NovelToon NovelToon
[1] 5th Avenue Brotherhood

[1] 5th Avenue Brotherhood

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Kehidupan di Sekolah/Kampus
Popularitas:4.3k
Nilai: 5
Nama Author: BellaBiyah

5 anggota geng pembuli baru saja lulus SMP dan kini mereka berulah lagi di SMK!

Novel ini merupakan serial pertama dari "5th Avenue Brotherhood". 5th Avenue Brotherhood atau yang sering dikenal dengan FAB adalah geng motor yang terdiri dari 5 orang remaja dengan latar belakang yang berbeda-beda.

Jesika. Seorang gadis yang merupakan anak kandung dari kepala sekolah dan adik dari pendiri FAB itu sendiri. Sayangnya, Jesika tidak suka berteman sehingga tidak ada yang mengetahui latar belakang gadis ini, sampai-sampai para member FAB menjadikannya target bulian di sekolah.

Gimana keseruan ceritanya? Silakan baca sampai bab terakhir 🙆🏻‍♀️ update setiap hari Minggu

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon BellaBiyah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

6. Jauhin Wandra

"Kayaknya Toleh suka sama lo, Jes."

Jesika terdiam sejenak sembari mencium aroma obat di dalam ruangan UKS. Kembali terbayang detik-detik ciuman itu terjadi dan Toleh memeluknya sambil menangis. Toleh juga yang membawa Jesika ke UKS.

"Lo kalo ngomong jangan kayak orang idiot, Ci! Kalo didenger anak-anak FAB gimana?!" omel Jesika.

"Ya, dari awal lo jadi Mbles, anak-anak FAB ngebuli lo. Berusaha buat bikin lo kena masalah di sekolah. Tapi Toleh malah nggak ikutan. Padahal, pas dulu di SMP, gue inget banget. Toleh itu otaknya FAB. Semua kejahatan FAB dia yang rencanain, dia yang usulin. Tapi, kenapa sekarang FAB jadi nggak jelas. Mereka juga nggak ada rencana buat bikin lo menderita kayak gue dulu," oceh Cia yang disambut dengan rasa heran oleh Jesika.

"Mungkin karena mereka tau kalo gue ini anak Kepala Sekolah."

"Bukan gitu, Jes. Mereka nggak punya rencana soalnya si Toleh jadi pasif banget. Pendiam. Jadi mereka nggak punya ide!"

"Dia bukannya pendiam dari orok?" tanya Jesika.

"Nggak lah! Masa iya manekin masuk FAB. 5th Avenue Brotherhood cuma mau nerima psikopat!"

"Mulai kapan dia jadi pendiam?"

"Kayaknya semenjak Jenita meninggal. Toleh udah pacaran lama banget sama Jenita. Dari SD. Tapi mereka sering berantem jadi putus nyambung gitu deh. Toleh juga sering ikut balapan liar. Jenita nggak suka Toleh kayak gitu. Pas mereka berantem di jalan, Toleh bawa motor ngebut. Terus kecelakaan. Jenita meninggal di jalan pas mau dibawa ke rumah sakit."

"Lo tau dari mana? Apa lo ngarang aja? Atau lo cuma tau dari gosip-gosip doang?" tanya Jesika lagi.

"Jes! Gue itu Mbles mereka dari kelas 7 sampe lulus SMP. Ya gue denger mereka ngobrol langsung. Gue juga liat sendiri pas hari sesudah meninggalnya si Jenita, Toleh mendadak jadi pendiam, merenung, dia juga nggak mau deket-deket sama cewek. Kayaknya dia belum move on dari Jenita."

Jenita. Nama itu melekat di otak Jesika mulai saat ini.

Ya, gue juga mikirnya gitu sih. Apa jangan-jangan Toleh suka sama gue? Tapi kan kita baru kenal! Dia mau pesenin gue gojek, dia satu-satunya yang ga minta bawain tas ataupun nyuruh gue kerjain tugas, dia juga yang muncul entah dari mana tiba-tiba pasang badan pas gue mau disiram kakak kelas, dan dia ... dia nyium gue ... dia meluk gue! Dan dia gendong gue ke UKS. Padahal yang keseleo itu tangan gue! Bukan kaki! Gue bisa kok jalan sendiri ke UKS! Masa iya sih dia ngelakuin semua itu cuma karena nama gue mirip sama mantannya, Jesika dan Jenita. Masa cuma itu sih alasannya!

Jesika berkutat dengan pikirannya sendiri.

"Tapi aneh juga sih. Nama lo mirip sama mantannya Toleh. Tanggal lahir lo juga sama ama dia. Tapi muka kalian beda. Lo nggak punya kembaran kan, Jes?" tanya Cia.

"Ya ga lah! Gue anak kedua dari dua bersaudara. Gue punya abang!" tegas Jesika.

Terdiam sejenak dan membuat hening.

"OOOOHHHHH!! GUE TAUUUUUUU!" teriak Jesika membuat Cia terkejut. "Gue tau, Ci! Jenita Alora! Itu sepupu gue, Anjir! Kita lahir barengan. Nyokap gue sama tante waktu itu ngelahirin bareng! Makanya nama kita dibikin mirip! Jenita meninggal kecelakaan, dia sekolah di SMP SUKAMANDI! IYA ITU SEPUPU GUE!"

"Seriusan?!" pekik Cia.

"Iya, Jenita yang suka pink-pink gitu kan? Gue nggak terlalu deket sih sama sepupu. Soalnya gue nggak suka temenan," ucap Jesika.

"Iya lagi. Bener! Jenita suka pink! Toleh itu sukanya cewek yang manja centil norak gitu! Kayak si Jenita."

