Jia Andrea selama lima tahun ini harus bersabar dengan dijadikan babu dirumah keluarga suaminya.
Jia tak pernah diberi nafkah sepeser pun karena semua uang gaji suaminya diberikan pada Ibu mertuanya.
Tapi semua kebutuhan keluarga itu tetap harus ditanggung oleh Jia yang tidak berkerja sama sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon rishalin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 32
Rangga berjalan menyusuri jalanan sambil membawa berkas untuk melamar pekerjaan.
"Ck, kemana lagi harus cari kerja. Sial banget, kenapa sudah sekali mencari pekerjaan." Ucap Rangga seraya menendang kerikil yang ada di jalanan.
"Ada kerjaan juga cuma kuli bangunan." Lanjutnya lagi seraya melanjutkan perjalanannya.
Krucukkk... Krucukkk...
Rangga memegang perutnya yang terasa lapar. Kejadian tadi pagi membat dirinya tidak jadi sarapan dan harus menahan laparnya.
"Aduh perut ku. Magh ku pasti kambuh ini." Gumamnya lagi yang masih memegang perutnya.
"Rangga ya?" Tanya seseorang yang baru saja berhenti di depan Rangga.
Rangga menoleh ke arah orang tersebut dan menatapnya dengan penuh tanya.
"Aku Farhan. Teman SMA kamu dulu. Masa lupa sih?" Ucap orang tersebut yang ternyata Farhan teman SMAnya.
Rangga melototkan matanya terkejut akan kedatangan Farhan.
"Oh Farhan, apa kabar kamu? Bukankah kamu pindah ke Sukabumi ya? Kok bisa ada di sini?" Ucap Rangga penuh pertanyaan.
"Dua hari yang lalu aku dipindah tugaskan ke sini. Jadi ya sekalian aku mengurus berkas untuk menetap di sini. Beruntungnya aku di pindahkan ke kota kelahiran aku, tidak kecabang perusahaan lainnya." Jawab Farhan.
"Kamu kerja di mana emang? Udah sukses sepertinya kamu." Ucap Rangga memuji Farhan.
"Hehe Alhamdulillah Ga, aku di terima di perusahaan besar. Dan aku baru saja di angkat jadi manager keuangan di perusahaan ku. Tapi ya aku harus di pindah tugaskan kesini." Jawaban Farhan membuat Rangga sedikit terkejut.
"Wahhh hebat kamu ya. Aku gak menyangka kalau kamu yang dulunya pendiam kini malah jadi sukses." Ucap Rangga seraya menepuk bahu Farhan.
"Alhamdulillah Ga, mungkin sudah rejeki ku." Jawab Farhan seraya mengukir senyum.
Kini Farhan menatap Rangga dengan tatapan penuh tanya.
"Kamu kenapa Ga? Kok bawa-bawa berkas seperti ini. Kamu mau melamar pekerjaan?" Tanya Farhan yang di angguki Rangga lemas.
"2 minggu yang lalu aku baru saja di pecat Han, dan sekarang mau ingin melamar pekerjaan tapi di tolak terus." Jawaban Rangga membuat Farhan merasa kasihan.
"Kalau di pecatnya karena kamu yang bermasalah ya bakalan susah untuk melamar pekerjaan, Ga. Diperusahaan aku juga gitu. Mereka akan mencari tau alasan kamu berhenti dari perusahaan sebelumnya." Ucap Farhan memberi pengertian kepada Rangga.
"Emang kamu kerja di perusahaan mana sih, Han?" Tanya Rangga penasaran.
"Di JJ Company Ga. Aku di pindah tugaskan kesini karena akan ada manager keuangan cabang perusahaan di kota ini akan di pecat. Karena pihak pusat mengetahui kalau beliau memakai uang kantor untuk kepentingan pribadi. Dan katanya sih hari ini akan di survei langsung oleh anak pemilik perusahaan." Jawaban Farhan berhasil membuat Rangga membulatkan matanya.
"Kamu tahu siapa nama manager itu?" Tanya Rangga semakin penasaran.
Farhan menggelengkan kepalanya.
"Aku belum begitu tau sama pekerjaan yang ada di perusahaan cabang kota ini. Kenapa emang?" Jawab Farhan seraya bertanya.
Rangga menggelengkan kepalanya. Mungkin orang itu bukan yang ia pikirkan.
"Ya sudah kalau gitu aku mau melanjutkan perjalananku ke kantor." Pamit Farhan yang di angguki oleh Rangga.
Rangga menatap kepergian Farhan yang menggunakan motor sport yang terbilang mahal.
Sepeninggalan Farhan, kini Rangga masih berjalan menyusuri jalanan dengan menahan laparnya. Dia benar-benar lelah sedari pagi melamar kerjaan kemana-mana tapi selalu di tolak.
