Menikah karena perjodohan orang tua, tidak menghalangi cinta antara Farrel dan Anastasya. Namun, hubungan yang tadinya sudah indah harus hancur berkeping-keping karena pemuda itu lebih mementingkan sahabat, daripada Tasya istrinya sendiri. Sehingga tidak tahu bahwa istrinya mengidap penyakit mematikan. Segalanya terbongkar setelah Tasya mengalami kecelakaan bermotor yang hampir menghilangkan nyawa gadis itu. Hal itu pula membuat Tasya koma hingga bertahun-tahun lamanya.
Bagaimanakah kisah rumah tangga pasangan remaja tersebut? Akan kah Farrel dan orang tua Anastasya menyesal sudah mementingkan hal lain daripada gadis malang tersebut? Jangan lupa tinggalkan jejak biar Mak Autor semagat nulisnya ya🥰🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zaenab Usman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tidak Mungkin Meninggal.
🍁🍁🍁🍁🍁🍁
...HAPPY READING......
.
.
"Gue, minta maaf, Sya," entah untuk ke berapa kalinya Farrel mengucapkan kata-kata tersebut. Air matanya terus mengalir di dalam kesunyian. Hanya ada suara alat monitor yang terus berdetak. Ruangan yang sudah dingin karena AC, bertambah dingin lagi karena Tasya tidak kunjung bangun. Bergerak bagian urat nadinya pun sudah tidak lagi.
Gadis cantik itu bagaikan sebuah bantal guling, tidak hidup. Wajahnya terlihat sangat pucat dan dihiasi beberapa perban bekas jahitan lukanya di berbagai tempat.
"Elo pasti sangat membenci gue kan, makanya tentang penyakit ini saja, elo sembunyikan dari gue," ucap Farrel lagi, yang terus menangis tersedu-sedu. "Gue, jahat, gue bodoh dan gue yang egois lebih memperhatikan keadaan orang lain daripada istri gue sendiri." Farrel terus menyalahkan dirinya yang memang sangat bersalah. Bahkan kedua orang tuanya pun tidak mau memaafkannya.
"Tapi please! Tolong beri gue satu kali kesempatan untuk memperbaiki kesalahan gue, Sya. Elo jangan tinggalin gue ya, gue nggak bisa hidup tanpa elo. Gue mohon, sayang!" kata pemuda itu lagi.
Di dalam ruangan tersebut hanya ada dia bersama istrinya saja. Jadi Farrel bisa melupakan isi hatinya, tanpa ada yang disembunyikan.
"Berapa lama kita hidup bersama, Farrel. Namun, nyatanya cintaku kamu balas dusta. Cukup sudah, karena aku tidak ingin lagi bersamamu. Begitu banyak janji manis yang kamu janjikan kepadaku. Nyatanya, aku tidak ada tempat yang indah di hatimu, bila dibandingkan dengannya." gumam Tasya di dalam hatinya. Gadis itu memang dalam keadaan kritis atau koma, tapi dia bisa mendengar ucapan semua orang termasuk suaminya sendiri.
"Dok, dokter!" teriak Farrel sangat keras, karena tiba-tiba saja tubuh Tasya kejang-kejang. "Dokter, tolong istri saya, Dok." Farrel merengek seperti anak kecil.
"Tentu, tanpa anda pinta saja kami akan melakukan yang terbaik untuknya. Tapi sekarang silahkan anda keluar dari sini," jawab dokter tersebut seraya sibuk memeriksa keadaan Tasya.
"Tapi dok, saya ingin menemaninya. Saya tidak ingin meninggalkan dia sendirian karena---"
"Apabila anda terus berada disini, maka sama saja ingin cepat-cepat dia meninggal dunia, tuan muda. Silahkan keluar sekarang! Pintu keluar ada disebelah sana," potong Dokter Dodi membentak Farrel. Karena dia sudah berpesan agar keluarga tidak ada yang menjenguk Tasya. Disebabkan keadaannya tidak memungkinkan untuk di besuk.
Meskipun berat hati dan berderai air mata, Farrel pun keluar dari ruang ICU tersebut. Matanya sudah bengkak karena terlalu banyak menangis.
"Farrel... " suara lembut itu membuat Farrel langsung menoleh kearah belakang dan tubuhnya sudah dipeluk erat oleh Renata. Ya, gadis itu datang ke rumah sakit meskipun diluar lagi hujan besar. "Sorry ya, gue baru tahu kalau Tasya mengalami kecelakaan. Elo harus kuat dan sabar karena gue yakin Tasya akan selamat dari maut," ucap Renata yang sebenarnya tengah menyumpahi agar Tasya mati saja.
"Re, lepas! Nanti ada yang melihat kita," seru Farrel mendorong tubuh Renata. Namun, bukannya terlepas, tapi gadis itu semakin erat memeluknya.
"Enggak, Rel. Gue kangen sama, Elo. Sudah beberapa hari ini kan kita tidak bertemu dan Elo nggak bisa gue hubungi," tolak Renata menggelengkan kepalanya. Membuat tangan Farrel berhenti mendorong tubuh gadis tersebut. "Please! Biarkan seperti ini sebentar saja. Gue butuh Elo, Rel." pada saat mereka berdua masih berpelukan, pintu ruangan ICU terbuka sedikit.
"Dokter, bagaimana keadaan istri saya?" Tanya pemuda itu yang kali ini mendorong kuat tubuh sahabat yang selalu dia puji dan bela itu. Dokter wanita tersebut tidak langsung menjawab, tapi malah memperbaiki letak kacamatanya.
"Dokter, tolong jawab bagaimana keadaan istri saya?" seru Farrel mencengkram kuat jas sang dokter.
"Huh!" suara dokter itu menghela nafas dalam. Dia menatap pada Renata dan Farrel secara bersamaan dan berkata. "Nona Anastasya Maharani binti Erwin sudah---"
"Tidak! Putriku tidak mungkin meninggal. Tidak mungkin!" teriak Nyonya Lela yang baru saja datang bersama Tuan Erwin suaminya. Rantang makanan yang beliau bawa dari rumah, sudah dia lempar sembarangan arah. "Tidak mungkin putriku meninggal dunia. Anda pasti berbohong kan dok? Anda pasti lagi membuat lelucon kan?" sekarang bergantian Nyonya Lela menarik kuat jas sang dokter. Bukan hanya beliau yang menangis, tapi Tuan Erwin dan Farrel juga ikut menangis.
"Sya... kenapa? Kenapa Elo pergi ninggalin gue. Kenapa Elo ninggalin gue dengan penyesalan, Sya," batin Farrel menjerit pilu. Sedangkan di hati Renata tersenyum bahagia.
... BERSAMBUNG... ...
kapan mau update lagi selalu aq tunggu😊