"Lo gak seistemewah itu."
"Kalau begitu jangan ikut campur urusan gue!."
^-^
Karelio Nathanael
Mantan terberengsek sekaligus mantan terindah bagi Desya.
Mereka sudah berstatus mantan, tetapi tetap saja cowok itu berkeliaran di sekitar Desya seakan Desya adalah pusat hidupnya.
Adesya Sakura Atmaja
Julukan Queen Bee juga sesuai dengan arti nama Adesya 'anak perempuan raja', Bukan hanya dari keluarga old money, Desya juga cantik dan mempunyai otak yang diatas rata-rata sehingga dia selalu dieluh-eluhkan.
Desya mempunyai saudara kembar yang supportif dan menjadi garda terdepan untuknya.
Elio merasa Desya, perempuan yang terlalu sempurna untuk Elio yang bukan siapa-siapa.
________
Dan cerita ini tentang Desya dan orang-orang yang memiliki peran penting dihidupnya. Bahkan sosok Elio yang hanya mantan, susah untuk dihilangkan dari ingatan karena susah untuk di enyahkan.
"As you wish, terserah kamu mau apa!."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Unik Muaaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Trauma
Dipesta yang dihadiri oleh kalangan bisnis ternama.
Perkataan Renald sepertinya cukup membuat Arya tersentil, sehingga dia dan istrinya Fani masih saja betah bercengkrama dengan Renald dan Olivia meski Candra Papa Clara dan istrinya baru memasuki ruang pesta.
"Oh, jadi Taya teman Desya ya Bu?" Fani tersenyum lebar mengetahui keponakannya itu dekat dengan Desya, gadis yang sedang menjadi rebutan kedua putranya.
"Iya Bu, saya batu tahu ternyat Taya itu keponakan kalian. Oh iya Bu, Elio kenapa tidak ikut?" Tanya Olivia, karena sejak tadi hanya melihat Kevano yang mengobrol bersama Ares.
"Dia lebih suka dirumah Bu belajar atau main game dikamar, selalu tidak mau kalau pergi keacara formal, berisik katanya."
"Meski kembar ternyata mereka berbeda ya."
Deg ....
Fani terdiam, tiba-tiba otaknya seakan membeku mendengar perkataan Olivia barusan tentang Kevano dan Elio yang berbeda.
"Adesya dan Aresya juga kembar Bu, tapi meski kembar sangat amat berbeda bu. Saya sampai berfikir mereka sebenarnya tidak kembar, tapi waktu lahiran saya ngelahirin dua anak, haahhaaa ..." Olivia tertawa kecil namun terlihat menjaga keanggunannya.
Fani semakin melebarkan senyuman dibibirnya.
Sejak mendengar kata berbeda dari Olivia tadi, Fani merasa gelisah dan tidak tenang, padahal ini bukan kali pertama ada orang yang mengatakan Elio dan Kevano berbeda.
Tetapi kali ini Fani merasa sesak didadanya, entah karena apa.
^-^
Mata Desya sejak tadi terpejam, beberapa kali dia berjalan dengan tersandung sesuatu hingga Elio harus memelankan langkah kakinya dengan tangan mereka terus bertautan.
Disalah satu ruangan tumah kosong terdalam, Desya merasa Elio berjongkok sehingga dia ikut berjongkok, tetap dengan mata yang terpejam, tangan tang membalas genggaman tangan Elio erat menahan diri agar tidak ketakutan, meski nyatanya udara yang pengap semakin memperjelas gambaran-gambaran ruangan hitam, sempit dan gelap yang terlihat dalam benaknya sendiri.
Cit ....
Seekor tikus kecil baru saja berjalan diatas sepatu Desya denhan berbunyi cit-cit dan pergi entah kemana.
"Ah ..." pekik Desya kecil, tidak sengaja membuka mata sejenak.
Gelap.