SUKA CEWEK MANJA CENTIL?!

***

Di markas 5th Avenue Brotherhood jam 15:14 WIB.

"Lo gila ya, Leh?! Ngapain lo gendong Jesika ke UKS? Lo tau kan kalo dia itu Mbels! Lo mau jatohin harga diri FAB?!" omel Haris.

"Mungkin karena Jesika keseleo. Kan cuma Toleh yang ada di situ, Jesika juga anaknya kepala sekolah, nggak mungkin Toleh biarin. Kalo dibirain, yang ada makin hancur reputasi FAB," bela Zaki.

"Ya biarin aja! Pura-pura nggak liat kan bisa!"

"Masalahnya, kan kepala sekolah yang kasih hukuman mereka buat bersihin halaman belakang sekolah. Ya kalo Jesika kenapa-kenapa, pastinya Toleh yang pertama dicari. Kalo Toleh jawab nggak tau, ya aneh dong. Jesika bisa aja ngarang cerita dan bilang Toleh yang bikin dia keseleo. Lo tau sendiri Jesika kayak gimana."

"Lagian, ini semua salah lo juga, Ris. Ngapain lo jadiin Jesika Mbels? Bukannya cari tau dulu dia siapa. Sekarang jadi ribet kan urusannya? Anak-anak lain jadi nggak ada takutnya sama kita. Gegara sekarang malah si Jesika yang suka gangguin kita. Bukan kita yang gangguin dia," omel Angga.

"Udahlah, nggak usah ributin gituan. Kalo dilihat-lihat Jesika cantik juga kok." Kalimat Wandra membuat semua rekannya menoleh dan menatap heran.

Angga tersenyum. "Jangan bilang kalo lo mau pacarin Jesika?"

Wandra ikut tersenyum. "Mantan gue baru 49 sih, mau digenapin jadi 50."

"Gilak!" ejek Angga

***

Hari berikutnya di sekolah.

"Dateng pagi lo?" ejek Zaki pada Jesika yang baru masuk kelas di jam 5:20 WIB.

"Buat isi absen piket kelas aja sih. Kan tangan gue keseleo jadi nggak bisa bersih-bersih. Gue nitip kelas ke lo aja ya," balas Jesika.

"Enak banget hidup lo! Lo kira bapak lo kepala sekolah?!"

"Lah emang."

"Ya—ya tapi lo itu Mbels!"

"Tapi tangan gue keseleo!"

"Cuma keseleo dikit!"

"Dikit apaan? Ini tangan gue dua-duanya nggak bisa digerakin! Kayaknya ntar selama pelajaran juga gue nggak bakalan nulis. Soalnya gue nggak bisa pegang pulpen!"

"Halah! Keseleo doang, lagak kayak patah tulang!"

Tiba-tiba mereka berdiam diri sebab kedatangan Toleh. Pria itu menaruh tas di bangkunya dan membuang sampah kelas. Mata Zaki dan Jesika melekat pada langkahnya. Hingga akhirnya Toleh benar-benar meninggalkan mereka berdua.

***

Jam pelajaran pertama hari ini adalah Bahasa Inggris sudah diisi dengan ....

"JESIKA KAMU NGGAK DENGAR SAYA NGOMONG APA?! SETIAP MATA PELAJARAN SAYA, KAMU DUDUK SEBANGKU DENGAN WANDRA! KAMU MAU NILAI NOL LAGI?! ATAU MAU SAYA LAPORKAN KE BAPAK KAMU SEMUA NILAI-NILAI TES HARIAN YANG DAPAT NOL SEMUA?!" teriak guru Bahasa Inggris.

Jesika dengan kesadaran penuh malah membaringkan kepalanya di atas meja tanpa peduli.

"Cia! Kamu tukar tempat duduk dengan Wandra!" perintah beliau.

Cia menurutinya dan Wandra berada di sebelah Jesika hari ini.

Dengan wajah kesal, Jesika menatap papan tulis.

15 menit berlalu, Jesika hanya berdiam diri dan membiarkan waktu berjalan. Ia hanya berbaring dan tidur di kelas karena tak bisa melakukan apapun dengan tangannya.

Bunyi hingar bingar jam istirahat membuat Jesika terbangun dengan Wandra yang masih duduk di sebelahnya.

"Nih rangkuman pelajaran hari ini. Kalo tangan lo udah sembuh, lo bisa salin." Wandra menggeser satu buah buku catatan ke atas meja Jesika.

"Makasih," jawab Jesika singkat.

Pria itu berlalu dengan penuh percaya diri. Saat Jesika hendak berdiri, ia menjatuhkan tasnya.

Sialan! Tangan lagi pengkor kayak gini malah jatoh segala ini tas. Gimana caranya gue benerin coba? Pake kaki?! Hah?! Atau nunggu Cia?

Hanya ada Toleh di dalam sana. Pria itu menutup wajahnya sambil tertidur di belakang Jesika.

Atau gue minta tolong Toleh?

Gadis itu berdiam diri sejenak. Toleh tiba-tiba berdiri dan Jesika masih menatapnya. Mata mereka bertemu. Toleh hendak berlalu namun langkahnya terhenti akibat sebuah tas menghalangi. Tanpa kata, ia mengambilnya dan menaruh di atas meja Jesika.

"Tol," panggil Jesika membuat pria itu menoleh padanya. "Makasih."

"Jauhin Wandra."

1
Iam-aam
Haris pawang ngadem
Iam-aam
tolol lo yg tolol bjir
Iam-aam
Berapa bang* kasar bjir le
Ciret
next kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!