Kim Da Mi harus menikahi Yoo Jae Suk, cucu dari presdir Yoo yang sudah berjanji pada kakeknya. Meskipun perasaannya masih tersisa untuk aktor tampan Wi Ha Joon.
Akankah dia mampu menekan perasaannya pada aktor tampan itu, sedangkan dia harus tetap bekerjasama dengannya untuk menangani Rumah Pelangi miliknya?
Yuk simak ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RatihShinbe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 32
Hotel W.
Jae Suk terus membetulkan dasinya. Jantungnya berdegup kencang dan tangannya berkeringat.
"Anda baik-baik saja Pak? " tanya Do Chul.
"Hmmm, kurasa tidak. Padahal tadi aku sarapan banyak, tapi kenapa rasanya seperti tak makan beberapa hari" ucapnya.
Do Chul tersenyum.
"Kau sudah menyuruh Nam Ji untuk menempatkan dua pengawal di depan ruang rias kan? " tanya Jae Suk.
"Sudah Pak! " jawab Do Chul seraya memberikan botol minum padanya.
"Ya, aku butuh air, kenapa rasanya seperti ini? Seperti pertama kali mempresentasikan makalah" keluhnya.
"Anda gugup Pak, wajar dirasakan setiap pria di pernikahannya" ucap Do Chul.
"Ahhh, aku tidak mungkin gugup.... "
Dalam hati Jae Suk mengatakan bahwa pernikahan ini hanya untuk membahagiakan kakeknya, perjanjian diantara dia dengan Da Mi sudah terjadi. Pernikahan ini hanya sebuah perjanjian bisnis.
Dia terus mengatakan itu dalam hatinya.
"Saya juga sangat gugup saat menikah, terutama saat melihat istri saya yang memakai pakaian pengantin" tambah Do Chul.
Jae Suk menelan salivanya, hatinya masih menolak bahwa dia mengalami gugup yang sama dengan Do Chul, atau pria pada umumnya.
Jae Suk berusaha tersenyum ramah menerima kedatangan tamu-tamu. Min Hyuk pun terlihat sangat segar didampingi Yu Na yang berdansan sangat cantik.
Sementara itu, Da Mi masih tengah bersiap. Tatapannya tertuju pada kotak merah di depannya.
"Itu cincin yang akan disematkan? " tanya penata riasnya.
"Bukan" jawab Da Mi datar.
"Lalu? " penata rias terlalu penasaran.
Tapi diamnya Da Mi membuat penata rias itu sadar diri dan ikut diam.
***
Acara hendak di mulai, kru pernikahan meminta Jae Suk dan yang lainnya masuk ke ruang acara.
Jae Suk berjalan perlahan mengikuti langkah Min Hyuk yang pelan. Sementara Yu Na berlari karena akan berjalan memegang gaun Da Mi.
Jae Suk menunggu di depan altar, tatapan tertuju padanya. Kemudian suara pintu terbuka terdengar dan membuat semua orang mengalihkan pandangannya.
Da Mi muncul dengan gaun pengantin putih. Dia tak tersenyum, tapi pancaran wajahnya memperlihatkan kesegaran dan riang.
Jae Suk terpaku, jantungnya kembali berdegup kencang. Matanya menatap wajah Da Mi yang sangat cantik, berjalan mendekat padanya. Riasan natural dengan sedikit perona di pipi, juga pewarna bibir yang cocok sekali dengan warna kulitnya, membuat Jae Suk melipat dan membasahi bibirnya sendiri. Berkali kali juga dia menelan salivanya.
Yu Na mengangkat alisnya beberapa kali menanyakan pendapat Jae Suk terhadap penampilan kakaknya.
Jae Suk tersenyum kemudian sedikit menunduk. Yu Na mengedipkan matanya, tahu Jae Suk terpesona.
Upacara pernikahan di mulai, mereka mengucapkan janji pernikahan. Jae Suk mengatakan semua janjinya, Da Mi menatap ke arahnya.
{Dia pandai sekali mengucapkan semua itu tanpa perasaan. Huuft kakek, jika ini bukan tentang permintaan mu, aku benar-benar akan diam saja di ladang seumur hidupku, atau mungkin menerima Ha Joon meskipun aku tahu aku hanya jadi bahan taruhannya} ucap hati Da Mi.
Da Mi menghapus air mata yang muncul di ujung matanya. Jae Suk menatap ke arahnya, berpikir Da Mi tersentuh dengan semua janji pernikahannya.
Mereka saling berhadapan, semua orang berseru pada mereka untuk berciuman. Jae Suk tersenyum mesum.
Da Mi mengerutkan dahinya, dia takut sekali. Ini adalah ciuman pertamanya, meski diambil oleh suaminya sendiri, tapi Da Mi merasa kesal karena dia adalah Jae Suk. Teman kecil yang selalu mengganggunya, yang selalu berdebat dengannya.
