah Rengganis.

"Tuan?!" Ucapnya. "Tuan ngapain di sini?!" Tanyanya.

Nathan tak langsung menjawab. Ia hanya tersenyum samar tanpa mengubah posisi duduknya.

Rengganis celingukan. Tangannya menggerayangi tubuhnya sendiri. Seolah waspada atas ulah apa lagi yang mungkin dilakukan Tuan Muda sinting yang satu ini.

Apa yang sudah Nathan lakukan padanya selama ia tidur tadi? Astaga, Rengganis! Bisa bisanya kamu ketiduran di saat jam kerja!

"Nggak usah khawatir! Gue nggak tertarik ama papan triplek!" Ucap Nathan seolah bisa menebak isi otak Rengganis.

Rengganis mendongak. Nathan bangkit dari posisinya.

"Tidur di kamar! Jangan di sini!" Ucapnya seraya melangkah pergi meninggalkan tempat tersebut.