Vivian, kelinci percobaan dari sebuah lembaga penelitian, kembali pada satu bulan sebelum terjadinya bencana akhir zaman.
selama 8 tahun berada di akhir zaman.
Vivian sudah puas melihat kebusukan sifat manusia yang terkadang lebih buas dari binatang buas itu sendiri.
setidaknya, binatang buas tidak akan memakan anak-anak mereka sendiri.
.
.
bagaimana kisah Vivian memulai perjalanan akhir zaman sambil membalaskan dendamnya?
.
jika suka yuk ikuti terus kisah ini.
terimakasih... 🙏🙏☺️😘
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Roditya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 14. merampok perampok
Tap..
Tap..
Tap..
Ketika tiba di lantai 26, Vivian mendengar suara langkah kaki yang turun dari lantai atas. Ia pun segera mencari tempat untuk bersembunyi.
Tap.
Suara langkah kaki itu berhenti tepat di dekat Vivian menyembunyikan dirinya.
"Siapa?."
Suara bariton seorang pria mengejutkan Vivian hingga membuat wanita itu terbentur meja tempatnya bersembunyi.
Jduak
Sss...
Vivian meringis menahan rasa sakit di kepalannya.
"Keluarlah. Atau aku yang akan membuatmu keluar dengan paksa."
Lagi
Suara pria itu bergema di bangunan yang sepi itu.
Vivian perlahan keluar dari tempat persembunyiannya.
"Kamu!" tunjuk Vivian.
Vivian akhirnya bisa melihat dengan jelas rupa pria itu.
Ya.
Pria itu adalah komandan tertinggi dari pangkalan militer wilayah barat daya yang beberapa kali ia temui selama misi pada akhir dunia.
Pada kunjungannya ke pangkalan Kota B di mana Vivian tinggal. Mereka berdua juga pernah bertemu di perjamuan aliansi pertukaran hasil penelitian.
"Apakah kamu mengenalku?." Pria itu mengerutkan alis tidak senang di tunjuk oleh Vivian.
"Tidak bisa di katakan kenal, aku pernah melihatmu di majalah yang berisi tokoh-tokoh penting militer di rumah teman. Apakah, kamu seorang tentara?."
Vivian berbohong tanpa jantung yang berdebar sedikitpun.
"Bukan."
Setelah mengetahui bahwa orang yang bersembunyi adalah seorang wanita yang tampak lemah. Pria itu kemudian melanjutkan perjalannya.
"Tunggu." Vivian menghentikan langkah pria itu.
"Di lantai bawah ada rekanku yang juga mencari makanan. Jika kamu bertemu dengannya, tolong jangan menyakiti pria itu."
"Hn."
Setelah pria itu tidak terlihat lagi, Vivian kembali melanjutkan pencariannya.
"Bagus. Ternyata lantai ini merupakan perusahaan farmasi." Ucap Vivian dengan bahagia karena melihat banyaknya tumpukan obat-obatan di rak.
Tanpa basa basi lagi, Vivian segera memasukkan seluruh obat-obatan yang dia lihat ke dalam ruang. Ia hanya menyisakan beberapa untuk dimasukkan ke dalam tas ransel yang ia bawa.
Vivian terus naik hingga mencapai lantai paling atas, tapi, ia sudah tidak menemukan sesuatu yang sangat berharga.
"Lebih baik aku turun dan berkumpul terlebih dahulu dengan Kris."
Vivian lalu turun kembali dan melihat keris berada di lantai 18.
"Apakah kamu sudah menyelesaikan gedung di atas?." Tanya Kris ketika melihat Vivian yang turun.
"Sudah, tapi di atas hanya ada perusahaan farmasi dan perusahaan alat olahraga." Vivian meletakkan ranselnya di dekat Kris. "Lihatlah, aku mendapatkan banyak obat-obatan kali ini."
"Syukurlah. Tapi sekarang hari semakin gelap. Apakah kita akan melanjutkan perjalanan?." Kris menoleh untuk meminta saran Vivian.
"Lebih baik kita menginap disini dulu selama satu malam. Ketika hari mulai cerah, kita akan melanjutkan perjalanan."
Kris dan Vivian lalu mencari sebuah ruangan yang memiliki kamar tidur di dalamnya.
Untuk sebuah perusahaan, tidak jarang ruangan salah satu pemimpin tertingginya akan memiliki fasilitas kamar pribadi karena urusan kerja seperti lembur yang mengharuskan menginap di perusahaan.
"Bagaimana kalau kita beristirahat di lantai ini saja. Ini adalah kantor investasi yang berskala internasional. Mungkin saja, bosnya akan sering menginap di sini." Kris memberikan saran.
"Baiklah, ayo kita cari."
Kris dan Vivian lalu menggeledah seluruh isi kantor untuk mencari kamar pemimpin perusahaan tersebut.
"Padahal ini sudah kantor pemimpinya, tapi, kenapa kita masih belum menemukannya juga?. Apa aku yang salah perhitungan?." Kris yang lelah berkeliling akhirnya duduk di kursi direktur utama perusahaan tersebut.
Klek
Tanpa sengaja Kris menggeser asbak yang ada di atas meja.
Namun
Hal tersebut justru membuat mereka berdua secara tidak sengaja menemukan kamar yang selama ini mereka cari-cari.
Kamar tersebut bersembunyi di balik rak buku yang ada di dinding ruangan.
"Ternyata ada mekanisme tersembunyi."
Vivian lalu menjadi yang pertama melangkah masuk ke dalam kamar.