"Sial!! Gara-gara masalah itu, aku jadi kesulitan untuk mencari kerja." Gumam Rangga yang sebenarnya merasa sedikit menyesal.
Tinnn.... Tinnn....
Sebuah mobil tiba-tiba mengklakson dan berhenti tepat di hadapan Rangga.
Jio yang turun dari mobil itu mendapat tatapan nyalang dari Rangga.
"Ngapain kamu kesini?" Tanya Rangga dengan nada sinis.
Jio tersenyum tipis saat melihat keadaan Rangga.
"Ini tempat umum, kenapa tidak boleh di kunjungi oleh orang lain selain anda Mas Rangga?" Tanya Jio tengil yang membuat Rangga terdiam.
"For your information saja nih ya. Aku kesini karena berencana untuk datang ke rumah mu, tapi berhubung kita bertemu di sini. Jadi aku tidak perlu repot-repot untuk mendatangi rumah mu." Lanjut Jio yang membuat Rangga kebingungan.
"Ngapain kamu, mau datang ke rumah ku hah? Kurang puas kau membuat keluarga ku berantakan seperti ini?" Tanya Rangga dengan nada jengkelnya.
Jio tersenyum penuh arti pada Rangga. Sebenarnya dia merasa iba melihat kondisi Rangga. Tapi itu harus menjadi pelajaran untuk hidup Rangga.
"Ada sesuatu yang mau aku bicarakan. Tapi sebelumnya apa boleh aku bertanya?" Ucapan Jio membuat Rangga menatapnya dengan tatapan aneh.
"Kamu udah makan apa belum? Wajahmu terlihat pucat sekali. Kamu sakit?" Tanya Jio pelan.
Rangga menggelengkan kepalanya. Dia memegang perutnya yang memang terasa perih.
"Kita singgah dulu di rumah makan itu mau nggak?" Tanya Jio pada Rangga.
Rangga menoleh ke arah rumah makan yang di tunjuk oleh Jio.
"Kamu mau menghina ku? Tanpa kamu aku juga mampu untuk membeli makanan yang lezat bahkan lebih mewah dari makanan dirumah makan itu. Jadi gak usah sok peduli sama aku." Ucap Rangga yang masih mempertahankan sifat angkuhnya.
Jio hanya bisa menggelengkan kepala setelah mendengar ucapan Rangga.
"Kalau gak mau ya udah. Aku gak memaksa. Tapi tunggu sebentar." Jawab Jio seraya mengedipkan bahu.
Jio berjalan menuju mobilnya, dia kembali dengan membawa beberapa berkas yang akan dia berikan pada Rangga.
"Itu catatan tanggungan pajak mobil yang sudah kamu dan adikmu tunggak. Di situ sudah tertera nominal serta berapa denda yang harus kamu bayar." Ucap Jio pada Rangga yang membuat Rangga kembali membulatkan matanya.
Dia menerima berkas pemberian Jio, lalu dibacanya dengan seksama.
"Apa-apaan ini, biasanya Jia yang bayar pajak mobil itu kenapa dia gak membayar sampai segini banyaknya? Lagian kan mobil itu sekarang sudah berada di tangan kalian. Kenapa pula harus aku yang menanggungnya?" Jawab Rangga tidak terima.
Jio menatap ke Rangga dengan kedua alis terangkat.
"Kenapa harus Jia yang bayar? Sedangkan mobil itu adik kamu yang pakai?" Tanya Jio pada Rangga.
Rangga yang mendengar pertanyaan Jio pun mendadak gugup.
"Karena waktu membeli mobil itu, mobil itu atas nama Jia. Jadi sudah seharusnya yang membayar pajak itu Jia." Jawab Rangga gugup.
"Jadi mobil itu atas nama Jia?" Tanya Jio memastikan dan di angguki oleh Rangga.
"Jadi aku gak peduli kalau pihak pajak nagih pembayaran itu. Kan itu sudah kewajiban Jia." Jawab Rangga enteng.
Jio mengangguk saat mendengar jawaban Rangga.
"Gak apa-apa sih, tapi seharusnya kamu ingat kalau saat Jia membeli mobil itu, dia menggunakan alamat rumah kamu. So, siap-siap saja kedatangan tamu terhormat yang akan menagih biaya pajak itu." Jawab Jio santai.
"Kalau begitu, saya permisi." Lanjut Jio seraya merebut kembali berkas tersebut dan pergi meninggalkan Rangga yang terdiam tak berkutik.
Jio masuk ke dalam mobilnya lalu menyandarkan tubuhnya di kursi pengemudi.
"Huh, satu per satu aku sudah memiliki bukti yang kuat. Jadi kamu tinggal tunggu keputusan hakim saja Rangga." Gumam Jio, pria itu mematikan rekaman suara di HPnya dan menaruh HPnya di dasbor mobil.
**********
**********