Bahira Isvara Aisyah, dia gadis cantik bercadar yang berkulit putih dan bermata lentik.
Aisyah di jodohkan oleh orang tua nya saat memasuki usia dua puluh tahun, saat dirinya baru menggelar status nya sebagai mahasiswa di fakultas negeri disalah satu kota metropolitan.
namun siapa sangka, suaminya yang bernama Abimana Satya Nugraha menolak mentah-mentah kehadiran Aisyah.
Lalu bagaimana dengan Cinta Aisyah?
Apakah Aisyah akan tetap menerima pria itu yang baru saja sah menjadi suaminya?
atau bahkan akan meninggalkan suaminya?
Kita simak yuk ceritanya di karya Novel => Cinta Aisyah By: Miss Ra
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rania Alifah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10
"Ah nak Ricko, perkenalkan ini Ibrahim kakak Aisyah. Dan ini Umi Aisyah." ujar Abah Yusuf memperkenalkan keluarganya pada Ricko.
Ricko yang merasa di hargai menempelkan tangan nya di dada menunduk sopan pada Umi Aisyah. Sedangkan Ibrahim masih sedikit kesal melihat Ricko. Entah apa kesalahan nya, sejak pertama Ibrahim melihatnya merasa tidak suka dengan Ricko.
"Ayo masuk nak Ricko, kita ngobrol dulu." ajak Abah Yusuf dan langsung di angguki oleh Ricko.
***
Kini semuanya sudah berkumpul di ruang keluarga termasuk Ricko. Di sela sela obrolan mereka, ponsel Ricko berbunyi dan semua yang ada disana langsung terdiam. Ricko yang tau itu panggilan dari seseorang yang sudah ditunggunya sejak siang tadi langsung menerima nya.
"Ya hallo bro. Lo kemana aja sih dihubungi susah banget." kata Ricko yang memang gaya bahasanya seperti itu jika bersama Abi.
"Gue baru sampe hotel ko. Gimana ? Lu udah anterin Aisyah sampe rumah nya ?" Abi dan menanyakan keadaan Aisyah.
"Sudah.. hampir ajah gue kena sidang gara gara lo tau nggak !" kata Ricko membuat Abah Yusuf tersenyum simpul.
"Maksud lo gimana ko ?" sahut Abi tak mengerti maksud Ricko.
"Gue kena omel abang nya Aisyah Bi. Dikira gue selingkuh sama Aisyah dan bawa istri orang !" kesal Ricko dan membuat semua yang ada disana tak bisa menahan tawanya.
"Hahaha.. ya udah gue minta maaf. Sebagai hadiah gue kasih gaji lo bulan ini tiga kali lipat."
Ricko yang mendengar ucapan Abi langsung berdiri karena terkejut dan senang bukan main.
"Hah serius lo Bi ?" terkejutnya Ricko membuat yang ada disana jadi tegang, mereka mengira ada musibah menimpa Abimana.
"Iyaa serius, mana pernah gue bercanda sama lo." kata Abi lagi disebrang telfon nya.
"Yess..! Thank you bro. Nanti kalau ketemu gua cium jidat lo." ujar Ricko lagi dan lagi membuat semuanya tertawa.
"Dasar tidak waras. Mana Aisyah ? Gue mau ngomong sama dia." sahut Abi yang tidak ingin berlama lama ngobrol dengan Ricko karena semakin gila jika ia dengarkan.
"Ciee yang baru saja pisah, kangen yaa.." Ricko meledek Abi karena sudah ingin bicara dengan Aisyah.
" Cepetan Ric. Gue cabut lagi gaji lo, mau lo hah ?" Ancam Abi karena Ricko masih saja menjahilinya.
"Iyaa iyaa.. Gitu ajah sewot." sahut Ricko dan memberikan ponselnya pada Aisyah. "Nih Aisyah, Abi mau ngomong sama kamu."
Aisyah langsung menerima ponsel dari Ricko dan menempelkan nya di telinga kanan Aisyah.
"Hallo Assalamualaikum mas." ucap Aisyah.
"Waalaikumsalam, apa Ricko macam macam padamu ?" tanya Abi basa basi.
"Tidak, dia baik dan sangat sopan." sahut Aisyah
"Mmm baiklah, jaga diri dan jaga kesehatan. Jika bisa di percepat aku akan pulang lebih awal." panjang lebar Abi menjelaskan pada Aisyah.
"Iyaa.." sahut Aisyah singkat.
"Ya sudah, aku harus segera ke lokasi proyek. Nanti aku kabari jika ada waktu. Assalamualaikum." kata Abi pamit.
