NovelToon NovelToon
ARGRAVEN

ARGRAVEN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis
Popularitas:3.8k
Nilai: 5
Nama Author: Eva

WARNING ⚠️

Mengandung beberapa adegan kekerasan yang mungkin dapat memicu atau menimbulkan rasa tidak nyaman bagi sebagian pembaca.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Eva, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

13. >>Simplistis

Simplistis [Terlalu disederhanakan]

***

"AZAAAAAB!"

"Heh, Vanna! Kamu mau kena azab, hah?"

Vanna langsung menoleh untuk melihat siapa yang menyela teriakannya.

"Ya ampun, Pa! gitu amat ngomongnya," cibir Vanna, lalu ia duduk lesehan di teras rumahnya sambil menghadap bunga yang mati dua hari setelah ia tanam.

"Terus apa azab-azab?" tanya Rio ikut duduk di sebelah anak semata wayangnya.

"Bunganya kena azab, Pa. Si Azab juga hilang!" jawab Vanna melas.

Rio mengernyitkan alisnya. "Kalau ngomong yang bener, jangan belibat."

"Huuuftt, Aza hilang, Papaaaaa. Udah hampir seminggu, eh udah seminggu malah dia nggak masuk kampus, terus di kontrakkannya juga nggak ada."

Rio jelas kaget, "kenapa baru ngomong sekarang? Kalau gitu cepat lapor polisi!" seru Rio.

"Masalahnya Aza belum dapat dipastikan kalau dia hilang atau diculik. Gimana kalau dia ke rumah kerabat jauhnya?"

"Aza setiap mau kemana-mana selalu bilang ke kamu dulu, 'kan?"

"Heem, tapi ini nggak, Pa."

"Fiks, Aza diculik." Rio langsung bangkit dari duduknya. Lalu masuk ke dalam rumahnya.

"Mau ngapain, Pa?"

"Kantor polisi!"

"Vanna ikuuut!!"

"Dasar anak, sukanya nguntit Papanya terus dari kecil," gumam Rio.

***

"Hallo cantik!"

"Gal, lo tau apa yang akhir-akhir ini dilakuin Raven?"

"Raven? Biasa buang sampah." Galva menjawab dengan benar, tetapi tetap ada yang dikurangi.

"Kok setiap gue mau ke rumahnya, selalu dilarang?"

Sialan! Raven menyusahkannya.

"Kok jawabnya gagu?"

"Ya, siapa tau aja Raven lagi ngepet, Dir! hahaha," jawab Galva dengan asal.

"Ckk, nggak guna tanya sama, lo!"

Tuuut...

"Nggak adek, nggak kakak! Sama aja nyebelin plus nakutin," gerutu Galva. "Lagian itu orang hidupnya buat dosa mulu!" lanjutnya menggerutu.

"Tobatlah waaaaahai manusiaaaa!!! eh, salah! insyaflah waaaaahai manusiaaaa bila-oemjiii hello! Raven ntuh sama gue beda Tuhan!"

"Aaiih pokoknya siapapun Tuhan dia, tetap harus insyaf!" monolog Galva.

"Kalau gue kasih tau ke Ludira kalau Raven jadi PHO dihubungan orang, bakal kacau pasti!" monolog Galva lagi. Ia lebih tau dan memahami siapa Ludira daripada Agraven.

***

Kali ini Agraven tidak membawa sampah koruptor, pelacur atau orangtua yang suka menyiksa anaknya. Namun, kali ini Raven membawa seorang gadis iblis berkedok wajah cantik ke rumahnya. Ia seorang gadis yang berhasil ia tipu daya oleh ketampanannya.

Bukan tanpa maksud Agraven ingin melenyapkannya, tetapi karena kebiasaan gadis tersebut yang suka memperdagangkan anak hasil penculikan ia bersama anak-anak buahnya.

"Rumah kamu bagus," puji gadis tersebut saat menaiki anak tangga dengan Agraven di sampingnya.

"Hm." Agraven hanya bergumam tidak minat.

"Sepi. Kamu tinggal sendirian di rumah segede gini?"

"Akan berdua."

Gadis tersebut merona atas jawaban Agraven. Ia kira dirinyalah satu orang lagi yang dimaksud Agraven. Namun, sayangnya itu hanyalah angan-angan yang tidak pernah tergapai olehnya.

Agraven membuka sebuah pintu ruangan yang biasa ia gunakan untuk memutilasi korbannya.

"Masuk!" Dengan cepat gadis tersebut menurut.

"Duduk!" Gadis cantik tersebut dengan senyuman manisnya mau mengikuti perintah Agraven.

