Di tengah hiruk pikuk dunia persilatan. Sekte aliran hitam semakin gencar ingin menaklukkan berbagai sekte aliran putih guna menguasai dunia persilatan. Setiap yang dilakukan pasti ada tujuan.
Ada warisan kitab dari nenek moyang mereka yang sekarang diperebutkan oleh semua para pendekar demi meningkatkan kekuatan.
Di sebuah desa kecil, hiduplah seorang anak yang masih berusia 7 tahun. Dia menjadi saksi bisu kejahatan para pemberontak dari sekte aliran hitam yang membantai habis semua penduduk desa termasuk kedua orang tuannya.
Anak kecil yang sama sekali tidak tau apa apa, harus jadi yatim piatu sejak dini. Belum lagi sepanjang hidupnya mengalami banyak penindasan dari orang-orang.
Jika hanya menggantungkan diri dengan nasib, dia mungkin akan menjadi sosok yang dianggap sampah oleh orang lain.
Demi mengangkat harkat dan martabatnya serta menuntut balas atas kematian orang tuanya, apakah dia harus tetap menunggu sebuah keajaiban? atau menjemput keajaiban itu sendiri?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aleta. shy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LiuYuan
Bau amis darah menyengat indra penciuman bagi siapa saja yang berada di situ. Rumah-rumah banyak yang hangus terbakar, ada juga yang roboh akibat terkena efek jurus jurus para pendekar yang saling jual beli serangan.
Dalam beberapa jam, kampung kecil yang asri nan Indah berubah menjadi seperti kampung hantu dengan suasana yang sangat mencengkam.
Dibalik reruntuhan itulah terdapat seorang anak kecil yang sedang bersembunyi meringkuk ketakutan. Matanya sendu mengandung kesedihan.
Anak kecil berusia 7 tahun itu menjadi saksi bisu saat desanya di luluh lantahkan.
Namanya LiuYuan.
LiuYuan seorang anak laki-laki dari Desa bunga air yang sekarang telah menyandang status sebagai anak yatim piatu.
LiuYuan merupakan seorang anak dari pasangan salah satu pendekar penjaga dari desa bunga air.
Pendekar penjaga adalah pendekar kepercayaan suatu desa yang dipilih berdasarkan kemampuan dan kemauan seorang pemimpin. Biasanya jumlahnya tergantung besar atau tidaknya suatu wilayah.
Ayah dan ibunya sama sama memiliki kontribusi besar buat desa kecil itu dengan jabatan yang tinggi sebagai pendekar penjaga.
Namun semua itu hanyalah tinggal kenangan. LiuYuan atau biasa dipanggil Yuan oleh kedua orangtuanya, sekarang telah menyandang status baru yaitu sebagai yatim piatu.
Yuan kecil melihat sendiri bagaimana kekejaman mereka para pemberontak membunuh kedua orang tuanya dengan sangat bengis tanpa belas kasih.
Ingatan buruk bagaimana ayahnya terbunuh begitu juga bagaimana ibunya terbunuh, membekas di pikiran anak kecil yang berusia 7 tahun itu.
Dia tidak tau harus berbuat apa kecuali menangis. Hanya mampu meringkuk didalam bongkahan reruntuhan sebagai objek untuk bersembunyi sebagaimana perintah terakhir orangtuanya agar menyelamatkan diri.
Dibalik reruntuhan, Yuan juga melihat pertarungan antara pamannya dengan pemberontak.
Chow adalah Tetua didesa bunga air. Dia membahasakan dirinya sebagai paman kepada Yuan agar tidak kelihatan tua. Chow juga adalah guru dari kedua orang tua Yuan. Oleh sebab itu Yuan cukup dekat dengan Chow yang dipanggilnya sebagai Paman tersebut.
Dibalik puing-puing reruntuhan, Yuan dengan mulut komat-kamit nya berdoa kepada sang pencipta alam agar pamannya itu diselamatkan.
Dia tidak mau pamannya bernasib sama dengan kedua orangtuanya.
Yuan pengagum berat dari sosok Chow pamannya itu. Selain orangnya yang penyayang, dia juga merupakan Tetua kampung yang sangat disegani. Kewibawaannya membuat semua orang di desa mengaguminya tak terkecuali Yuan yang baru berusia 7 tahun.
Yuan juga sempat diajari ilmu beladiri oleh Tetua Chow walaupun hanya dasar dasarnya saja. Namun Yuan cuma bermain-main saja tidak serius dengan semua itu, dan Tetua Chow memakluminya.
Anak kecil ya tetap anak kecil. Tetua Chow tidak mau membebani anak anak di desanya untuk berlatih keras sebelum usia menginjak 10 tahun.
Berbeda dengan desa atau Sekte-sekte lainnya yang mewajibkan anak-anak untuk mempelajari ilmu beladiri sejak dini.
Tetua Chow beranggapan jika anak-anak masih perlu banyak waktu untuk bermain. Biarlah mereka bersenang-senang terlebih dahulu, menikmati hidup usia dini di negeri yang penuh dengan kekejaman tersebut.
Walaupun kadang keputusannya itu menimbulkan pro kontra dari masyarakat Desa bunga air, tapi Tetua Chow tetap kekeh tanpa menghiraukannya.
Selain terpencil, desa bunga air juga terkenal akan desa terlemah dibandingkan desa-desa lainnya. Bukan tanpa sebab, desa itu bahkan tidak pernah mengikuti pertandingan pertandingan resmi yang diselenggarakan oleh pihak kerajaan. Desa ini juga baru terbentuk yang pendiri utamanya adalah Tetua Chow itu sendiri.