"Iyaa mas, Waalaikumsalam." sahut Aisyah lalu memberikan ponselnya kembali pada Ricko saat Abi sudah menutup telfonnya.
Ricko lalu memasukan ponselnya ke dalam saku dan ingin pamit undur diri untuk kembali pulang ke jakarta sebelum malam menjelang. Karena perjalanan dari kota Aisyah ke jakarta memakan waktu tiga jam perjalanan.
"Baiklah, semuanya sudah beres. Aku harus kembali ke jakarta." kata Ricko berpamitan.
"Hari sudah hampir maghrib nak Ricko. Tidak baik perjalanan di malam hari. Lebih baik menginap dulu satu malam disini." sahut Abah Yusuf menahan Ricko untuk pergi.
"Ah maaf pak, saya harus pulang malam ini juga. Karena besok akan ada meeting di kantor jam delapan. Jika menginap, maka saya bisa di pecat oleh Abimana." kata Ricko menolak dengan sopan.
"Ya sudah jika memang harus pulang, tapi nak Ricko harus makan malam lebih dulu. Karena semuanya sudah di siapkan oleh Aisyah dan Uminya." ujar Abah Yusuf yang tak ingin jika tamu nya pergi tanpa makan dirumahnya lebih dulu.
"Aduh, saya jadi merepotkan."
"Tidak ada yang direpotkan." kata Abah Yusuf lagi.
Saat sedang berbincang, Umi Nisa datang dan memberitahukan bahwa makan malam sudah siap.
"Bah, semuanya sudah siap." Ujar Umi Nisa.
"Iyaa, baiklah ayo nak Ricko, kita makan malam dulu." ajak abah Yusuf yang sudah beranjak dari duduknya.
Ricko yang di ajak, ikut beranjak mengikuti langkah Abah Yusuf menuju meja makan yang sudah penuh dengan makanan. Dengan mata lebar berbinar Ricko sangat terpana melihat makanan yang berada di atas meja makan, meski sederhana namun membuat perutnya tak bisa menolak.
"Ayo nak Ricko, silahkan ambil yang mana saja yang menurut nak Ricko suka. Jangan sungkan, anggap saja rumah sendiri." ujar Abah Yusuf dengan ramah menawari Ricko.
"Terimakasih pak."
Ricko lalu mengambil nasi dan lauk pauk yang menurut dirinya sesuai dengan lidah nya. Namun saat mengambil lauk, Ricko mendapat tatapan tajam dari Ibrahim. Ricko yang sudah biasa mendapat tatapan seperti itu dari Abimana, tak merasa takut ataupun risih. Justru ia semakin menjahili Ibrahim dengan mengambil lauk yang berada di hadapan nya.
"Permisi, saya ingin mengambil yang itu, apa boleh ?" tanya Ricko dengan wajah mengejek.
"Ehem.."
Ibrahim tak menjawab ucapan Ricko, ia justru berdehem sebagai jawaban. Ricko yang tahu itu tanda sebagai jawaban langsung mengambilnya dan kembali duduk di kursinya.
Kini suasana di rumah Abah Yusuf terasa hangat. Sesekali Abah Yusuf mengajak Ricko mengobrol dan memberikan beberapa pertanyaan.
"Nak Ricko tinggal dimana ? Apa jauh dari rumah Abimana ?" tanya Abah Yusuf di sela sela makan malam nya.
"Saya hanya tinggal di apartement milik Abimana, tidak jauh dari perusahaan Om Adam pak." sahut Ricko sambil mengunyah makanan di mulutnya.
"Oooh begitu, lalu ? Orang tua nak Ricko berada dimana ?" tanya lagi Abah Yusuf membuat Ricko tersedak seketika.
"Uhuk..Uhuk.."
"Aisyah, ambilkan minum untuk nak Ricko." titah Abah Yusuf pada Aisyah.
Setelah mendapatkan air minum Ricko langsung menggaknya dengan pelan.
"Pelan pelan makan nya nak," kata Abah Yusuf lagi.
Dirasa sudah bisa bicara, Ricko lalu menjawab pertanyaan Abah Yusuf.
"Ah maaf pak, saya yatim piatu." sahut Ricko mulai sendu.
"Subhanallah.." ujar Abah Yusuf merasa iba setelah mendengar jawaban dari Ricko.
Aisyah, Ibrahim dan Umi Nissa juga terkejut setelah mendengar jawaban Ricko. Jika di tanya soal orangtua, Ricko tak bisa menahan rasa sedihnya. Karena sedari usia balita, Ricko dan kedua orangtua nya mengalami kecelakaan. Kecelakaan itu menyebabkan kedua orangtua Ricko tak bernyawa di tempat. Dan Pak Adam lah sebagai sahabat dari ayah Ricko yang datang kerumah sakit menyelamatkan Ricko. Dan Pak Adam juga yang membawa Ricko kerumahnya untuk ia rawat seperti merawat Abimana.