"Kita mau ngapain?" tanyanya dengan binar bahagia.

"Nama?" Bukannya menjawab, Agraven justru bertanya nama.

"Oh, iya! Kita belum kenalan. Nama aku Senja," jawabnya sambil mengulurkan tangan berniat berkenalan. Namun, Agraven justru memberikan sebuah spidol dengan tinta merah kepada gadis tersebut.

"Ini untuk apa? Nama kamu siapa?"

"Tulis nama anda di sana!" Agraven menunjuk tembok di dekat pintu balkon. Di sana sudah banyak terdapat nama-nama korbannya.

Dengan kebingungan Senja mendekat ke arah tembok yang Agraven maksud. Ia memperhatikan nama-nama yang ditulis dengan tinta merah tersebut. Walau masih bingung, ia tetap menulis namanya.

Dewi Senjana.

Setelah selesai menulis namanya, ia kembali mendekati Agraven.

"Kenapa ada banyak nama di sana? Itu nama siapa?" tanya Senja dengan wajah kebingungan.

"Enggak perlu tau," jawab Agraven.

"Terus sekarang kita mau apa?" tanya Senja dengan malu-malu.

Agraven tersenyum miring. "Tiduran." Lagi-lagi Senja menurut patuh.

Dasar bodoh!

Melihat ketampanan Agraven yang belum pernah ia lihat sebelumnya membuat ia jatuh dan tunduk dengan apapun perintah laki-laki itu.

"Apapun bakal gue lakuin demi dapatin, lo. Sekali pun lo pake tubuh gue," batin Senja.

Agraven lagi-lagi tersenyum miring.

Ia berjalan menuju sebuah lemari tempat menyimpan barang-barang berharganya. Salah satu benda yang jarang ia gunakan, kali ini ia ambil.

Sebuah barbel.

Agraven membalikkan tubuhnya menghadap ke arah Rea. Gadis itu menatapnya bingung.

"Tangkap!"

Dugh

Karena terkejut dan tidak siap, beban barbel tersebut mengenai tepat di kening Senja dengan sangat keras. Darah segar langsung keluar dari keningnya. Gadis itu meringis kesakitan. Kepalanya pusing akibat terkena lemparan benda berat tersebut.

"Shhh, apa yang kamu lakukan? Sakit tau!" ringis Senja sambil menghapus darah yang mengalir dari keningnya.

"Pemanasan." Agraven terkekeh saat melihat lemparannya tepat sasaran.

"Pemanasan apa?"

"Kasian udah lama nggak dipakai," jawab Agraven. Ia kembali mengambil barbel-nya di samping Senja.

"Hadap ke belakang!" perintah Agraven. Senja semakin bingung. Ia belum paham kalau sedang berada di situasi berbahaya. Namun, gadis tersebut tetap menurut.

Dugh

"ΑΚΚΚΚΗΗΗΗ!"

Kepala Senja rasanya ingin pecah saat itu juga. Hidung dan telinganya langsung mengeluarkan darah. Akibat pukulan Agraven yang tidak main-main. Mungkin tengkorak kepala Senja retak atau bahkan pecah.

Gadis tersebut langsung jatuh tengkurap di kasur kamar tersebut. Ia ingin bergerak, tapi semuanya terasa kaku. Agraven menarik paksa tangan Senja hingga terlentang.

"Tambah cantik," puji AgRaven meremehkan.

"Berapa hasil jual satu anak?"

Tidak mendapat jawaban dari Senja membuat Agraven mendengus kasar.

Sreek

Baju Senja dengan mudah dirobek oleh Agraven. Tidak ada kagum atau keinginan untuk menyentuh, setelah melihat tubuh polos Senja.

"Punya Aza lebih bagus," gumamnya terkekeh saat mengingat kejadian tadi malam.

Blaze si pisau bercorak gagak kesayangannya langsung ia keluarkan dari sakunya.

Sreet

Darah Senja langsung menciprat ke wajah Agraven.

"Ckk, darahnya bau." Agraven lantas mengelap percikan darah di wajahnya.

Senja masih hidup. Ia ingin berteriak, tapi tidak sanggup.

Ckleek

Pintu ruangan tersebut tiba-tiba terbuka. Di sana menampilkan seorang Aza yang berdiri dengan wajah terkejut dan tubuh menegang.

Sialan!

Agraven lupa mengunci pintu kamarnya. Lihatlah sekarang, Aza justru berkeliaran.

"Ngapain?" tanya Agraven dengan intonasi yang sangat datar.

"K-kamu apain dia?" tanya Aza dengan suara yang terdengar bergetar.

Senja ingin meminta bantuan kepada Aza, tapi ia tidak bisa untuk sekedar mengangkat suara.

