Alyssa, seorang gadis dari keluarga sederhana, terpaksa menerima pernikahan dengan Arka, pewaris keluarga kaya raya, demi menyelamatkan keluarganya dari krisis keuangan. Arka, yang memiliki masa lalu kelam dengan cinta pertamanya, juga tidak menginginkan pernikahan ini. Namun, tuntutan keluarga dan strata sosial membuat keduanya tidak punya pilihan.
Dalam perjalanan pernikahan mereka yang dingin, muncul sebuah rahasia besar: Arka ternyata memiliki seorang anak dari cinta masa lalunya, yang selama ini ia sembunyikan. Konflik batin dan etika pun mencuat ketika Alyssa mengetahui rahasia itu, sementara ia mulai menyadari perasaannya yang kian berkembang pada Arka. Di sisi lain, bayangan cinta lama Arka kembali menghantui, membuat hubungan mereka semakin rapuh.
Dengan berbagai pergulatan emosi dan perbedaan kelas sosial, Alyssa dan Arka harus menemukan jalan untuk berdamai dengan masa lalu dan membuka hati, atau memilih berpisah dan meninggalkan luka yang tak terobati.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ansel 1, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pergulatan Batinku
Setiap hari, perasaan bimbang semakin menguasai Alyssa. Rasanya seperti berjalan di atas garis tipis antara cinta dan luka. Di satu sisi, ia ingin mendukung Arka sepenuh hati, ingin membuktikan bahwa ia adalah istri yang setia dan siap berdiri di sisinya. Namun di sisi lain, setiap kali ia ingat rahasia-rahasia dan masa lalu yang terus membayangi kehidupan mereka, Alyssa merasa dirinya terseret semakin dalam ke dalam kegelapan yang tidak ia pahami sepenuhnya.
Suatu pagi, Alyssa memandangi dirinya di cermin kamar, mencari tanda-tanda kekuatan yang dulu ia miliki sebelum pernikahan ini. Dulu, ia adalah seorang perempuan yang mandiri dan percaya diri, namun sekarang, ia merasa dirinya seakan-akan terjebak di tengah badai yang tak kunjung reda. Pandangan matanya yang dulu cerah kini terlihat lelah, penuh dengan pertanyaan dan kegelisahan.
Pikirannya melayang kembali ke masa lalu hari ketika pernikahan ini pertama kali diatur oleh keluarganya. Awalnya, ia merasa bahwa pernikahan dengan Arka adalah pengorbanan untuk keluarga, sesuatu yang ia lakukan untuk menyelamatkan mereka dari kesulitan keuangan. Namun, seiring berjalannya waktu, hati Alyssa perlahan mulai berubah, dan ia mendapati dirinya jatuh cinta pada sosok Arka. Tetapi, cinta itu juga datang dengan konsekuensi yang berat: menghadapi masa lalu suaminya yang penuh rahasia dan luka.
Di malam hari, ketika mereka berdua duduk di ruang keluarga, Alyssa merasa canggung untuk berbicara dengan Arka. Rasanya seperti ada dinding yang tak terlihat di antara mereka, meskipun mereka berada dalam ruangan yang sama. Alyssa ingin sekali membuka percakapan, ingin memberitahu Arka tentang perasaan bimbangnya, tetapi setiap kali ia hendak memulai, kata-kata itu terasa menyesakkan di tenggorokannya.
Arka, seakan menyadari kecanggungan itu, menatap Alyssa dengan pandangan penuh perhatian. "Alyssa, kau terlihat tidak tenang. Apa ada yang ingin kau bicarakan?"
Alyssa terdiam sejenak, mencoba menyusun kata-kata. "Arka, jujur saja, aku merasa… berat menjalani ini semua. Setiap hari, aku selalu berusaha memahami dan menerima masa lalumu, tetapi kadang-kadang aku merasa lelah."
Arka mengangguk, memahami apa yang sedang Alyssa rasakan. "Aku tahu ini tidak mudah untukmu. Aku pun merasa bersalah, Alyssa, karena membawa beban yang begitu berat ke dalam hidupmu. Tapi aku ingin kau tahu, aku benar-benar menghargai setiap pengorbananmu untuk mendukungku."
Kata-kata Arka membuat Alyssa sedikit tenang, tetapi perasaan bimbang itu tetap ada. "Arka, aku hanya ingin memastikan bahwa kita akan menghadapi ini bersama. Aku butuh kepastian bahwa tidak ada lagi rahasia antara kita. Karena semakin banyak yang aku ketahui, semakin sulit bagiku untuk merasa percaya."
Arka terdiam, lalu menggenggam tangan Alyssa dengan lembut. "Aku mengerti. Aku berjanji, Alyssa, aku akan berusaha lebih terbuka dan tidak akan menyembunyikan apa pun darimu lagi. Kau adalah bagian dari hidupku sekarang, dan aku tidak ingin membuatmu merasa terabaikan."
