My Mysterious Husband

Cklek !

Dengan cepat, Elf tampan tersebut membuka pintu utama villa tersebut. Tampak seorang dokter dengan beberapa orang asistennya mencoba menyapa suami pemilik hotel mewah itu.

" Halo tuan, saya dokter dari keluarga tuan Bernard" sapa si dokter pria yang mengenakan masker dengan kacamata berminus tebal.

Jave yang memiliki insting tajam itu, merasa ada yang aneh dengan dokter tersebut. Wajah tampannya terlihat mengernyitkan dahi. Tak berapa lama dokter itu memperkenalkan diri, akhirnya Jave mempersilahkan mereka masuk untuk memeriksa keadaan isterinya. Tentunya dengan pengawasan ketat darinya.

" Mm.. baik, sudah berapa lama anda tidak datang bulan nyonya?" tanya si dokter dengan ramah

" Aku tidak ingat pasti, sepertinya sudah dua bulan ini" jawab Ailyn lemah

" Bagaimana kalau anda cek dulu ya nyonya" ujar si dokter memberikan sebuah alat pengecek kehamilan yang biasa disebut dengan testpack.

Mendengar percakapan tersebut membuat Jave menghela napas panjang. Rasanya sangat tak mungkin jika Ailyn sampai mengandung anak darinya, karena mereka bukanlah mahluk yang sama.

Lagipula di dimensi asalnya, Elf wanita sekalipun tak akan bisa melahirkan anak, karena anak Elf hanya terlahir jika waktunya bertepatan dengan bulan sempurna. Mereka terlahir dari bubuk bintang saat bulan benar-benar bulat sempurna.

Ailyn pun merasa demikian, ia juga tak sampai mempercayai apa yang tengah dialaminya saat ini. Mengingat percakapannya yang lalu dengan Jave, mengenai anak pada (episode 13), sudah jelas sangat tak mungkin ini bisa terjadi.

Namun ia tetap menuruti apa kata dokter tersebut, untuk membuktikan kebenarannya. Dengan tubuh yang masih lemah, wanita berparas cantik itu mulai berjalan perlahan menuju kamar mandi dalam ruangan kamar villa tersebut. Ia menolak dibantu oleh siapapun, termasuk menolak bantuan dari suaminya.

Sambil menunggu Ailyn di dalam kamar mandi, Jave yang sedari tadi melihat ada yang aneh dari dokter tersebut pun mencoba bertanya hal yang ringan padanya.

" Sejak kapan kau melayani keluarga Bernard?" tanya Jave dengan tiba-tiba membuat si dokter menoleh ke arahnya

" Beberapa tahun belakangan ini, kami sudah saling kenal layaknya saudara hehe" ujar si dokter terkekeh canggung.

Terlihat jelas tetesan peluh yang mengalir dari pelipis wajahnya.

" Jika merasa panas, kau bisa membuka maskermu, santai saja disini tidak ada yang terserang flu" sahut Jave yang tengah duduk di kursi anyaman dalam ruang kamar tersebut sembari melipat kedua lengannya.

" Tidak perlu, saya sudah terbiasa dengan penampilan seperti ini" ujar si dokter beralasan.

Tak lama mereka berbincang, keluarlah Ailyn dari dalam kamar mandi, wajah nya masih terlihat pucat, dengan salah satu tangannya menggenggam erat testpack akurat, yang diberikan si dokter sebelum ia melakukan pengecekan sendiri.

Melihat kemunculan Ailyn dari dalam kamar mandi, membuat Jave serta orang-orang yang berada diruangan kamar tersebut segera beranjak dari tempat duduknya masing-masing.

Namun, belum sempat mereka menghampirinya, isteri dari Elf tampan tersebut seketika memejamkan kedua matanya dengan tubuh yang sudah ambruk, terbaring terkulai lemas diatas lantai kayu dalam kamar villa exotic tersebut.

Jave yang melihat hal itu langsung bergerak secepat kilat menghampiri isterinya. Lalu membaringkan nya kembali diatas ranjang. Ia sampai tak menyadari bahwa aksinya tersebut di lihat langsung oleh si dokter dan beberapa orang asistennya.

" Ai.. Ailyn.. " pemilik suara deep itu mencoba memanggil nama isterinya, sembari menepuk pelan wajah jelita yang tengah terpejam itu. Raut wajah tampan itu mendadak cemas, takut jika isterinya tidak bernapas, seperti yang terjadi sebelumnya.

Disela-sela ia menyadarkan isteri nya, Elf tampan tersebut teringat akan sesuatu. Sadar akan aksinya yang tidak terlihat seperti manusia itu, membuatnya menoleh ke arah dokter dan para asistennya.

