NovelToon NovelToon
Petals Of Greedy

Petals Of Greedy

Status: tamat
Genre:Romantis / Tamat / Cintapertama / Reinkarnasi / Epik Petualangan / Perperangan / Masalah Pertumbuhan
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Fadly Abdul f

Ini merupakan cerita kelanjutan, pelengkap ending untuk cerita Pelahap Tangisan dan baca cerita pertamanya sebelum cerita ini.

Di sebuah kota terdapat seorang gadis, dia dikaruniai keluarga beserta kekasih dan hidup selayaknya gadis remaja. Hidupnya berubah drastis dikarenakan kekasihnya meninggal sewaktu tengah bekerja, disebabkan itu Widia sangatlah terpukul akan apa yang terjadi dan tidak sanggup menerimanya. Dalam keadaan kehilangan arah, tiba-tiba saja boneka yang diberikan kekasihnya hidup dan memberitahu jikalau jiwa kekasihnya masih bisa tinggal di dunia.

Dengan harapan itu, Widia memulai perjalanan untuk mewujudkan apa yang diinginkannya. Akankah Widia mampu mengembalikan nyawa kekasihnya? Yuk! Ikuti petualangan Widia untuk merebut kembali sang pujaan hatinya. Tetap ikuti dan dukung cerita ini!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fadly Abdul f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

24

Bab 24 Petals of Greedy

Widia membuka peta menjumpai markas divisi utamanya anti-penyihir ada di beberapa daerah dekat perbatasan, dengan begitu dia bisa memasuki hitungan daerah asalkan mereka tidak melewati batas tertentu. Sebuah desa yang dipenuhi jiwa, Widia merinding memikirkan hantu-hantu berkeliaran terbang tanpa memijak tanah.

"Maira, memangnya bagaimana tujuanmu?" Tanya kakek Adiira, Ardi menoleh kepada Destyn yang menyerupai cucunya. "Membunuhku sebelum mendapatkan kembali Viana merupakan langkah yang tepat, karena mau sebajingan apa putraku, dia tetaplah anakku..." ucap Ardi.

"Entah mengapa tujuan balas dendam saya meredup dan sudah menghilang sepenuhnya. Pada akhirnya, penyesalan saya, tidak memberikan putri satu-satunya kasih sayang dan fokus bekerja dengan alasan mengumpulkan uang supaya dia bisa melanjutkan hidup dengan tanpa susah-payah..." ujar Maira.

Ardi menghentikan langkahnya, menoleh kepada Destyn ini berkata, "jangan bilang jiwamu ini mendambakan supaya memberikan seorang anak kasih sayang bapak?"

Maira tidak membantah kata-kata yang dilontarkan Ardi memberikan jawaban secara tidak langsung, membenarkan kata-kata Ardi. Tanpa bertanya lebih lanjut lagi mereka menginjakkan kaki disebuah desa. Maira yang awalnya kaget segera menenangkan diri, sementara mata Ardi menjelajahi desa kosong dengan agak gelisah.

Widia sama sekali tidak mampu memahami yang mereka pandang, karena penglihatannya tidak menunjukan hal-hal aneh atau menakjubkan. Beralih pada Diani, malah gadis itu merinding kengerian dan bersembunyi di belakang punggungnya. Pada akhirnya hanya Widia yang tidak memahami situasi dan merasakan kalau dikucilkan.

"Mereka berpura-pura tidak me...lihat kita..."

"Ardi?"

Tiba-tiba kalimatnya Ardi perlahan-lahan menghilang, dia sudah menyangka apa yang dilihatnya, namun persiapan hatinya justru membunuhnya. Kesusahan menahan mata berair, dia menjumpai seorang gadis berambut hijau gelap sedang memperhatikannya dari kejauhan. Dengan ekspresi lembut serta nyamannya seorang ibu yang khas.

"Viana..."

"Pada akhirnya, dewa juga gak bisa mengontrol apa yang hasrat kita mau. Seharusnya aku merawat kamu dan ngebantu kamu supaya takdirmu berubah, tapi perasaan yang aku mau, bukan menginginkan menjadi seorang ibu tapi jadi seorang gadis yang dicintai seseorang.." ungkap Viana menghampiri mereka semua, sambil dia berbicara.

Ardi yang menahan lisannya sedari tadi berteriak, "jikalau kau tidak pergi, mengapa kau tidak kembali padaku?! Harusnya kau berada di sisiku selalu!"

"Nyatanya kamu bahagia, 'kan tanpa aku juga..." Katanya.

Maira menatap dengan tidak percaya pada Viana, dalam waktu singkat dia mendekati gadis ini dan memeluknya. Tidak seperti Ardi yang meluapkan emosinya sekaligus. Dia membelai putrinya, memberikan dekapan hangatnya untuk pertama kalinya meskipun sudah cukup terlambat.

Widia yang tidak mengerti, meminjam penglihatan Maira dan mulai mengetahui situasinya. Tidak lama setelah keduanya tenang. Mereka menemui jiwa-jiwa yang mulai mendapatkan wujud fisik mereka, Adiira mengetahui jika dewa tidak bersungguh-sungguh dan melawannya, setelah memperoleh kemenangan ia mengurus dunia ini.

