Ciara Anstasya, wanita berusia 27. merantau demi kesembuhan emntalnya, dari luar jawa sampai akhirnya hanya sebatas luar kota.
di tempat kerja barunya ini, dia bertemu orang-orang baik dan juga seorang pria bernama Chandra. satu-satunya pria yang selalu mengikutinya dan menggodanya.
"Berbagilah, kamu tidak sendirian sekarang"
kalimat yang pernah dia katakan pada Cia, mampu membuat hati Cia berdebar. namun, tiba-tiba rasa insecure Cia muncul tiba-tiba.
mampukah Chandra meredam rasa insecure yang Cia alami? dan menjalin hubungan lebih jauh denganya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ningxi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ketenangan sementara
Satu minggu setelah pertemuan Cia dan Celine. Seharusnya Cia menemui Celin besok saat libur, tapi ternyata tante Celine sedang ada urusan di luar negeri bersama om Bima, sehingga pertemuannya harus di batalkan. Entah sampai kapan beliau ada di sana. Cia hanya menikmati waktunya yang menurutnya cukup tenang karena masalahnya dengan Sandra yang berhubungan dengan Chandra mulai mereda.
"pacar barunya" kata Riko saat melihat Sandra turun dari sebuah mobil.
"syukur banget deh Bang Ko, lega hati kecil Cia kalau gini mah" Cia nampak senang dengan apa yang di ucapkan Riko. Pantas saja satu minggu ini Sandra sangat tenang, wajah judesnya tidak terlihat. Dia lebih rama pada karyawan lain.
"mending manggil aku Riko lagi deh Ci. Bangko-bangko apaan dah?" kesal Riko.
"katanya aku adekmu, sebagai adek yang baik harus manggil abang dong" Riko hanya melirik Cia yang berucap seperti itu.
"iya abang aja nggak usah Bangko segala Ci. Nggak enak di dengernya" Riko berjalan lebih dulu untuk melakukan pekerjaanya.
Cia tersenyum melihat Riko yang sudah berjalan jauh di depannya. Memang benar jika darah lebih kental dari pada air, tapi air lebih bersih dari pada darah. Tapi tergantung asal airnya dari mana.
"lagi ngapain?" tanya Doni di belakang Chandra yang melamun di meja bartender.
"Gue bingung sama perasaanku sendiri don" jawab Chandra masih tetap dengan wajah melamunnya.
"emangnya kenapa sama perasaanmu bang?" tanya Doni bingung. Dia masih nyaman dengan panggilan Bang yang di tirunya dari Riko.
Chandra melambaikan tangannya agar Doni lebih mendekat ke arahnya.
"Keliatan banget kan kalau aku tertarik sama Cia?" Doni menganggukan kepalanya mendengar pertanyaan Chandra.
"tapi kemarin Cia bilang kalau cuma penasaran mending berhenti aja. Kok rasanya ngena banget di hatiku gitu". Lanjut Chandra dengan pelan.
"Coba pastikan lagi bang, gimana sebenarnya perasaanmu sama Cia? Bener kata Cia, kalau abang cuman sebatas tertarik karena penasaran kan kasian sama Cia nya" kata Doni yang kebetulan otaknya hari ini rada bener.
"aku pria dewasa Don, aku nggak gila buat main-main hanya karena penasaran. Aku emang pingin nikah sama tuh anak tapi belum berani soalnya aku belum bisa mastiin perasaanku ini cinta atau obsesi" Pandangan Chandra lurus menatap Cia yang baru selesai membersihkan meja dengan kain lap di tangannya.
Chandra memutuskan untuk bercerita sama Ibunya saja nanti. Dia masih bimbang apa yang harus di lakukannya karena Cia selalu ragu dengan tindakannya. Ya memang dia suka menggoda sehingga membuat Cia bingung mana yang serius dan mana yang bercanda. Dan alasan utama Chandra yang membuatnya masih ragu adalah masalah dengan masa lalunya yang belum dia selesaikan. Dia tidak mau memulai sesuatu yang baru di saat dia belum selesai dengan masa lalunya.
"Buruan kamu selesaikan masalah dengan masa lalumu Chan. Sudah terlalu lama kamu membiarkannya begitu saja. Dia selalu mengganggumu saat ingin berhubungan dengan orang baru. Mama sudah turun tangan membantumu kali ini, awas saja kalau dia berani menghancurkan usaha mama yang sudah jalan seperempat ini"
Voice note yang di kirim mamanya membuat Chandra semakin yakin dengan apa yang harus dia lakukan selanjutnya. Dia sudah mantap dengan hati dan keputusannya. Di lihatnya lagi Cia yang berbincang dengan Riko, dan Chandra tidak perlu khawatir lagi dengan Sandra karena wanita itu sudah memiliki pacar baru sehingga tidak mungkin mengganggu Cia lagi, ya meskipun Chandra yakin hal itu tidak akan bertahan lama. Paling tidak cukup untuk dirinya menyelesaikan masalahnya.