Malam itu, meski kata-kata Arka memberikan sedikit kelegaan, Alyssa tetap merasa ada yang mengganjal. Ia ingin percaya sepenuhnya, namun bayang-bayang masa lalu Arka yang kelam masih terus menghantui pikirannya. Alyssa pun semakin menyadari bahwa perjuangan ini bukan hanya soal Arka dan rahasianya, tetapi juga pergulatan dalam hatinya sendiri antara ingin bertahan dan melepaskan.
Sepanjang malam, Alyssa berusaha memejamkan mata, namun pikirannya terus berputar. Ia terjebak dalam dilema yang kian menyesakkan: bisakah ia mencintai dan mendukung Arka sepenuhnya dengan segala luka yang datang dari masa lalunya?
Keesokan harinya, Alyssa memutuskan untuk menghabiskan waktu sendirian di taman belakang rumah. Sinar matahari pagi menyinari wajahnya, membawa sedikit ketenangan, meskipun batinnya tetap gelisah. Di antara dedaunan yang bergoyang lembut, Alyssa memikirkan hidupnya yang berubah drastis sejak pernikahan ini. Ada cinta yang tumbuh di hatinya untuk Arka, tapi bersamaan dengan itu, ada juga rasa takut dan ketidakpastian yang terus menghantui.
Tiba-tiba, langkah kaki terdengar dari belakang, dan ketika ia menoleh, Arka telah berdiri di sana. Ia tampak ragu, namun ada kekhawatiran yang jelas di matanya.
"Alyssa, bolehkah aku duduk di sini?" tanyanya, menunjuk ke bangku kosong di sebelah Alyssa.
Alyssa mengangguk, dan Arka pun duduk di sampingnya. Mereka terdiam beberapa saat, hanya menikmati suasana pagi yang tenang. Namun, Alyssa tahu Arka punya sesuatu yang ingin dikatakan.
"Alyssa, aku... aku ingin meminta maaf padamu," ucap Arka pelan. "Aku tahu betapa sulitnya bagimu menjalani semua ini, dan aku tahu, mungkin, aku tidak memberikanmu cukup alasan untuk merasa aman."
Alyssa terdiam, mendengarkan kata-kata Arka yang tulus namun penuh dengan beban. Ia melihat raut wajah Arka yang menunduk, seakan sedang menahan sesuatu yang berat di dalam dirinya.
"Arka, aku hanya ingin tahu bahwa aku adalah bagian dari hidupmu, bukan hanya sekadar sosok yang ada untuk menutupi luka atau rahasia masa lalu," ujar Alyssa dengan suara pelan tapi tegas. "Aku ingin kita bisa saling percaya, meski itu berarti harus menghadapi kenyataan yang mungkin menyakitkan."
Arka menatap Alyssa dalam-dalam, lalu menarik napas panjang. "Kau benar. Selama ini, mungkin aku terlalu sibuk dengan caraku sendiri untuk melindungi rahasia, hingga aku lupa bahwa kau berhak mengetahui semuanya."
Alyssa merasa perasaan lega mulai menyelinap masuk, seiring dengan kejujuran yang mulai Arka tunjukkan. "Arka, aku di sini bukan hanya untuk menjadi istrimu secara nama, tapi juga sebagai temanmu, sebagai orang yang kau percayai. Kalau ada sesuatu yang harus kita hadapi bersama, aku ingin berada di sisimu."
Arka tampak terharu mendengar kata-kata Alyssa. Ia mengulurkan tangannya, lalu menggenggam tangan Alyssa dengan lembut. "Aku mengerti, Alyssa. Aku tidak akan membiarkanmu merasa sendiri lagi. Mulai hari ini, aku berjanji akan lebih terbuka padamu."
Keduanya pun duduk berdekatan dalam keheningan, merasakan kehangatan dari kebersamaan yang tumbuh di antara mereka, meskipun penuh dengan kerumitan. Alyssa merasakan harapan kecil tumbuh di hatinya. Mungkin, meskipun masa lalu Arka masih menimbulkan luka dan rasa takut, mereka bisa melewati semua itu bersama.
Namun, Alyssa tahu perjalanan mereka belum berakhir. Mereka masih harus menghadapi berbagai rintangan di depan. Bayangan masa lalu dan rahasia yang tersimpan belum sepenuhnya hilang, namun untuk pertama kalinya, Alyssa merasa bahwa ia dan Arka bisa melewati semuanya dengan syarat mereka tidak lagi menyembunyikan apa pun satu sama lain.
Dalam hatinya, Alyssa berjanji untuk tetap tegar, menghadapi masa depan dengan segala konsekuensinya. Sebab, cinta tidak hanya tentang kebahagiaan, tetapi juga tentang kesiapan untuk saling memahami dan menerima, meskipun itu berarti menanggung luka bersama.