Jae Suk semakin senang melihat ekspresi Da Mi yang ketakutan. Dia mendekat dan semakin mendekat. Perlahan tangannya memeluk pinggang Da Mi kemudian menariknya mendekat ke tubuhnya.
Mata Da Mi terbuka saat Jae Suk menciumnya dengan lembut kemudian mampu membuka sedikit mulutnya.
Mereka saling menatap saat berciuman. Jae Suk yang awalnya hanya ingin mengerjainya, jadi menikmatinya.
Riuh tepuk tangan para tamu membangunkan mereka. Keduanya tersenyum malu, dan sedikit salah tingkah.
Acara berlangsung dengan lancar, semua orang benar-benar merayakan pernikahan pewaris keluarga Yoo itu.
****
Malamnya, di rumah sakit.
Min Hyuk tersenyum meskipun tengah terbaring di ranjang operasi.
Da Mi terus memegang tangannya hingga masuk ke ruang operasi. Pintu pun tertutup.
Jae Suk duduk bertumpang kaki setelah lampu ruang operasi menyala. Dia memainkan ponselnya berusaha terlihat sibuk.
Tapi Da Mi melihat tangannya gemetar. Dia duduk di sebelah Jae Suk, tapi masih saja berusaha terlihat baik-baik saja.
Da Mi mengambil ponselnya, Jae Suk menatapnya. Da Mi menepuk pahanya, Jae Suk mengerti, tapi memalingkan wajahnya.
Karena Jae Suk tinggi, Da Mi sedikit bergeser kemudian menjambak rambutnya hingga dia mau bebaring di pangkuannya.
"Sakiiit! " keluh Jae Suk yang kemudian jadi diam saat Da Mi mengusap kepalanya.
"Maaf" ucap Da Mi.
Jae Suk menutup matanya, dia tertidur di pangkuan Da Mi yang tahu dirinya sedang cemas. Dan hanya dengan cara itu dia bisa membantunya meredakan rasa cemasnya.
Yu Na melihat momen itu. Ada rasa heran di benaknya. Da Mi mengatakan bahwa mereka hanya di ikat oleh sebuah perjanjian. Jae Suk pun sama, hanya memandang teman pada Da Mi. Tapi kenapa seolah hanya Da Mi yang memahami Jae Suk, dan hanya Da Mi yang mampu menekan rasa sedih Jae Suk.
"Begitupun sebaliknya" gumam Yu Na.
****
Ha Joon terdiam melamunkan cara Jae Suk mencium Da Mi tadi di pernikahannya.
"Dia begitu menganggap rendah Da Mi dengan menawarkan taruhan itu padaku. Tapi kenapa dia menciumnya seolah sangat mencintainya. Dia bilang dia takkan pernah mencintai Da Mi" gumamnya.
"Aku senang wanita itu menikah" ucap Hyun Jin yang datang dengan basah kuyup.
Ha Joon menatap ke arah jendela, hujan masih belum reda.
"Kau tak bawa payung? " tanya Ha Joon seraya berdiri hendak membuat kopi.
"Tidak, kau tadi dari mana? Kenapa aku tak melihat mu setelah mereka mengucapkan janji pernikahan? " Hyun Jin menggosok kepalanya dengan handuk.
"Aku pulang, Mirae bilang ada pekerjaan untuk ku" ucap Ha Joon.
"Mirae, gadis asisten produser itu? " Hyun Jin memastikan.
"Hmmm, dia" Ha Joon menyeruput kopinya.
"Ahh, dia tadi ada di sana. Dia saudara dari Da Mi kan? " ujar Hyun Jin.
Ha Joon memeriksa naskahnya.
"Lalu... bagaimana dengan Rumah Pelangi kalian? " tanya Hyun Jin.
Ha Joon melirik, dia membuka lembaran berikutnya.
"Rumah Pelangi adalah sebuah wadah untuk menampung anak-anak disabilitas yang kurang mampu, aku akan terus ada untuk mereka. Apanya yang bagaimana? " Ha Joon balik bertanya.
"Da Mi sudah menikah dengan pimpinan Yoo, apa dia masih akan terus melakukan kegiatan sosial itu? Ahhh, tentu saja. Michael akan terus mendukung istrinya. Tapi... jika itu dengan mu, apa dia masih akan mendukungnya? Maksudku, setelah kejadian terakhir" Hyun Jin mengingatkan.
Ha Joon tertegun, dia menatap Hyun Jin.
"Kau ada di sana?" tanya Ha Joon.
"Tidak, Su Ni yang menceritakannya padaku" Hyun Jin gelagapan.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=>>>