"Ci, kamu benci sama pria yang kayak gimana?" tanya Riko tiba-tiba. Mereka berdua berdiri melihat para pelanggan yang sudah mulai menikmati pesanan mereka.
"emang kenapa? mau mencoba memantaskan diri untukku?" tanya Cia. Matanya melirik Riko dengan malas.
"nggak ya, kan udah aku bilang, kalau kamu udah seperti adek buatku yang anak tunggal ini" kesal Riko karena jawaban Cia suka kadang-kadang emang.
"terlalu gede kalau aku yang jadi adek bang Ko"
"anggap aja anak kembar kita Ci. Udah jawab aja kenapa sih, susah amat" Riko semakin kesal karena Cia tidak mau menjawab pertanyaannya.
"ya lagian tumben aja tanya hal seperti itu. Nih ya, aku benci sama cowok yang nggak bisa menjaga ucapannya. Apalagi emosinya dan nafsunya. Ku rasa semua perempuan juga tidak menyukai hal itu sih" jelas Cia yang menurut Riko itu memang benar. Semua perempuan pasti tidak menyukainya.
"aku emang nggak pernah pacaran bang Ko. Tapi aku nggak menutup mata dari dunia luar yang sudah semakin gila. Aku nggak pernah di sakiti seorang pria karena berpacaran, tapi aku sering kecewa karena mereka mendekat hanya sebatas penasaran. Meskipun aku udah tau tujuan mereka dari awal, tapi tetep aja kecewa" jelas Cia pelan dengan kepala yang mendekat ke arah Riko.
"jika kamu tau itu bisa mengecewakanmu, kenapa kamu meresponnya dari awal Ci?" tanya Riko dengan penasaran.
"entahlah, mungkin aku juga penasaran sejauh mana mereka akan melakukannya?" Cia tersenyum saat mengatakan itu.
"Lain kali jangan sperti itu Ci, jika kamu tau mereka hanya penasaran, berhentilah" ucap Riko dengan wajah seriusnya.
"aku heran deh bang Ko. Kenapa sih harus penasaran pada hal-hal yang nggak penting? Kan banyak tuh yang rasa penasarannya cuman sebatas, sesulit apa sih perempuan ini di dapatkan? Padahal kalian bisa penasaran dengan perjalan hidup mereka yang lebih banyak pelajarannya" Cia merasa Riko pasti bisa menjawab. Dia juga pasti pernah mengalami itu.
"Sebenarnya aku juga penasaran Ci, soalnya gue juga pernah jadi bajingan seperti yang kamu sebutin tadi" Riko mulai menyesali perbuatannya dulu.
"Sudah ku duga" ucap Cia dengan senyum mengejek ke arah Riko. Riko menatap Cia dengan wajah kesalnya.
"Bukannya perempuan juga banyak yang seperti itu ya? Nyatanya pria ataupun wanita sama saja bang Ko. Mereka yang pernah tersakiti akan saling menyalahkan. Hanya orang legowo yang menerima semua rasa sakitnya, dan orang baik yang nggak akan mengumbar keburukan orang lain. Beda lagi kalau udah psikopat atau main kekerasan ya, kalau itu wajib di publik agar yang lain bisa waspada saat ketemu orangnya. Biar bisa masuk penjara juga sih" Cia melanjutkan ucapannya.
"kamu benar sih Ci. Seperti perselingkuhan yang seharusnya kedua belah pihak di salahkan. Ini yang di salahkan pasti kebanyakan perempuannya. Padahal yang namanya selingkuh kan pasti karena sama-sama mau ya" Riko jadi sadar saat mengatakan itu. Kenapa ya kalau selingkuh gitu yang di salahkan perempuannya? Seperti om-om yang menyewa LC, kenapa yang di salahin cuma LC nya? Pekerjaannya emang salah, tapi kan suaminya juga salah. Udah punya istri masih jajan di luar.
Cia hanya tersenyum mendengar ucapan Riko. Ujungnya juga orang yang nggak mau di salahkan akan memutar fakta atau mencari alasan untuk menyalahkan pihak lain agar dirinya aman.
"Panas banget ya, AC mati kayaknya ini" sindir Doni yang mengibas-ngibaskan tangannya seolah kepanasan. Padahal dia melihat Chandra yang sudah melotot menatap Cia dan Riko di ujung ruangan. Karena Riko dan Cia berdiri sangat dekat.
.
Keesokan harinya Cia merasa canggung karena berdiri di samping Sandra.
