NovelToon NovelToon
Aku Istri Gus Zidan

Aku Istri Gus Zidan

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Nikahmuda
Popularitas:12.3k
Nilai: 5
Nama Author: triani

keinginannya untuk tidak masuk pesantren malah membuatnya terjebak begitu dalam dengan pesantren.

Namanya Mazaya Farha Kaina, biasa dipanggil Aza, anak dari seorang ustad. orang tuanya berniat mengirimnya ke pesantren milik sang kakek.

karena tidak tertarik masuk pesantren, ia memutuskan untuk kabur, tapi malah mempertemukannya dengan Gus Zidan dan membuatnya terjebak ke dalam pesantren karena sebuah pernikahan yang tidak terduga.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon triani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

5. Mendadak menikah

Malam itu, suasana di mushola kecil dekat hotel terasa begitu tegang dan sunyi. Hanya beberapa orang yang hadir, namun beban yang mereka bawa terasa berat, terutama di pundak Aza. Di bawah sorot lampu mushola yang temaram, ia duduk bersanding dengan Gus Zidan, pria yang baru dikenalnya hari ini, namun takdir seakan memaksanya untuk menerima keadaan yang berlawanan dengan keinginannya.

Abah Yai Jazuli duduk di depan mereka sebagai penghulu, wajahnya tenang namun penuh kharisma. Di sisi lain, Paman Amir dan Wahyu duduk sebagai saksi, memperhatikan setiap gerakan dengan penuh keseriusan. Semuanya terasa seperti mimpi yang terlalu cepat berjalan bagi Aza, tapi kenyataannya kini sudah tidak bisa dihindari.

Sebelum memulai ijab kabul, Abah Yai Jazuli menatap Gus Zidan dengan penuh bijaksana. "Zidan," katanya dengan suara dalam yang menggema di ruang kecil itu, "sebelum ijab kabul dilaksanakan, aku harus menanyakan apa yang akan kamu berikan sebagai mahar kepada mempelai perempuan?"

Gus Zidan terdiam sejenak, jelas tidak ada persiapan untuk momen seperti ini. Ia tidak membawa apapun selain dirinya dan perasaan tanggung jawab yang mendesak. Matanya melirik ke arah Aza yang duduk dengan wajah lesu dan penuh ketegangan. Ia tahu bahwa ini bukan pernikahan impian bagi siapapun di sini, terutama bagi Aza.

Dengan ragu, Gus Zidan menatap cincin perak yang melingkar di jari kelingkingnya. Sebuah cincin perak sederhana yang melingkar di jarinya—tidak ada yang istimewa tentang cincin itu, hanya simbol dari kehidupannya yang biasa. Tapi di momen genting seperti ini, itu adalah satu-satunya yang ia miliki.

Gus Zidan pun melepas cincin perak itu dari jarinya dengan hati-hati. Ia menyerahkannya kepada Abah Yai Jazuli, sambil berkata, "Untuk saat ini saya hanya punya ini, saya akan serahkan cincin ini sebagai mahar untuk Aza."

Kemudian Abah yai Jazuli beralih menatap Aza, "Apa kamu bersedia nak dengan cincin ini?" tanyanya kemudian.

Aza mendongakkan kelapanya tanpa berkeinginan untuk menjawab, rasanya tenaganya sudah terlalu habis untuk semua yang terjadi sore ini hingga malam, ia hanya menganggukkan kepalanya pasrah, ia sama sekali tidak memikirkan soal mahar atau apapun saat ini, ia hanya berharap pernikahan ini tidak benar-benar terjadi dan semua ini hanyalah mimpi.

Ya Allah, bisa nggak ini hanya mimpi, besok pagi aku akan bangun dan tidak pa pa deh di pesantren ...., doa Aza dalam hati.

Melihat respon Aza, Abah Yai pun mengangguk pelan, menerima cincin tersebut sebagai simbol mahar. Meskipun sederhana, keikhlasan dan niat baik lebih penting daripada kemewahan dalam momen sakral seperti ini.

Aza, yang sejak tadi menundukkan kepala, tak bisa menahan perasaan campur aduk dalam hatinya. Sebuah cincin perak sederhana kini menjadi penanda ikatan pernikahan yang sama sekali tidak ia inginkan. Air matanya hampir jatuh, tetapi ia menahannya sekuat mungkin. Situasi ini sudah di luar kendalinya, dan ia tahu tidak ada jalan kembali.

Kemudian, dengan tenang, Abah Yai mulai melafalkan kalimat-kalimat ijab kabul, yang terasa begitu berat di telinga Aza.

"Saya nikahkan Engkau Zidan Az-zikri bin Syahab dengan Mazaya Farha Kaina bin Zaki dengan mahar tersebut tunai."

Gus Zidan menjawab dengan lantang dan tegas, "Saya terima nikahnya Mazaya Farha Kaina binti Zaki dengan mahar tersebut."

