Andrian, seorang pria sukses dengan karir cemerlang, telah menikah selama tujuh tahun dengan seorang wanita yang penuh pengertian namun kurang menarik baginya. Kehidupan pernikahannya terasa monoton dan hambar, hingga kehadiran Karina, sekretaris barunya, membangkitkan kembali api gairah dalam dirinya.
Karina, wanita cantik dengan kecerdasan tajam dan aura menggoda yang tak terbantahkan, langsung memikat perhatian Andrian. Setiap pertemuan mereka di kantor terasa seperti sebuah permainan yang mengasyikkan. Tatapan mata mereka yang bertemu, sentuhan tangan yang tak disengaja, dan godaan halus yang tersirat dalam setiap perkataan mereka perlahan-lahan membangun api cinta yang terlarang.
Andrian terjebak dalam dilema. Di satu sisi, dia masih mencintai istrinya dan menyadari bahwa perselingkuhan adalah kesalahan besar. Di sisi lain, dia terpesona oleh Karina dan merasakan hasrat yang tidak terkonfirmasi untuk memiliki wanita itu. Perasaan bersalah dan keinginan yang saling bertentangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sorekelabu [A], isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32
Bab 32: Permainan berbahaya
Andrian merenung di dalam kantornya, menyaksikan hujan yang rintik-rintik menempel di jendela. Suara tetesan air itu seakan mencerminkan pikirannya yang berkecamuk, penuh dengan kemarahan dan kekecewaan. Kemarin, rasa percaya diri yang ia miliki runtuh seketika melihat interaksi menarik antara Melinda dan Dr. David. Meski Melinda berusaha menjelaskan, Andrian tidak bisa menepis bayangan bahwa ada hubungan di antara mereka.
"Kenapa kamu membuatku merasa seperti ini, Melinda?" gumamnya pada diri sendiri. "Kali ini aku sangat cemburu."
Di sisi lain, Karina, yang lebih muda dan jauh lebih menggoda daripada Melinda, memanfaatkan kesempatan ini. Dengan senyum manisnya, dia ingin merencanakan sesuatu yang besar. Dia tahu bahwa Andrian sedang merasa frustasi dan tidak puas dalam pernikahannya yang pertama.
"Mas, bagaimana jika kita bicarakan tentang masa depan kita?" tanya Karina dengan nada lembut, saat mereka berdua sedang makan malam di sebuah restoran mewah. "Kamu tahu aku sedang mengandung anakmu."
Andrian, yang masih terbenam dalam pikirannya sendiri, hanya membalas dengan anggukan. Karina melihat celah itu. Dia tahu bahwa keputusannya untuk mendekati Andrian selama ini akan membuahkan hasil.
"Kalau aku jadi kamu, aku pasti memikirkan kembali hubungan itu. Bu Melinda sering membuatmu kecewa, kan?" Karina kemudian berkelakar, berusaha mengalihkan perhatian Andrian dari keterpurukannya.
"Tidak, hanya kemarin. Aku belum siap untuk membuat keputusan besar," Andrian mencoba bersikap tenang, meskipun hatinya terasa berat.
"Ceraikan dia," Karina mendesak. Matanya berbinar dengan semangat. "Kita bisa membangun sesuatu yang lebih baik, bersama. Pernikahan adalah tentang kebahagiaan, bukan tentang tanggung jawab yang mengikat."
Andrian terdiam. Kata-kata Karina merasuki pikirannya. Dia merasa terombang-ambing antara cinta dan rasa sakit, antara kewajiban dan keinginan. Dalam hatinya, dia merasakan ketegangan antara Melinda yang penuh pengorbanan dan Karina yang menawarkan kebahagiaan tanpa beban.
Keesokan harinya, Andrian menunggu Melinda pulang dari pekerjaannya. Kini, rasa kesalnya membara, bercampur dengan keinginan untuk mengubah keadaan. Apakah ia benar-benar siap untuk menghadapi kenyataan pahit ini—apakah dia harus memilih antara dua wanita yang sangat berbeda?
"Melinda, kita perlu bicara," katanya ketika Melinda memasuki ruangan.
Suaranya tegas, tetapi ada keraguan dalam matanya. Melinda menatapnya dengan cemas, mengenali nada suaminya yang tidak biasa.
"Ada apa, Mas? Apa ini tentang kemarin?" tanya Melinda, wajahnya tampak tenang.
Andrian menarik napas dalam-dalam. Dalam hati, dia berdoa agar keputusan yang akan dia ambil tidak akan melukai siapa pun, tetapi dia sudah tahu bahwa dia harus memilih—baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk masa depan mereka.
"Ya, kita harus membahas semuanya," ujar Andrian, bersiap untuk mengungkapkan segala rasa ketidakpuasan yang menggerogoti hatinya.
Di saat yang sama, Karina menunggu di balik tembok, penuh harapan. Dia percaya bahwa peluangnya untuk menjadi istri satu-satunya semakin dekat, dan dia tidak akan membiarkan siapapun menghalanginya. Pertempuran akan segera dimulai, dan keputusan yang diambil Andrian akan menentukan arah hidup mereka bertiga.
Ketika dua dunia yang berbeda itu bertabrakan, tanpa disadari semua orang, benang merah cinta dan pengkhianatan mulai terjalin. Dan Andrian berdiri di persimpangan jalan, siap atau tidak untuk menentukan nasib cinta dan hidupnya.
***
Bagiamana? Masih penasaran dengan bab selanjutnya? Ikuti terus penulisnya ya
Dukung penulisnya caranya komen, share like dan follow ❤️
heheheh mF cmn sekedar.....
asli sakit aku baca nya nasib melindaaa
dn Adrian buta