"Santai aja Ci" ucap Sandra.
"iya kak" Cia tersenyum menatap Sandra.
Gimana bisa santai kalau selama ini dia selalu membuat masalah, terakhir kali menghancurkan bunganya yang telah dia rawat seperti anak sendiri. Dan dengan tanpa merasa bersalah bilang begitu? Memang muka tembok tuh beda ya.
"Ci?" panggil Chandra dengan tangan yang melambai agar Cia berjalan ke arahnya.
"aku istirahat dulu kak" pamit Cia dengan sopan. Meskipun ngeselin kan tetap aja kalau di tempat kerja dia senior Cia. Sandra hanya mengangguk pelan.
Cia berjalan di belakang Chandra menuju ke ruang karyawan untuk istirahat. Chandra memberikan susu kotak yang di belinya tadi pagi ke pada Cia.
"Makasih mas" ucap Cia saat menerima susu strawberry dari Chandra.
"ngobrol apa kemarin sama Riko?" tanya Chandra yang sudah duduk di samping Cia.
"banyak mas, tanya aja sama Riko, panjang soalnya kalau cerita, Cia malas" Cia mengatakannya dengan tersenyum.
Chandra hanya menatap Cia yang duduk di sampingnya. Dia memutar tubuhnya untuk menatap Cia lebih lama.
Chandra sudah yakin dengan perasaanya, tapi dia harus hati-hati untuk mendekati Cia. Cia bukan perempuan yang mudah percaya dengan ucapan para pria.
"kenapa mas?" tanya Cia saat sadar jika Chandra menatapnya sangat tajam.
"tidak apa Ci, hanya sedang berfikir" tatapannya tak beralik sedikitpun dari Cia.
Ting...
Suara pesan di ponselnya membuat Cia buru-buru membukanya. Ternyata pesan dari Zara.
"kak? Sabtu nanti Zara nginep di kos kakak ya?"
"boleh Ra. Tapi izin dulu sama mama papa"
"sudah kok kak. Kata mama nggak apa"
"baiklah. Kakak tunggu Ra"
"ok kak. Bye bye"
Chandra menatap Cia yang tersenyum kecil saat selesai membalas pesan di ponselnya. Dia hanya diam karena menahan agar tidak bertanya dari mana asal pesan itu, karena itu bisa membuat Cia berfikir jika dirinya orang yang terlalu ikut campur dalam urusannya padahal bukan siapa-siapa.
"kamu suka sama pria yang seperti apa Ci?" tanya Chandra.
Cia menoleh ke arah Chandra. Kenapa para pria hari tiba-tiba bertanya hal aneh sih?
"kenapa mas? Mau memantaskan diri?" tanya Cia sama seperti jawabannya ke Riko kemarin.
"mas hanya ingin tau dan jika ada yang kurang biar mas bisa perbaiki" Chandra sangat serius tidak seperti biasanya yang suka menggoda Cia.
"aku mau menjawab yang bertanggung jawab, tapi masalahnya semua orang wajib memiliki tanggung jawab dalam hidupnya. Cia rasa seorang pria yang tidak melakukan kekerasan, tidak selingkuh, bukan pemabuk ataupun penjudi, yang mau bekerja, dan buka orang yang suka berkata kasar" jelas Cia.
"sepertinya mas sudah cocok Ci" jawab Chandra.
"menurut mas memang sudah sesuai, tapi kan Cia nggak tau, mas Chandra beneran seperti itu atau enggak. Jaman sekarang banyak orang yang manipulatif mas. Terbongkar semua keburukannya setelah menikah, itu yang membuat Cia susah percaya sama mas Chandra selama ini. Karena mas Chandra baiknya keterlaluan" Cia mengatakannya tanpa ragu. Lebih baik jujur saja dulu.
"kamu tidak salah Ci, karena kamu perempuan baik jadi harus hati-hati" ucap Chandra.
"aku nggak sebaik itu kok mas" Cia tersenyum saat mengatakannya.
Mereka berdua mulai terdiam, sama-sama hanyut dalam pikirannya masing-masing. Cia yang ragu dengan keyakinannya jika Chandra hanya penasaran. Dan Chandra yang mulai tau apa yang di takutkan Cia, jadi kedepannya dia bisa mengatur langkah untuk mendekati Cia dengan sungguh-sungguh.
Mereka berpisah tanpa mengatakan apapun lagi saat waktu istirahat sudah habis, dan di gantikan karyawan lain yang istirahat. Keduanya sama-sama memikirkan apa yang harus di lakukan ke depannya. Cia kembali sibuk menyambut pelanggan yang datang dan Chandra membuat kopi yang di pesan para pelanggan sehingga membuat mereka lupa dengan pikiran mereka untuk sementara.
.
.
...****************...