Seketika para saksi yang kebetulan hadir di mushola itu menjawab 'sah', pernikahan mereka resmi. Suasana di mushola itu menjadi semakin hening, seolah semua orang sedang merenungi makna dari apa yang baru saja terjadi. Aza menunduk, berusaha keras menerima kenyataan yang kini telah mengubah hidupnya selamanya. Gus Zidan, di sampingnya, mencoba menenangkan diri setelah semua tekanan yang ia rasakan.

Malam itu, Aza dan Gus Zidan tidak hanya diikat oleh sebuah pernikahan yang tak direncanakan, tetapi juga oleh situasi yang jauh lebih besar dari diri mereka berdua.

Setelah ijab kabul selesai, Ustaz Zaki, yang sejak tadi mengamati seluruh proses, maju perlahan menuju Gus Zidan dan Aza. Wajahnya tampak tenang, meskipun dalam hati ia sadar bahwa keputusan ini tidak mudah bagi dirinya dan putrinya, Aza.

Dengan penuh keikhlasan, Ustaz Zaki meletakkan tangan di pundak Gus Zidan, menatapnya dengan sorot mata yang tegas namun penuh harap. "Gus Zidan," katanya dengan suara rendah namun jelas, "sekarang Aza adalah istrimu. Aku percayakan putriku kepadamu. Jaga dia baik-baik. Bimbing dia sebagaimana seorang suami membimbing istrinya menuju kebaikan."

Aza yang mendengar kata-kata ayahnya hanya bisa menunduk dalam-dalam. Hatinya masih berat menerima kenyataan, tapi ia tahu pernikahan ini sudah sah. Tidak ada lagi jalan kembali.

Gus Zidan pun tampak kaget, namun ia menanggapinya dengan anggukan hormat. "Insya Allah, Ustaz Zaki. Saya akan menjaga Aza dengan sebaik-baiknya. Saya mohon doanya," jawabnya dengan tulus.

Momen itu terasa sangat berat bagi Aza. Sejak kecil, ia selalu dilindungi oleh ayahnya, tetapi kini ia harus memulai kehidupan baru dengan pria yang bahkan baru saja dikenalnya. Ia merasakan beban tanggung jawab yang besar di atas pundaknya, namun sekaligus merasa pasrah. Keputusan ayahnya sudah bulat, dan kini semuanya berada di tangan Gus Zidan.

Setelah menyampaikan amanahnya, Ustaz Zaki pun mundur perlahan, menyerahkan sepenuhnya nasib putrinya kepada Gus Zidan. "Semoga Allah memberkahi pernikahan kalian dan memberikan jalan terbaik untuk masa depan kalian berdua," ucap Ustaz Zaki dengan harapan tulus.

Gus Zidan hanya bisa diam sejenak, memahami bahwa tanggung jawab besar kini ada di tangannya.

Sementara itu, Aza, meski hatinya masih penuh gejolak, mencoba menerima kenyataan bahwa hidupnya kini telah berubah selamanya.

Setelah semua proses selesai, ustad Zaki pun hendak berpamitan untuk pulang, kepergiannya tadi bahkan tidak terpikirkan untuk menikahkan putrinya, ia ayah yang tengah menjalankan tanggung jawabnya sebagai seorang ayah yang putrinya tersandung masalah, tapi apa boleh buat ternyata ia malah menikahkan putrinya dengan seorang Gus besar.

"Saya harus kembali ke Blitar, mohon maaf karena tidak bisa berlama di sini." ucap ustad Zaki pada Abah yai Jazuli yang terlihat sungkan.

"Saya pun demikian ustad, biarkan anak-anak menyelesiakan masalahnya sendiri, apa yang menjadi kewajiban kita sebagai orang tua sudah selesai." ucap Abah yai dengan bijak.

Aza berdiri terpaku, menahan segala rasa yang bercampur di hatinya. Ia masih belum sepenuhnya percaya bahwa hidupnya telah berubah begitu drastis dalam hitungan jam.

Dengan hati yang berat, ia melangkah ke arah ayahnya, Ustaz Zaki, yang menatapnya penuh rasa iba namun tegar.

Aza tidak mampu menahan air matanya lebih lama. Sesampainya di hadapan ayahnya, ia langsung memeluknya erat. “Ayah, aku... aku belum siap, bawa aku pulang bersamamu, atau ayah bisa bawa aku ke tempat kakek, aku tidak pa pa." bisiknya pelan di antara isak tangis yang mulai memenuhi ruangan kecil itu. Air matanya mengalir deras, membasahi bahu ayahnya.

Ustaz Zaki mengelus kepala putrinya dengan lembut, mencoba menenangkan. “Nak, Ayah mengerti... Ayah tahu ini berat untukmu. Tapi percayalah, Gus Zidan adalah orang baik, dan Ayah yakin kamu akan bisa melalui ini semua dengan baik. Allah punya rencana yang lebih besar untukmu, yang mungkin belum kamu pahami sekarang.”

