sudah jatuh tertimpa tangga, itulah istilah yang tepat bagi nasib Ridho seorang pemuda miskin.
Baru beberapa hari di tinggal mati ayah nya Intan sang kekasih memutuskan hubungan cinta mereka, dan memilih kawin dengan pemuda kaya dari kota.
Dalam kehancuran hati nya, Ridho pergi ke kota, membawa peruntungan nasib nya.
Di kota, takdir membawa nya harus menikahi Anastasya seorang dara cantik, namun sangat angkuh dan arogan.
Anastasya yang tidak menyukai Ridho, berusaha menyingkirkan pemuda itu dari kehidupan nya.
Disaat hati Ridho mulai putus asa, muncul Rita yang memberi nya semangat hidup dan bangkit kembali.
Namun di saat Ridho dan Rita mulai akrab, justru benih cinta mulai bersemi di hati Anastasya.
Bagai mana Ridho mengatasi kedua nya?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alvinoor, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pacaran Setelah Menikah.
Mendengar ancaman dari Anastasya itu, mau tidak mau Ridho bergidik juga, bagai mana jika malam saat dia tidur, dia lalu dibius, dan perut nya di belah, ginjal nya di keluarkan, usus nya di beset beset, jantung nya di copot, mata nya di korek, hiiii!, Ridho bergidik ngeri.
" Kenapa?" tanya Anastasya.
" Ah enggak apa apa!" jawab Ridho menghindar.
"Sekarang bersiaplah, ganti baju mu, antarkan aku" titah Anastasya.
"Kemana?" ....
"Nyari handphone, handphone ku kau pecah kan" tuduh Anastasya ringan.
"Lhoo kok aku yang disalah kan, yang melempar tadi siapa?" elak Ridho.
"Ya, lantas kenapa tidak kau tangkap?" tanya Anastasya tidak ingin disalah kan.
"Ogah!, memang nya aku atlit bisbol?, bukan nya handphone mu yang ku tangkap, yang ada kepala ku yang bocor, benar dugaan ku, kau memang sakit, kau psikopat kejam" tukas Ridho.
"Lagi lagi kau menghina ku, mengatai ku macam macam, padahal aku sudah mau mengalah lho" kata Anastasya dengan raut wajah sedih.
Ridho menggelengkan kepala nya, "benar benar sakit nih orang, bentar bentar marah, bentar bentar ramah, bentar bentar nangis, bentar ketawa" batin nya.
"Iya deh, maaf, aku akan bersiap sekarang" ujar Ridho.
Saat Ridho mengganti pakaian nya, Anastasya juga kembali merias tubuh nya, kali ini riasan yang serius dengan pakaian baju kaos serta celana jeans seperti Ridho juga.
"Ayolah, tetapi kau yang menyopir mobil nya, aku takut mobil mewah, ntar kesenggol tembok aku tidak mampu mengganti nya" ujar Ridho jujur.
"Bukan pakai Mobil, tetapi pakai Motor mu!" kata Anastasya.
"Bagai mana jika diam diam kau gorok leher ku dari belakang?" tanya Ridho ragu ragu.
"Kau selalu menilai aku sejahat itu, sebenar nya yang jahat itu siapa?, aku apa kau?, aku sudah berusaha baik, kau yang masih saja jahat kepada ku, aku berusaha mempercayai ucapan mu meskipun akal ku menolak nya, tetapi kau tetap mencurigai ku" ucap Anastasya sedih.
Tidak ingin memperpanjang persoalan, Ridho akhirnya mengalah.
Jadilah sekarang mereka melaju di jalan raya berdua mengendarai Motor Ridho.
Anastasya yang duduk di belakang, memeluk erat pinggang Ridho dengan kedua tangan nya, sementara dagu nya dia letakan di ceruk leher anak muda itu.
Di toko handphone terbesar di ibu kota, Anastasya membeli dua buah handphone terbaru dengan merek dan tipe yang sama.
Lalu di sebuah toko pakaian, dia kembali membeli dua buah jaket dengan motif kembar yang langsung dia pakai di tempat itu, begitu juga dengan Ridho, dia suruh mengenakan di tempat itu juga.