Ruangan itu tidak terlalu besar, hanya berukuran sekitar 4 x 5 meter dengan satu kasur berukuran Queen size, sebuah lemari pakaian, dan sebuah kotak kayu berukuran 1 x 1/2 meter persegi.
"Kotak apa itu?." Vivian lalu mendekati kotak tersebut dan perlahan membukanya.
"Ini.." Setelah terkejut beberapa saat, Vivian kemudian tersenyum dengan sangat lebar.
"Kris! Kris! Coba lihat apa yang aku temukan."
Kriis yang mendengar panggilan Vivian segera masuk ke dalam kamar.
"Apakah ada masalah?."
Kris berjalan mendekati Vivian dan kemudian berjongkok untuk ikut melihat apa yang ada di dalam kotak tersebut.
"Apakah ini adalah senjata?"
Kris dibuat terkejut dengan tumpukan senjata yang ada di dalam kotak.
"Ya. Plus dengan empat kotak peluru di dalamnya." Vivian berkata dengan sangat gembira.
"Apakah kita akan mengambil benda ini?." Kris memegang salah satu senjata dan mengamatinya.
Sebagai seorang pria, tentu saja Kris sangat menyukai barang-barang seperti ini. Tapi, mengapa Vivian sangat bahagia mendapatkan benda seperti ini juga?.
"Tentu saja kita akan mengambil barang-barang ini, benda ini pasti akan sangat berguna nantinya untuk mempertahankan diri."
Vivian memasukkan semua senjatanya ke dalam kotak kembali dan menumpuknya bersama perbekalan yang mereka dapatkan.
.
.
"Kris bangun, sudah pagi. Ayo kita segera pergi untuk mencari perahu cepat. Aku sudah memasak makanan. Kamu sarapan lah dulu sebelum kita berangkat." Vivian mengemasi perbekalan yang mereka dapatkan ke dalam satu tempat.
Sudah hampir jam 08.00 pagi ketika mereka sampai di lantai 9.
"Kenapa banjirnya cepat sekali sampai di lantai ini?" keluh Kris.
"Sudahlah jangan banyak protes, sekarang ayo cepat pompa kembali perahu karet kita. Semakin kita berlama-lama di sini, semakin lama pula kita mendapatkan perahu cepat nya."
Setelah Kris selesai memompa perahu karet, ia pun mengeluarkan perahu tersebut melalui jendela yang telah dipecahkan oleh Vivian.
.
.
Ketika mereka berdua tengah menyusuri banjir, Vivian dan Kris melihat sebuah perahu nelayan mendekat ke arah mereka.
"Bos. Gadis itu lumayan cantik juga."
"Benar bos. Sudah lama kita tidak menikmati daging yang harum. Sepertinya gadis itu juga masih berusia sekitar 20-an. kita benar-benar beruntung sekali hari ini."
HAHAHAHA
Perkataan dua orang yang ada di atas perahu nelayan itu mengundang gelak tawa dari keempat teman lainnya.
"Kalian berdua! cepat serahkan barang-barang yang ada di atas perahu kalian! Dan kamu!." orang yang disebut bos itu menunjuk ke arah Vivian. "Kamu sebaiknya datang ke sini sendiri atau kami akan membawamu dengan paksa hahaha."
"Benar apa yang dikatakan bos kami gadis kecil. Sebaiknya kamu mengikuti kami. Kami jamin Kamu tidak akan pernah kelaparan dan tidak perlu susah-susah untuk mencari makanan di luar. Kami juga akan membuatmu bahagia seperti di surga setiap hari hahaha."
Perahu nelayan yang dikendarai oleh 6 orang itu semakin mendekat ke arah Kris dan Vivian. Mereka berenam membawa senjata tajam di tangan masing-masing.
Ckrek...
Entah sejak kapan Vivian telah mengeluarkan senjata api dari dalam kotak dan mengisinya dengan peluru. Tanpa basa-basi lagi Vivian mengarahkan moncong pistol tersebut ke arah ke-6 orang yang berniat untuk merampok mereka.
DOR...
Satu tembakan tepat mengenai dahi salah seorang perampok hingga menyebabkan pria itu tewas seketika.
"APA!. BOS MEREKA MEMILIKI SENJATA." Ucap salah seorang dari mereka dengan panik.
"AKU JUGA MELIHATNYA SI*LAN. Ayo! cepat kita pergi dari sini. Tidak mungkin bagi kita untuk melawan senjata api dengan senjata dingin kita saat ini."
DOR, DOR, DOR.
"SI*L. Perempuan itu bahkan lebih kejam daripada kita yang melarikan diri dari penjara."
Melihat rekan-rekannya yang m*ti satu persatu, pria yang dipanggil bos itu akhirnya mulai menjadi panik.
Melihat bahwa kecepatan senjata Vivian lebih cepat daripada perahu nelayan, pria itu akhirnya memilih untuk menceburkan diri ke dalam banjir sebagai bentuk perlindungan diri dari serangan Vivian.
"Apakah kita akan mengejar?." tanya Kris.
"Tidak perlu, tidak baik untuk memburu seseorang yang sudah menyerah."
Mendengar perkataan Vivian, sudut mulut Kris berkedut.
'Memangnya tadi siapa yang menyerang ketika orang-orang itu sudah akan melarikan diri.' pikir Kris.
kenapa lemot mikirnya?
Cepat minumkan ke Peter
Nanti repot bawa pulangnya Nek
aku juga pengen hehe...
pengen juga punya ruang hehe
author juga terimakasih atas dukungannya 😊