Mereka terlihat tercengang melihat gerakan sekejap mata yang dilakukan oleh Elf tampan tersebut. Tidak ingin identitasnya diketahui, dengan cepat ia menjentik kan salah satu jemari tangannya. Membuat serbuk cahaya berjatuhan dari langit-langit atap ruangan kamar tersebut.

Hal itu pernah dilakukannya saat berada di pusat kebugaran dalam hotel mewah beberapa waktu yang lalu. Dalam sekejap saja mereka kembali melanjutkan pekerjaannya.

Si dokter mulai membantu memeriksa keadaan Ailyn yang masih terpejam itu. Ia sampai mengecek denyut nadi pada leher dan tangannya.

Raut kekhawatiran terlihat jelas dari balik masker dan kacamata tebalnya.

Beberapa saat setelah mengecek denyut nadi Ailyn, dokter tersebut pun menarik napas panjang lalu mengehembuskan nya perlahan. Ia segera memerintahkan asistennya untuk memasang selang infus pada sebelah tangan Ailyn.

Tak berapa lama kemudian si dokter pun pamit dengan meninggalkan dua orang asistennya untuk menjaga serta merawat Ailyn. Ia beralasan harus pergi ke tempat prakteknya kembali.

Sepeninggal si dokter dari villa tersebut, kedua asisten dokter pun mulai menjelaskan kepada Jave mengenai hasil testpack yang sempat terlempar tak jauh dari tempat Ailyn jatuh pingsan beberapa saat yang lalu.

Terlihat dengan jelas dua garis berwarna merah terang, yang menandakan bahwa kondisi Ailyn saat ini positif berbadan dua atau biasa disebut dengan hamil.

Mendengar penjelasan dari kedua asisten dokter tersebut, membuat netra hitam legam itu seketika membola. Ia gagal memahami situasi yang tengah terjadi saat ini.

Setelah meminta kedua asisten dokter tersebut keluar ruangan, Elf tampan yang merasa penasaran itu, mencoba menggunakan heal nya kembali untuk memulihkan keadaan Ailyn saat ini. Beberapa saat ia mentransfer sebagian energi penyembuhannya, tiba-tiba kedua matanya kembali membola.

Terlihat dengan jelas dari dalam perut Ailyn, tepatnya bagian kandungan nya, tampak setitik cahaya redup berwarna kebiruan yang tengah berputar dengan lamban.

" Tidak mungkin ! bagaimana ini bisa terjadi ?!"

gumam Jave keheranan.

°°°

Di dalam sebuah rumah tua yang tak terurus, tampak si dokter yang tengah duduk terengah mengatur napasnya. Sembari membuka masker serta kacamata tebal miliknya, ia melempar kedua benda tersebut diatas sofa usang dalam rumah tua yang ditinggalinya itu.

Tampak wajah tampan dengan netra grey yang terlihat gusar setelah melihat wajah Ailyn dari jarak yang sangat dekat. Hal itu membuat otaknya dipenuhi berbagai macam pertanyaan.

Namun, dibalik berbagai macam pertanyaan yang memenuhi pikirannya itu,hanya satu hal yang membuatnya hilang fokus. Paras wajah Ailyn yang begitu cantik, dalam sekejap mengingatkannya kembali pada sosok wanita yang sampai saat ini tak bisa hilang dari pikiran dan hatinya.

" Apa benar itu dirimu Angelina? mengapa aku tidak melihat matamu yang indah itu, yang kulihat hanya kebencian dari sorot mata yang mengerikan itu " gumam si dokter sembari melangkah gontai kearah ruang kamar rumah tua tersebut.

Kriieeeeet..

Dengan perlahan ia membuka pintu yang berderit karena sudah lama dimakan usia. Kini tepat dihadapannya, sudah ada sebuah peti mati dengan lambang keluarga Smith dibagian permukaannya.

Pemilik netra grey itu mulai membuka peti mati yang telah diambilnya beberapa jam yang lalu dari pemakaman keluarga, setelah ia kembali dari villa exotic, tempat dimana sepasang suami isteri unik tersebut menginap.

" Ternyata bukan ya, kau masih tetap setia menungguku disini" gumam si dokter memandang teduh sesuatu di dalam peti mati tersebut.

Tampak seonggok jasad wanita yang sudah menjadi tulang belulang, terbujur kaku di dalam peti mati tersebut.

" Tunggulah sebentar lagi, aku akan membawamu pergi dari sini, kita akan hidup bahagia di duniaku" ujar si dokter kembali bergumam sendiri.

Dengan perlahan ia meraih tulang belulang dari dalam peti mati tersebut lalu mengecupnya perlahan.