"Nah sekarang kita kopelan celana sama, baju kaos sama, jaket sana, sampai handphone juga sama" kata Anastasya riang.
Ridho tidak lagi berani membantah nya, karena semua yang dilakukan gadis itu, diluar jangkauan nalarnya.
"Apakah sekarang kita pulang?" tanya Ridho.
"Tidak!, aku ingin membawa mu ke taman kota di pinggir kali" ujar Anastasya lagi.
Kedua nya segera menuju tempat yang di tunjukan oleh gadis itu.
Sebuah taman kota yang cukup besar serta terawat dengan baik, dengan lampu yang banyak menerangi tempat itu.
Di taman itu banyak muda mudi berakhir pekan, menikmati malam Minggu yang panjang.
Setelah Ridho memarkirkan Motor nya, Anastasya mengajak nya berjalan kearah pinggiran kali.
Kali ini dengan tanpa canggung lagi, Anastasya menggandeng tangan Ridho, seperti muda mudi lain nya.
Sambil menikmati kacang rebus yang dijajakan orang, Anastasya mengajak Ridho duduk di bangku menghadap kearah kali.
Di seberang kali, nampak lampu lampu berkerlap Kerlip indah.
"Kau pernah kesini Do?" tanya Anastasya.
"Tidak!, kau rupanya yang sering kesini!" pancing Ridho.
"Tidak!, aku tahu tempat ini dari Devi sahabat sekaligus asisten ku di rumah sakit, tetapi baru kali ini sempat kesini, ini dinamakan kan orang Taman jodoh, karena semua yang ketempat ini adalah pasangan yang sedang pacaran, itu pula alasan aku tidak pernah ketempat ini, meski aku ingin, aku kan jomblo sejati" akui Anastasya.
"Tetapi kita tidak pacaran Tasya!" kata Ridho.
"Apa salah nya kita mencoba dari awal lagi?, mencoba saling memahami, membuang perbedaan diantara kita, bicara dari hati kehati, apakah kita ingin seperti ini saja selama nya?" tanya Anastasya.
"Aku tidak bisa berkata apapun juga, semua cacian mu dulu benar adanya, aku pemuda bodoh, tolol, kampungan, miskin, tak ada yang pantas di bangga kan, kamu seperti seorang putri yang duduk diatas kursi kebesaran, sedang aku rakyat jelata" sahut Ridho.
"Tetapi kita sudah menikah, mau bagai mana lagi, lagi pula semua yang sudah ku jaga, ku persiapkan untuk suami ku, sudah kau curi semua, kita tidak mungkin terjebak dalam situasi ini selama nya kan, hanya ada dua pilihan, merubuhkan nya, atau mempertahan kan nya, semua terserah kepada kita" ucap Anastasya.
"Aku ingin kita menyudahi sandiwara kebodohan kita ini, lalu berjalan menentukan langkah kita masing masing" Ridho menatap lampu yang berkerlap diseberang kali.
"Tetapi aku tidak!, aku tidak pernah membayangkan hidup menjadi janda diusia muda, kau mudah berkata akhiri, tetapi aku yang merasakan sakit nya" kata Anastasya.
"Aku tidak bisa menjanjikan apa pun juga" kata Ridho.
Anastasya menatap kearah nya, "apa karena ada gadis lain yang lebih dahulu menghuni hati mu?" tanya nya.
Ridho Dian tidak menanggapi ucapan Anastasya. Hingga gadis itu memegang wajah nya dan menarik nya agar menghadap kepada nya.
"Siapa dia, siapa gadis itu?" tanya nya lagi.
"Dia sudah pergi menjalani takdir hidup nya, pergi bersama kedatangan mu saat itu, semua sudah menjadi kenangan, tidak perlu di ungkit ungkit lagi" jawab Ridho.
"Siapa nama nya?" Anastasya memegang tangan Ridho erat, telapak tangan nya terasa dingin.
"Umi Habibah putri Kiai Rahmad, tetapi itu dulu, sejak saat kau datang, aku sudah menjadi aib bagi kampung dalam" jawab Ridho.
"Maafkan aku!, aku yang salah" baru kali ini kata maaf keluar dari mulut gadis ini.