Buru-buru Desya memejamkan mata, namun sudah terlambat, kegelapan yang dia lihat dan udara yang semakin memperjelas luas ruangan itu membuat tangan Desya bergetar, jantungnya berdetak kencang namun Desya sulit untuk memasukkan udara melalui mulut dan hidung.
"Hah ... Hah ... Hah ..."
Desya mulai mengap-mengap mencoba meraup udara agar masuk.
Elio seketika menoleh kesamping, tangan Desya sejak tadi memang dingin dan gemetar, Elio pikir itu karena Desya takut di tangkap polisi sehingga dia tidak begitu memperhatikannya.
Sebelah tangan Desya yang tidak Elio genggam mencengkram lengan Elio, barulah Elio tersadar, mereka ada di ruangan gelap dan sempit, tempat yang dulu selalu Ares wanti-wanti pada Elio agar tidak membawa Desya ketempat gelap dan sempit, tempat dimana trauma Desya akan kambuh.
Elio melepas genggaman tangan mereka, menyentuh kedua pipi Desya. "Ade liat aku" pinta Elio lembut, "Ade, hei ... Sayang liat aku. Aku disini, Adesya."
Kepala Desya menggeleng lemah, "gelap Ka, pengap ha ... Hah ... Ka ..." dengan tatapan mata tidak tenang menatap kekanan dan kekiri dengan panik.
"Adesya liat aku!."
Elio mencoba menarik perhatian Desya pada dirinya, memaksa Desya untuk membalas tatapan mata Elio agar tidak menatap kesekitar.
"Sayang liat aku, ada aku disini."
Kepala Desya mengangguk akhirnya tatapan matanya menatap Elio namun, tubuhnya masih gemetar ketakutan.
"Tenang ya, coba tenang ya, disini ada aku."
Kepala Desya kembali mengangguk, kali ini air mata ikut mengalir dipipinya.
"Tutup mata kamu, coba berfikir yang indah-indah."
Elio menarik tubuh Desya kedalam dekapannya, mengelus rambut Desya pelan.
"Meski gelap dan pengap, cobalah berfikir sesuatu yang membuatmu bahagia dan terlindungi ada didekatmu, memelukmu, jangan takut sayang."
Kepala Desya semakin tenggelam dalam pelukan Elio, yang dibalas dekapan semakin hangan daei pria itu. Meski masih panik dan tubuhnya masih bergetar, Desya sudah bisa memasukkan udara kedalam paru-parunya, jantungnya berlahan berdetak normal.
Elio yang mulai merasa Desya perlahan tenang, mencium puncak kepala Desya beberapa kali.
"Good job sayang, sebentar lagi ya kita keluar."
Kepala Desya mengangguk pelan.
^-^
"Mereka berhasil kabur gak ya?" Tanya Gigi panik.
"Duh ... Gue merasa bersala banget kalau Desya sampek ketangkep" Taya menyandarkan kepalanya pada body mobil Aksa.
"Baru aja mau liat balapan liar malah kegerebek polisi" Haikal mengeluh, "kalau ketangkep nasib mereka gimana?."
Merasa pertanyaan itu untuknya dan Gigi, Yunita mengangkat kedua bahunya. "Meski dulu perna ada penggerebekan polisi dijalan lain, kita gak pernah ketangkep."
"Kalau kabur sama-sama lagi" sambung Gigi, "sekarang malah gak tau Desya dimana, kalau ketangkep gimana?, mana ponsel Desya ada digue lagi."
Mereka berenam menghela nafas pasrah.
Setelah aksi kabur-kaburan mereka berkumpul di salah satu cafe terdekat, Aksa mulai tadi menghubungi Elio namun tidak Elio angkat.
"Kita tunggu didekat kantor polisi aja, kalau beneran ketangkep ya kita telpon orang tua mereka" Rigel mencoba memberi usulan.
Mereka saling tatap beberapa detik sebelum mengangguk menyetujui, karena tidak ada jalan lain selain apa yang di usulkan oleh Rigel.