Agraven tidak merasa terganggu oleh kehadiran Aza. Ia justru tetap melakukan aktivitasnya yang sempat tertunda.

Mencabik-cabik perut Senja layaknya hewan.

Aza segera berlari mendekati Agraven. Tangan pria tersebut langsung ia tahan.

"Kak Agraven, jangan! Dia manusia! Kamu nggak berhak mengatur kematiannya!" teriak Aza sambil menangis.

"Lepas!" tekan Agraven.

Dengan cepat Aza menggeleng. "Enggak akan!"

"Jangan keras kepala!" sentak Agraven. Aza terkesiap mendengarnya.

Walau begitu, ia tetap keukeuh menahan tangan Agraven.

"AZANANTA!" bentak Agraven. Genggaman dari tangan Aza langsung terlepas.

Dengan kasar pria tersebut mendorong Aza menjauh. Hal itu membuat Aza terjerembab di lantai.

Melihat Agraven tidak berhenti menyiksa Senja, membuat Aza semakin yakin bahwa Agraven adalah seorang berjiwa psikopat.

Aza merasa pernah melihat hal yang serupa dengan adegan di hadapannya sekarang.

Kepalanya terasa sangat pusing. Melihat darah yang di mana-mana membuatnya mual.

"Kak ... cu-cukup!" lirih Aza.

Senja sudah beberapa menit yang lalu kehilangan detak jantungnya.

Bagaimana mau berdetak lagi, sedangkan jantungnya sudah Agraven keluarkan.

Setelah puas Agraven langsung tersenyum. Ia berbalik untuk melihat Aza. Gadis err wanitanya masih terduduk dengan wajah pasi. Tangannya sangat jelas gemetaran.

Ia berdiri, lalu masuk ke dalam kamar mandi yang terdapat di ruangan itu. Agraven membersihkan dirinya. Setelah selesai, ia langsung keluar.

Pria tersebut berjongkok di depan Aza. Namun, dengan cepat Aza beringsut mundur.

"Jangan ... aku mohon jangan!" racau Aza menunjuk Agraven.

"Ayo ke kamar," ajak Agraven kembali mendekati Aza.

Wanita tersebut menggeleng kuat. "Aza mau pulang!"

Tanpa aba-aba Agraven mengangkat tubuh lemas Aza. Wanita itu tidak menolak apalagi memberontak. Tubuhnya sangat lemas, oleh karena itu ia hanya diam saat Agraven mengangkat tubuhnya.

"Aza mau pulang hiks ...."

"Takut ... Aza takut ...."

"Aza takut, hiks."

Agraven hanya diam. Ia dapat merasakan gemetar tubuh Aza yang semakin menjadi. Pria tersebut sedikit menunduk untuk melihat wajah Aza.

Dapat ia lihat tangan Aza menggenggam erat baju yang dirinya pakai. Wajahnya juga ia sembunyikan di dadanya yang bidang.

Senyuman yang sangat tipis langsung terbit dari bibir Agraven.

"DEGEM KENAPAAAA?"

Sialan!

Teriakan dari Galva membuat Agraven menggeram kesal. Suaranya sungguh merusak.

"Diam!" balas Agraven mendelik kepada manusia yang sudah berada di hadapannya.

"Itu kena--"

Agraven langsung berlalu menuju kamarnya tanpa menunggu pertanyaan dari Galva. Tubuh Aza ia baringkan. Tidak ada pergerakan sedikitpun dari wanita tersebut.

"Pingsan," gumam Agraven.

Setelah membenarkan posisi Aza, pria tersebut kembali keluar untuk menemui Galva.

***

"SETAAAAAAN!!

"RAVEN ANAK DAKJAL! ADA SETAN DI RUANGAN ITU!"

To be continue......

Cuman mau ngingetin kalau cerita ARGRAVEN ini mengandung kekerasan, jadi kalau ada yang gak suka boleh di skip

1
Los Dol TV
Keren dan Inspiratif.... semoga sudi singgah ke Karyaku , Rindu Gugat
Neneng Dwi Nurhayati
ini cerita nya Agra sama Ara itu beda agama gmna Kak,
Neneng Dwi Nurhayati
double up kak
opiko
Sudah menunggu dengan tidak sabar lanjutan cerita selanjutnya! Teruslah berkarya, author!
Rosalie: udah up yah🤗
total 1 replies
Rakka
Jangan bikin saya penasaran thor, update secepat mungkin ya! 🙏😊
Rosalie: Silahkan follow akun ini buat dapetin update an terbaru dari cerita ARGRAVEN 🥰
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!