Cerita ini berkisah tentang perjalanan ketiga saudara kembar...Miko, Mike, dan Miki dalam menemukan cinta sejati. Bisakah mereka bertemu di usianya yang sangat muda?
Ikuti kisah mereka bertiga ^^
Harap bijak dalam membaca...
Plagiat dilarang mendekat...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phine Femelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 25
"Saya...temannya"
"Lebih baik kamu pulang. Devie sedang tidak baik"
"Baik, Om. Maaf mengganggu" kata Fandi pelan.
"Pa, gimana? Di mana Devie?" tanya mamanya yang baru datang dan sedih.
Fandi melihat papa dan mama Devie sangat kalut sehingga dirinya merasa penasaran.
"Ada apa sebenarnya, Dear? Kamu sampai mengakhiri hubungan kita" pikir Fandi pelan.
Fandi masuk ke dalam mobil dan menyetir dengan pelan. Fandi memikirkan perkataan Devie.
"Jangan pernah peduli lagi dengan aku. Kita putus"
Fandi berhenti menyetir dan merasa sedih.
"Kenapa begitu mudah kamu mengatakan putus? Aku tahu kita punya masalah dengan Winda tapi seharusnya kamu gak sampai bicara begitu. Seolah kamu menganggap hubungan kita cuma main-main" pikir Fandi pelan.
Sekian lama Fandi berpikir akhirnya menyetir kembali.
"Gak. Pokoknya aku tetap harus minta penjelasan alasan kamu begitu saja mengakhiri hubungan kita" pikir Fandi.
Pukul 18.00. Fandi datang lagi ke rumah Devie dan berhenti menyetir lalu keluar dari mobil dan berjalan menuju pintu gerbang. Satpam keluar dari posnya dan menuju pintu gerbang lalu membuka dan Fandi tersenyum.
"Tuan cari Non Devie?"
"Benar. Apa bisa ya?"
"Non Devie belum pulang. Saya juga khawatir"
Fandi merasa heran.
"Devie sekalipun gak ada kabar?"
"Benar, Tuan"
Fandi berpikir untuk memikirkan tempat yang sekiranya didatangi Devie.
"Winda ada?"
"Ada tapi...lebih baik Tuan jangan datang dulu ke sini. Non Winda masih dimarahi sama Tuan Besar. Masih ada masalah di dalam"
"Masalah?"
"Benar. Non Winda itu yang membuat Non Devie tadi pagi pergi"
"Maksudnya? Memangnya yang dilakukan Winda apa?"
"Tadi Non Winda bicara yang sesungguhnya kepada Non Devie"
"Bicara apa?" tanya Fandi dengan merasa ingin tahu.
"Ah...saya jadi cerita kepada Tuan"
"Kenapa memangnya, Pak? Saya gak boleh tahu apalagi menyangkut Devie? Saya memang cuma pacarnya tapi Pak Sugi sudah kenal saya cukup lama. Saya sering datang ke sini untuk bersama Devie atau Winda"
"Memang saya sudah kenal tapi tetap saja karena ini menyangkut masalah keluarga"
Fandi jadi merasa heran.
"Memang saya gak berhak tahu. Kalau begitu saya akan tanya sendiri kepada Devie"
"Non Devie pasti tidak mau cerita"
"Kenapa?"
Pak Sugi jadi bingung antara menceritakan atau tidak. Agak lama berpikir akhirnya beliau bicara sesuatu.
"Tuan, saya akan cerita tapi tolong jangan bicara kalau tahu dari saya" kata Pak Sugi pelan.
"Pak Sugi tenang saja. Saya bukan orang yang begitu"
"Tadi Non Winda memberitahu Non Devie kalau sebenarnya..."
Fandi merasa ingin tahu.
"...Non Devie bukan anak Tuan Besar dan Nyonya Besar" lanjut Pak Sugi pelan.
Fandi terkejut.
"Apa benar, Pak?"
"Ya. Saya sudah lama ikut di sini jadi hal itu memang benar. Dulu ada Tutik yang jadi pembantu di sini. Dia masih sangat muda. Umur 19 tahunan. Menikah dan mengandung tapi saya tidak pernah melihat suaminya. Singkat cerita dia meninggal karena melahirkan Non Devie jadi Non Devie diangkat anak. Tuan Besar dan Nyonya Besar rela sibuk untuk mengurus surat kelahiran Non Devie. Katanya mau disahkan secara hukum"
Fandi berpikir.
"Astaga" pikir Fandi pelan.
Akhirnya Fandi pulang dan sudah ada di dalam mobil. Fandi coba telepon Devie.