Biasanya setiap desa pasti memiliki sekte. Paling sedikit 2 sekte. Tapi tidak untuk desa dengan pimpinan Tetua Chow. Di desa ini mereka sama sekali tidak mempunyai sekte.
Walaupun mereka berasal sekte aliran putih. Tapi mereka tidak mempunyai nama sekte resmi, yang membuat mereka dijuluki desa aneh tanpa sekte oleh kebanyakan desa di wilayah kekaisaran Hua.
Kekaisaran Hua satu abad yang lalu tidak sama dengan yang sekarang, bahkan sangat sangat jauh perbedaannya. Wilayahnya yang besar menjadi salah satu faktor ketidakseimbangan antara desa satu dengan desa lainnya.
Belum lagi pertumbuhan penduduk yang signifikan, membuat perpecahan antar Sekte akibat ketidakharmonisan dan beberapa faktor internal lainnya.
Dari sini muncul lah sekte -sekte baru, yang sekarang mampu bersaing dengan sekte besar lainnya sehingga seiring berjalannya waktu bisa mencapai puluhan bahkan ratusan sekte di wilayah kekuasaan Kerajaan Hua.
Ada desa desa yang di favorit kan. Namun ada juga desa-desa yang dikucilkan oleh pihak kerajaan.
Walaupun mereka berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan, bukan berarti hidup mereka terjamin aman dari hal apapun. Ada beberapa yang luput dari pengawas pihak kerajaan. Contohnya sekarang, di desa bunga air yang terpencil ini tidak ada satu orang luar pun yang tahu kalau desa tersebut telah diserang oleh pemberontak dari sekte aliran hitam.
........
Yuan dengan mata kepalanya sendiri melihat kehebatan Tetua Chow. Sedikit tercengang bagaimana mungkin satu orang bisa mengimbangi satu kelompok. Sesuatu yang diluar nalar buatnya.
Selama ini dia memang tidak pernah melihat pertarungan pada umumnya. Pernah sekali dia melihat bagaimana Tetua Chow melatih murid muridnya, itupun latihan sekedarnya saja. Bukan bertarung, lebih tepatnya hanya mengajarkan beberapa gerakan saja.
Memang pada dasarnya Tetua Chow membuat aturannya sendiri, yaitu berupa latihan tertutup bagi muridnya sehingga anak-anak dibawah umur tidak menjadikannya sebagai tontonan umum.
Yuan tertegun sejenak menyaksikan Tetua Chow mengahadapi para pemberontak tersebut.
Darah darah yang melekat ditubuh dan bajunya hampir sudah mengering sepenuhnya, menandakan jika anak kecil itu telah lama bersembunyi dibalik puing-puing tersebut.
Banyak jurus-jurus yang dikeluarkan tetua Chow maupun kelompok pemberontak. Namun jelas Yuan tidak mengetahui apa apa tentang jurus.
Yuan juga mulai tertarik dengan ilmu beladiri. Seandainya dia menguasai ilmu beladiri, setidaknya dia bisa melindungi orang-orang yang disayanginya.
Jual beli serangan Tetua Chow dengan anggota pemberontak berlangsung sengit. Yuan yang melihat dari balik reruntuhan fokus menjadi penonton dengan dukungan penuh terhadap Tetua Chow.
"Paman, mereka pembunuh. Ayo hajar mereka"
"Tidak, bunuh mereka paman"
Yuan hanya bisa mengucapkannya didalam hati. Tangannya dikepal tanda jika anak kecil itu sedang marah. Sambil memikirkan tindakan apa yang harus dilakukannya untuk berkontribusi dalam membantu Tetua Chow.
Saat Yuan fokus lagi pada pertarungan, tiba-tiba saja di melihat ada yang aneh pada gerakan paman Chow.
Yang awalnya dia melihat pamannya itu terus menyerang, tiba-tiba dia melihat pergerakan tetua Chow agak tidak seimbang.
"Ada apa ini, apa yang terjadi?" gumam Yuan panik. Keadaan berbalik arah.
Pada kesempatan itu Yuan melihat para pemberontak mulai menyerang pamannya.
Anehnya, Tetua Chow tidak bisa menghindari serangan tersebut. Tidak seperti beberapa saat sebelumnya dia mampu dengan mudah membentuk pertahanan dan melakukan penyerangan balik.
Tapi kali ini.....
"Ada apa dengan paman"
Hanya dengan beberapa serangan, Yuan membelalakkan matanya. Hampir berteriak untuk menyemangati pamannya tersebut. Namun diurungkannya karena sebelum orang tuanya meninggal, ibunya sempat berpesan supaya Yuan bersembunyi dan menyelamatkan diri tanpa ikut campur dengan pertarungan.
Dari kejauhan muncul lah seseorang yang terasa familiar dimata Yuan. Orang yang dikenalnya. Sampai mati pun dia tidak akan melupakan wajah itu.
Yuan melihat orang itu menertawakan tetua Chow bersama dengan yang para pemberontak lainnya.
"Dia pemimpinnya?" tanya Yuan didalam hati.
Sebilah pedang dikeluarkan orang tersebut. Menariknya dari sampul dan bersiap untuk mengeksekusi Tetua Chow.
Seorang anak kecil yang sama sekali tidak punya ilmu beladiri tiba-tiba keluar dari puing-puing reruntuhan dengan langkah kecilnya langsung berlari menuju ke arah Tetua Chow.
"Aku telah kehilangan ayahku, aku juga telah kehilangan ibuku. Aku tidak mau kehilangan lagi!" Batin Yuan.
Seorang anak kecil berlari cepat membawa sebuah balok kayu kecil yang berada digenggaman tangannya.
"Tidak!!!!"
"Lawan aku kalian pengecut!!!"