Viana menjelaskan bahwa Adiira bolak-balik dari zaman ini ke zaman mereka dahulu. Dengan kekuatan yang didapatkannya dari bunga keserakahan, jiwa mengubah keinginan mereka, tanpa diatur oleh dewa dan memulai perubahan tujuan mereka ada di dunia. Murni sebab itulah yang dimau jiwa Destyn mereka, dengan sejatinya.

"Tapi efeknya, akses alam kematian tertutup, jadinya jiwa seperti kami yang berubah tujuan menjadi sesuatu mahkluk yang lain... itu teori cucumu..." ungkapnya.

"Mahkluk yang diantara kematian dan kehidupan?" Tanya Diani, menggebrak meja.

Viana menganggukkan kepala pelan, "betul. Jadi, jangan menghancurkan meja rumahku."

Diani tersenyum masam sambil menundukkan kepalanya dan mendongak menatap Viana. Widia hanya diberikan sebuah buku, catatan yang ada di dalamnya mengatakan, separuh jiwa yang mewakili angan-angan Adiira mustahil dipulihkan. Dia hanya tau satu cara, yaitu memberikan tunjangan dengan jiwa lain selaku tindakan alternatifnya.

Seperti yang dilakukannya sekarang bersama Maira atau dengan jiwa yang lain. Viana berkomentar, "lagian Adiira kebanyakan mengoper jiwanya ke berbagai tubuh. Jangan heran kalau jiwanya rusak, jadi harus ada sebuah pendukung jiwa rapuh Adiira sekarang, Widia dan Diani."

"... gitu, ya?"

"Dengan kata lain, Adiira melemah dan bakalan jadi kabar bagus buat dewa. Nanti ada masa mereka ingin menghancurkan dunia ini," ucap Viana.

Papan permainan takdir yang setengah mempermainkan manusia, tidak disukai Adiira. Karena itu dia menghancurkan permainan dengan mengacaukan pion, lalu tidak membiarkan dewa mengakses dunia ini serta dunia Diani. Dengan keberadaan bunga keserakahan, yang sampai sekarang tiada yang tahu entitas bunga itu.

"Dari penglihatan masa depan. Sepertinya 'kan ada invasi dunia lain dan itu bakalan jadi cerita lain kali," kata Viana.

"Lalu apa yang akan kau lakukan?" Tanya Ardi.

Selepas itu semua jiwa-jiwa Destyn dikembalikan menuju keluarga asli mereka, dengan tubuh boneka semirip Maira. Garis waktu pula diubah menjadi sedemikian rupa. Destyn sejak awal tidak ada, sekarang hanya keluarga Adiira saja yang merupakan sebuah anomali planet bumi mereka dan kehadiran Diani selaku sekutu dunia mereka.

***

Pada tahun-tahun mendatang sesuatu pusaran di lautan tercipta, memuntahkan mahkluk asing dan kumpulan benda-benda asing. Dunia dikejutkan dengan dunia yang memiliki peradaban sama seperti mereka, dengan penghuni dengan ras yang mirip seperti manusia, dalam kebingungan itu kedua dunia seperti saling bertetangga.

Kedua dunia saling bahu-membahu untuk bertahan pada akhir yang tidak diinginkan. Tetapi dibalik itu semua, selalu ada mahkluk yang tidak ingin sesuatu dibawah kekuasaannya bertindak sesuka mereka. Pada waktunya kedua dunia mengalami bencana, disitulah awal dari yang baru, keturunan yang dianugerahi bunga keserakahan unjuk gigi tersenyum menatap para dewa.

"Nah.. lu bakal kunamai Candrasa aja," ucap pemuda itu.

Pemuda berambut cokelat dengan mata merah muda ini mengangkat pedangnya ke angkasa, matanya penuh semangat masa muda, bersama kegigihan yang tampak akan selalu menyertainya. Remaja itu menyeringai tipis, menoleh ke belakang mendapati sekawanan bangkai monster yang sudah dia bunuh sebelumnya tergeletak.

Dia kini berjalan ke sungai dan mencuci pedang sekaligus membasuh muka. Dengan helaan napas, mendongak menatap angkasa, sebuah portal seperti pusaran air ada di angkasa memuntahkan berbagai mahkluk yang seperti di belakangnya. Zaman yang damai telah usai. Bersama pemikiran seperti itu, pemuda menyarungkan pedang dan memungut ransel berisi persediaan bertahan hidup.

"Kira-kira apa yang nungguin aku didalem situ? Kayaknya bakalan asyik, deh!" Ungkapnya.

Langkahnya cukup pelan. Dia memperhatikan pedangnya yang ditempeli sebuah kelopak bunga, kadangkala kelopak bunga bersinar dalam gelap, memberikan dirinya sebuah kekuatan ajaib buat memusnahkan para makhluk yang menjajah dunianya. Seketika dia terhenti. Sebuah mahkluk menatapnya dari kegelapan hutan, dua matanya berfokus pada pedang pemuda itu, dia seperti ketakutan.

Pemuda menyeringai tipis sambil berkata, "nah gw nggak peduli kakek izinin bawa nih pedang atau kagak. Yang pasti, nih barang udah jadi milikku!"

Pupil matanya itu dipenuhi cahaya membara. Ketamakan telah menelan dirinya, yang jiwa hasratnya inginkan sekarang, membunuh dan mendapatkan kekuatan lebih sampai dia menjadi yang terkuat. Kelopak bunga keserakahan itu telah memakan jiwanya perlahan-lahan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!