"Dear, kamu ke mana? Misalnya gue tanya sama teman dekatnya nanti ketahuan kalau Devie ada masalah dan pergi dari rumah. Dia gak senang kalau masalah pribadinya diketahui orang lain bahkan temannya" pikir Fandi pelan.
Nomor Devie tidak aktif karena mailbox.
"Sebenarnya kamu di mana? Kenapa kamu memutuskan aku?" pikir Fandi sedih.
Winda masih menggerutu di dalam kamar. Sangat kesal dengan papa dan mamanya.
"Apa sebenarnya aku juga bukan anak kandung papa dan mama?" pikir Winda kesal.
Akhirnya Winda mengambil handphone dan chat di kedua sahabatnya. Silvia dan Novita.
Winda : Gue punya masalah
Silvia belum merespon.
"Pasti masih membantu mamanya" pikir Winda pelan.
Novita : Lo kenapa?
Winda : Novi, gue bisa telepon lo? Lo gak sedang bersama Miki, bukan?
Novita : Kebetulan gue di rumah. Miki di tempat mamanya. Kenapa? Ayo telepon
Winda telepon Novita dan Novita menerima. Winda langsung menggerutu kesal menceritakan masalahnya.
"Apa? Kak Fandi serius pacaran dengan kakak lo?" tanya Novita dengan merasa tidak percaya.
"Ternyata begitu. Lo tahu, bukan? Gue..."
Winda terus marah tanpa berhenti dan Novita mendengarkan dengan sabar. Dua jam Winda menggerutu.
"Lo sabar. Tenang dulu. Jangan begitu sama kakak lo. Namanya saja saling cinta. Susah dipisahkan, Win"
"Gimana dengan gue? Gue juga suka Kak Fandi" kata Winda kesal.
"Kakak lo sampai kabur dari rumah karena lo. Ayolah, Win. Lo jangan jahat dengan kakak lo"
"Gue juga bodoh. Kenapa gue gak peka dengan sinyal dari mereka? Kalau gue lebih peka setidaknya mereka gak pacaran" kata Winda mengutuk dirinya.
"Lo yakin begitu?" tanya Novita hati-hati.
"Yakin. Gue bisa mencegah"
"Astaga" pikir Novita.
"Kak Devie sangat baik dengan lo. Dia sering berkorban terhadap lo. Masa lo gak mau kakak lo bahagia dengan cowok yang disukainya?"
"Gak tahu. Pokoknya gue gak terima" kata Winda dengan mengerutkan dahi.
Sekian lama akhirnya mereka mengakhiri telepon. Novita melihat ada beberapa chat dan telepon tak terjawab dari Miki.
"Ada telepon" pikir Novita.
Novita telepon Miki. Mike bersiul dengan berjalan menuju dapur. Dia dari kamarnya dan melewati kamar Miki yang pintu sedikit terbuka.
"Kenapa dengan Winda?"
Seketika Mike berhenti bersiul dan berjalan karena terdengar Miki yang menyebut nama Winda. Akhirnya Mike melihat Miki yang ternyata saling telepon dengan seseorang. Mike berjalan mendekat menuju kamar Miki.
"Oh...begitu. Gak apa apa. Aku cuma berpikir kamu di mana? Gimana akhirnya Winda?"
"Marah, kesal dan cerita tanpa henti. Aku sudah memberitahu kalau gak boleh begitu. Winda jadi sosok yang jahat untuk kakaknya"
"Oh...begitu. Kasihan juga. Dia berharap sekali dengan cowok itu tapi namanya perasaan gak bisa dipaksa"
"Winda kenapa?" pikir Mike.
Akhirnya Mike tidak menghiraukan dan berjalan pergi.
"Bukan urusan gue lagi" pikir Mike nyengir.
Keesokan harinya. Winda tidak sarapan. Langsung pergi ke sekolah. Winda dengan kedua orang tuanya masih bersitegang. Jam istirahat. Winda masih cerita dengan Silvia dan Novita. Sebelumnya Silvia minta maaf karena belum sempat merespon Winda. Akhirnya Novita yang cerita tentang masalah Winda.
"Lo gak pernah tahu rasanya jadi gue, Novi" kata Winda dengan mengerutkan dahi.
"Ya. Memang gue gak pernah tahu rasanya jadi lo tapi setidaknya gue gak jadi jahat cuma karena cinta"
"Gue gak jahat. Gue cuma mau berjuang untuk cinta gue"
"Sil, menurut lo gimana? Bukankah benar saran gue?"
Silvia berpikir.
semangat💪