"Lalu ? Selama ini nak Ricko tinggal dengan siapa ?" tanya Abah Yusuf penasaran.
"Selama ini, Om Adam lah yang mengurusku sejak kecil dan menjadi teman Abimana dirumah nya. Setelah aku lulus kuliah dan sudah mendapatkan pekerjaan, aku ingin tinggal sendiri dan menata hidupku sendiri. Tapi om Adam tak membiarkan aku pergi, beliau justru memberikan hadiah apartement mewah di hari ulang tahunku. Dan sejak itu, aku selalu tinggal di apartement itu sendirian hingga sekarang." jelas Ricko panjang lebar menceritakan semuanya pada Abah Yusuf.
Entah apa yang dia rasakan. Setelah melihat Abah Yusuf, dirinya seperti bertemu dengan orangtua nya dan ingin mengadukan semua masalah nya pada beliau.
"Sabar nak, jika memang tidak keberatan, nak Ricko bisa menganggap Abah dan Umi sebagai orangtua nak Ricko." kata Abah Yusuf membuat Ricko semakin mellow.
"Ah maaf, saya tidak mau merepotkan kalian." sahut Ricko dengan senyum simpulnya.
"Tidak ada yang direpotkan, sesekali datanglah kemari. Bawa teman mu juga di hari libur." tawar Abah Yusuf dan langsung di angguki oleh Ricko.
"Pasti pak, saya pasti kembali lagi jika memang ada waktu." sahut Ricko basa basi.
"Jangan panggil pak. Panggil Abah, sama seperti Aisyah dan Ibrahim." kata Abah Yusuf.
"I-iya Abah.." sahut Ricko gugup.
"Nah begitu kan jadi lebih enak, hehehe." ujar Abah Yusuf terkekeh melihat Ricko yang sedang gugup.
Kini makan malam telah usai. Jam sudah menunjukkan jam tujuh malam. Sudah waktunya Ricko ijin pulang. Namun kakinya seakan terasa berat meninggalkan rumah itu. Ingin sekali ia tinggal beberapa hari disana. Namun pekerjaan yang ia emban yang sudah menjadi tanggung jawabnya, membuat dirinya harus angkat kaki malam itu juga.
"Saya pamit dulu Bah, maaf jika ada ucapan atau perlakuan saya yang tidak sopan." ucap Ricko yang sudah berada di ambang pintu.
"Tidak apa-apa, jangan lupa datang lagi jika ada waktu nak." sahut Abah Yusuf merangkul bahu Ricko.
"Iya bah, emm Ibrahim. Saya pamit dulu, maafkan saya jika ada salah." ujar Ricko bijaksana mengulurkan tangan nya untuk bersalaman.
"Iyaa maafkan aku juga yang sudah terlalu berlebihan terhadapmu." sahut Ibrahim dan menyambut uluran tangan Ricko.
"Aisyah, Umi saya pamit dulu." Ricko berpamitan dengan menempelkan telapak tangan di dadanya pada Aisyah dan Uminya.
Ricko juga menyalami tangan Abah Yusuf dengan sopan. Namun saat melepas tangan beliau, dirinya terkejut karena mendadak mendapat pelukan dari Abah Yusuf. Ricko yang memang membutuhkan sebuah pelukan, langsung membalasnya erat dan menyandarkan kepalanya di bahu Abah Yusuf.
"Sabar nak. Datanglah kemari jika membutuhkan Abah." ujar Abah Yusuf sambil mengusap bahu Ricko, membuat Ricko tak bisa menahan air matanya.
Pelukan hangat seorang Ayah dan Ibu yang Ricko butuhkan, kini ia temukan di dalam diri Abah Yusuf. Tak ingin mengulur waktu kini Ricko melepas pelukan nya menatap lekat Abah Yusuf dan kembali berpamitan pada semuanya.
"Sudah malam. Saya pamit pulang dulu." ujar Ricko membalikkan tubuhnya menuju mobil sambil mengusap air matanya yang sejak tadi tidak mau berhenti.
"Mari semua Assalamualaikum." pamit Ricko yang sudah menyalakan mobilnya dan berlalu pergi.
...----------------...
Bersambung...
***
Seru nggak ceritanya ? Jangan lupa jempol dan rating nya yaa.. Untuk episode ini mengutamakan Ricko dulu yaa.. Semoga suka dengan ceritanya..
🤗🥰😘
kk hadiah satu cawan kopi ☕ utk Rahma