Aza menangis semakin keras dalam pelukan ayahnya. Bagaimanapun, ia baru saja lulus SMA, masih sangat muda, dan tiba-tiba saja harus menjalani peran baru sebagai seorang istri. Perasaan takut dan tidak siap membanjiri pikirannya. Namun, di sisi lain, ia tahu bahwa menolak kenyataan ini hanya akan memperumit semuanya.

Setelah beberapa saat, Ustaz Zaki melepaskan pelukannya dan menatap wajah putrinya yang sembab. “Aza, Ayah akan selalu ada di sini untukmu. Kamu tidak sendiri,” ujarnya penuh keyakinan. Aza hanya bisa mengangguk pelan, meski hatinya masih belum tenang.

Gus Zidan, yang menyaksikan momen haru itu dari jarak dekat, merasa semakin berat untuk melangkah. Namun ia tahu bahwa tanggung jawabnya kini semakin besar. Setelah Aza melepaskan pelukannya, Gus Zidan pun mendekati Ustaz Zaki, menunduk hormat, dan berkata, “Terima kasih, Ustaz, atas kepercayaannya. Saya mohon bimbingannya selalu.”

Ustaz Zaki mengangguk, kemudian merangkul Gus Zidan. “Jagalah putriku baik-baik, Gus Zidan. Tugasmu kini adalah menjadi suami yang baik dan bertanggung jawab. Ayah yakin kamu bisa.”

"Kalau begitu ijinkan saya membawa Aza pergi bersama saya." ucap Gus Zidan sopan.

"Tentu, bawalah bersamamu." sahut ustad Zaki legowo.

Setelah itu, dengan langkah berat, Gus Zidan menggenggam tangan Aza, mengajaknya pergi. Namun sebelum melangkah lebih jauh, Aza menoleh sekali lagi ke arah ayahnya. "Ayah..." Aza berbisik pelan, air matanya kembali mengalir. "Aku nggak mau,"

Ustaz Zaki tersenyum, meski di dalam hatinya juga terasa berat. "Pergilah, Nak. Semoga Allah selalu melindungimu."

Dengan berat hati, Aza akhirnya mengikuti Gus Zidan menuju kehidupan barunya, sementara isak tangis kecil masih terdengar dalam keheningan malam itu.

Bersambung

Happy reading

1
dr
sukq
Sul Lasih
double up ...suka AU Thor🤗❤️semangat💪
ir
semangat belajar nya Aza, Gus Zidan mendidik Aza untuk serius dalam belajar, ntar giliran Aza terlalu fokus sama pelajaran dan kurang perhatian sama dia di complen lagi 😓😓
yuning
mulai ada yang nyelip ya za
fee2
mulai tak rela kan suami ada yang liatin dengan pandangan berbeda....
fee2
aza aza masih bingung jadi istri atau santri... cium tangan suami sudah biasa enak kok rasanya....
Aisyah
santri NE do ganjen yo za😏
Im4 niah
tolong lebih banyak LG up nya thorr
yuning
tak perlu kekerasan dengan kelembutanpun pasti bisa mencair
Tri Ani: setuju
total 1 replies
yuning
gak perlu instan , nikmati saja prosesnya
Tri Ani: setuju
total 1 replies
fee2
mau mengingatkan tapi terhalang status yang belum boleh di publikasikan.... dilema....
Tri Ani: iya, padahal pengen banget
total 1 replies
fee2
salting kan aza.... terasa degdegan gitu...
Tri Ani: 🤭🤭🤭🤭🤭
total 1 replies
ir
temen ku juga pernah, kaya Aza ginj tapi bukan sekolah, pas lagi nonton tv dia ketiduran, pas di bangunin suruh pulang malah nanyain sayur nangka fia 🤭🤭
Tri Ani: ngelindur itu🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Lutfi Alvian
semngt thor up nya
Tri Ani: siap kak
total 1 replies
ir
Za mending yg tua dari pada yg muda,
karna perempuan lebih baik di tinggal kerja dari pada di tinggal nongkrong
karna kita butuh nafkah bukan mkn cinta 😆😆
ir: makan cinta mah mana kenyang, sakit hati iyaa 🤣🤣
ir: karna kita butuh donatur 😆🤣
total 4 replies
Aisyah
sumpah aku suka banget sama alur cerita nya Thor,semangat Thor💪💪💪
Tri Ani: siap kak, makasih
total 1 replies
4_amiraa_ Tadzkiyaa_
ehhh di gantung lagi nih... kira2 kenapq ya Aza...
Tri Ani: kan udah musim hujan, jadi digantung dulu
total 1 replies
4_amiraa_ Tadzkiyaa_
kpn upnya nih thor
ir
kek nya leher nya si Farah perlu di tarik biar ga tegang 🤧🤧
Tri Ani: sabar kak, nunggu si kecil bobok dulu
ir: ayoo update, yg bnyak kaya kemarin mlm 😆😆
total 5 replies
fee2
bagus aza jangan mau di tindas....
Tri Ani: setuju deh pokoknya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!