^-^
Ditempat persembunyian Desya dan Elio.
Desya yang mulai perlahan tenang masih saja betah menenggelamkan tubuhnya dalam pelukan Elio.
Masih demgan posisi yang sama, mereka masih belum beranjak dari tempat sebelumnya. Sesekali Elio melihat jam tangannya untuk melihat waktu, sudah berapa lama mereka bersembunyi.
Hingga ...
"Hayo ngapain ...."
Suara itu membuat Elio dan Desya tersentak kaget, sampai-sampai Desya membuka mata dan mendongak menatap kearah sumber suara yang mengangetkan mereka berdua.
Seorang polisi berdiri tidak jauh dari tempat mereka dengan senyum mengejek.
Cahaya remang-remang mulai mendekat, dan ternyata beberapa polisi mulai berdagangan berdiri disamping polisi tadi.
"Ih ... Pak polisi ngagetin!" Seru Desya kesal.
Elio meregangkan pelukannya menatap Desya dengan sebelah alis terangkat.
"Kirain hantu gak ada suara langkah kaki, pakek ngomong hayo ngapain lagi. Emangnya bapak gak liat kita ngapain."
Ok, bukan hanya Elio tiga ornag polisi didepan mereka juga terperangah mendengar omelan Desya yang panjang.
Elio bahkan mengulum kedua bibirnya menahan tawa, padahal baru saja beberapa menit lalu trauma Desya kambuh, tubuhnya gemetar ketakutan, sekarang sudah bisa mengomel.
"Heh kamu udah tau salah masih berani ngomel!" Tegur salah satu polisi itu.
"Ayo cepat berdiri ikut kekantor polisi sekarang!."
Desya hanya bisa menghela nafas, mencoba berdiri perlahan sebelum terhuyung hampir saja terjatuh, untung Elio buru-buru menangkap tubuhnya.
Akibat serangan panik tadi, kaki Desya masih lemas untuk berdiri
"Hati-hati" ucap Elio lembut.
"Wah, kalian ini habis ngapain?, kenapa sampai lemas gitu?."
Mata Desya menatap sinis pada polis yang mengatakan kalimat barusan.
"Sudah balapan liar, ini malah berbuat tidak senono" tuduh polisi yang lainnya.
"Bapak kalau nuduh jangan sembarangan dong" omel Desya tidak terima, "berbuat senono gimana?, emangnya kalian liat kita bugil apa?."
"Ade" tegur Elio lembut.
Desya merengut dan membuang muka kesal.
"Namanya juga orang habis lari-lari, panik juga Pak, jadi wajar kalau ketakutan samapi lemas gak bisa berdiri" Elio mencoba memberi penjelasan.
"Ka, aku gak ..."
Elio menghentikan bantahan Desya dengan mendekap gadis itu. "Saya gendong dia ya Pak, kasih dia masih lemas."
Ketiga polisi itu tudak langsung mengiyakan, mereka saling tatapan dulu.
Namun tampa menunggu keputusan dari mereka Elio lebih dulu menggendong Desya ala bridal dan berjalan melewati mereka begitu saja tampa mengatakan apapun.
^-^
.
Dear Readers 🥰
Terima kasih sudah mampir 😍 terima kasih atas dukungannya meski masih banyak yang baca tapi gak mau ninggalin jejek 👍💬
Bagi readers yang udah minta up terima kasih atas antusiasnya 🙂↕️ tapi maaf Author gak bisa double up ya guys 🫠meski draft udah sampek 40 lebih 😮💨 karena itu untuk persediaan kalau gak bisa nulis 🫣 mohon pengertiannya 🙏 mohon selalu bersabar menunggu 🤗
Sekali lagi maaf dan terima kasih atas antusias dan udah mampir ke karya author 🥰
Lop you 😘
Unik_Muaaa 💋