"Tidak!, tidak!, kau tidak salah Tasya, ini hanya permainan takdir saja, tidak ada yang pantas disalahkan, semua sudah kehendak sang maha kuasa, bila aku menyalahkan kamu, berarti aku menyalahkan si pengatur takdir sehingga ini terjadi" jawab Ridho.
"Aku tidak mengerti apa yang kau maksudkan Takdir itu?" tanya Anastasya.
"Takdir adalah kisah hidup mahluk Tuhan, bila di Dunia film ada yang nama nya skenario, maka di alam ketuhanan ada yang nama nya Takdir, yaitu kisah hidup mahluk yang sudah diatur dan di tentukan oleh sang maha pencipta, tidak ada siapapun yang bisa merubah takdir sesuatu, meski dengan doa sekalipun, kalau pun berubah karena doa, itu juga bagian dari takdir, tidak ada sesuatu pun yang keluar dari lautan takdir nya Allah" kata Ridho menjelaskan.
"Kakek sangat menyayangi mu, pantesan, pendalaman ilmu agama mu cukup dalam" Anastasya meraih tangan Ridho, meletakan didada nya, "seperti nya aku mulai menyukai mu" ....
"Seperti nya kita memang harus berjalan di jalan ini, kita memang seharus nya membiasakan diri menerima takdir kita ini" Ridho meraih tubuh Anastasya kedalam rangkulan nya.
"Begitu besar kah cinta mu kepada nya?, sehingga dalam doa malam mu pun kau mendoakan kan dia?" tanya Anastasya meremas tangan Ridho, seolah dia ingin Ridho tahu, seperti itulah hatinya, sakit seperti di remas remas orang, mengetahui suami nya justru menyimpan hati nya untuk gadis lain.
"Kenapa? Kau marah? ....
Anastasya menggelengkan kepalanya, "tidak!, tidak ada hak aku marah kepada masa lalu mu, cuma hati ku merasa pedih seperti di iris iris, kau tahu? Aku tipe orang tidak dapat berbagi pada siapapun masalah harta pribadi ku, mungkin aku terlalu jealous" ....
"Tetapi aku masih takut pada mu" Ridho menatap kearah Anastasya, pas saat gadis itu menatap kearah nya.
"Takut apa?" ....
"Kau psikopat, aku takut malam malam kau bunuh aku" ungkap Ridho jujur.
Mata mereka beradu tatap, begitu indah, begitu cantik, mungkin melebihi artis artis Korea.
"Aku tidak memakan mu" ujar Anastasya sambil tertawa renyah.
"Kenapa kau tidak memaki ku lagi?" tanya Ridho.
"Aku lelah memaki mu, kamu tidak bakalan berubah juga, aku tipe orang yang selalu ingin di istimewa kan, di utama kan, di nomor satu kan, mungkin kebiasaan semenjak lahir karena selalu mendapat kemanjaan dari keluarga, kau tahu? Aku putri termuda dari keluarga Mangandara, konon kata mereka tercantik juga, sehingga berbagai kemanjaan dan kasih sayang kudapatkan, hal itu membentuk watak keras dan egois ku, maafin aku ya" Anastasya menyandarkan tubuh nya didada Ridho.
"Tidak ada yang perlu di maafkan, karena semua yang kau katakan itu benar ada nya, aku terlahir dengan takdir tanpa mengenal kasih sayang ibu, karena menurut ayah, ibu ku meninggal sebelum usia ku dua tahun, sehingga sedikitpun tidak ada kenangan seperti apa wajah ibu ku, dan ayah ku baru beberapa bulan yang lalu juga meninggal karena kangker paru, aku juga tidak memiliki kerabat satu pun, aku sendirian berjalan di muka Bumi ini, kadang aku bertanya pada Tuhan, untuk apa aku terlahir kedunia ini, aku kenyang disakiti, di caci maki, sehingga bagi ku itu sudah hal yang biasa" ....
Anastasya mempererat pelukan nya pada anak muda yang kini sudah menjadi suami nya itu.
"Kita akan berdamai dengan takdir kan?" tanya nya lirih.
"Ya, kita akan mencoba berdamai dengan takdir kita" jawab Ridho.
...****************...
Saya mending berbayar tapi nyaman bacanya, drpd keseringan iklan seperti ini.