Hasna Sandika Rayadinata mahasiswa 22 tahun tingkat akhir yang tengah berjuang menyelesaikan skripsinya harus dihadapkan dengan dosen pembimbing yang terkenal sulit dihadapi. Radian Nareen Dwilaga seorang dosen muda 29 tahun yang tampan namun terkenal killer lah yang menjadi pembimbing skripsi dari Hasna.
" Jangan harap kamu bisa menyelesaikan skripsi mu tepat waktu jika kau tidak melakukan dengan baik."
" Aku akan membuat mu jatuh hati padaku agar skripsi ku segera selesai."
Keinginan Hasna untuk segera menyelesaikan skripsi tepat waktu membuatnya menyusun rencana untuk mengambil hati sang dosen killer. Bukan tanpa alasan ia ingin segera lulus, semua itu karena dia ingin segera pergi dari rumah yang bukan lagi surga baginya dan lebih terasa seperti neraka.
Akankan Hasna berhasil menggambil hati sang dosen killer?
Atau malah Hansa yang terpaut hatinya terlebih dulu oleh sang dosen?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon IAS, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MHDK 15. Hatiku Bukan Milikmu
Hasna kembali ke apartemen setelah mengambil kuisioner nya. Namun saat berada di lobby, ia merasa dirinya diikuti. Hasna pun kembali keluar dari gedung apartemen dan mencegat taksi. Hasna meminta diantarkan ke kampus Universitas Nusantara.
Saat sudah turun Hasna berjalan cepat ke dalam kampus agar si penguntit tidak bisa menemukan jejaknya.
Hosh ... Hosh ... Hosh ...
" Sedang apa kamu disini."
" Astagfirullahhaladzim ... "
Hasna benar benar terkejut saat sebuah suara menyapanya. Ia bahkan sampai menjatuhkan tubuhnya ke lantai.
" Kamu kenapa Has?"
" Saya tadi seperti diikuti orang pak."
Ternyata orang yang menyapa Hasna adalah Radi. Radi pun mencoba melihat ke sekeliling namun ia tidak menemukan seseorang yang mencurigakan.
" Ayo ikut saya ke ruangan saya."
Hasna hanya bisa mengangguk lalu mengekor Radi yang lebih dulu berjalan.
Ceklek ... Brak ...
Hasna langsung duduk di kursi saat sampai di ruangan Radi. Ia menaruh tote bag besar yang berisi kuisioner di lantai. Radi yang melihat gurat ketakutan di wajah Hasna mengulurkan sebotol air mineral yang langsung diterima Hasna dan diminum oleh gadis itu.
" Sudah lebih tenang?"
" Sudah pak, terimakasih."
" Darimana kamu merasa bahwa kamu diikuti."
" Saat di lobby apartemen pak, saat itu juga saya tidak jadi masuk ke lift dan langsung keluar dari gedung apartemen."
Radi sejenak diam dengan cerita yang disampaikan Hasna. Sebenarnya siapa orang yang menguntit Hasna.
" Apakah kamu melihat wajahnya."
Hasna mencoba mengingat kembali ia merasa familiar namun tidak yakin.
" Sepertinya orang yang sama yang menekan bel di apartemen bapak. Tapi ... "
" Has, apa kamu punya musuh atau orang yang pernah berseteru dengan kamu?"
" Huft ... Seingat saya, saya tidak pernah punya musuh kecuali ibu tiri dan adik tiri saya pak."
Radi seketika terdiam, ia merasa keluarga Hasna bukanlah keluarga yang harmonis.
" Maaf jika pertanyaan saya sedikit pribadi, memangnya kemana ibu kamu?"
Hasna membuang nafasnya kasar. Ditanya mengenai ibunya berarti mengorek luka lama nya kembali.
"Mama saya sudah meninggal pak saat saya sedang orientasi siswa baru. Mama meninggal karena kecelakaan. Eh ... Emang nasib kali ya pak, tidak berselang lama papa saya bawa pulang wanita lain beserta anaknya. Papa saya mengenalkan mereka sebagi istri dan anaknya. Lha berarti selama ini papa saya udah selingkuhi mama saya. Wong anaknya udah gede. Sekarang umurnya kalo nggak salah 18 tahun."
Radi mendengarkan cerita Hasna dengan seksama. Ia menyimpulkan bahwa ada kemungkinan penguntit itu suruhan mama tiri Hasna. Tapi bisa juga merupakan musuh dia sendiri.
" Baiklah sementara ini saya juga akan tinggal di apartemen biar kamu aman."
Hasna langsung menengadahkan kepalanya melihat wajah sang dosen.
" Jangan mikir macam macam."
" Bukan pak, saya tidak berpikir macam macam. Saya malah mau berterima kasih. Ternyata selain Mang Jaja dan istrinya masih ada lagi orang yang baik sama saya."
Cessss ....
Hati Radi seperti di siram oleh es mendengar perkataan Hasna. Pria itu pun mengacak rambut Hasna.
Deg ...
Jantung Hasna seketika berdetak dengan kencang. Tangan besar dan halus itu terasa lembut menyentuh kepalanya. Seketika wajah Hasna merona. Perlakuan sederhana Radi membuatnya sedikit salah tingkah.
" Masih banyak orang yang baik di luar sana. Jangan selalu beranggapan semua orang itu buruk. Tapi tetap harus hati hati dan waspada."
Radi menjadi sedikit merasa kasihan dengan gadis itu. Ia membandingkan keluarganya dan keluarga Hasna, sungguh sangat berbeda.
" Jika kamu di keluargaku, kamu pasti tidak akan pernah merasa sendiri Has, eeeh .... Kok jadi ngomong gini."
" Ada apa pak."
" Eeh tidak tidak. Oh iya kamu tunggulah saya di sini. Saya masih ada satu kelas lagi, setelah itu mari pulang bersama."
Hasna mengangguk, ia sungguh bersyukur. Meskipun dosennya itu sangat disiplin tapi ternyata Radi adalah orang yang baik.
Radi pun keluar dari ruangannya. Di depan ruangan miliknya tiba tiba ia tersenyum simpul. Namun seketika ia menggelengkan kepalanya untuk mengusir pikiran pikiran anehnya. Kalau dipikir pikir selama ini ia tidak pernah bersikap lembut terhadap wanita manapun kecuali bunda dan Jani adik bungsunya. Namun dengan Hasna, Radi memiliki getaran aneh yang tidak bisa ia jelaskan.
" Entahlah ... "
🍀🍀🍀
Ckiiit ...
Priska memarkirkan mobilnya tepat di halaman rumahnya. Ia pun segera masuk ke rumah dengan berjalan cepat. Ia sedikit bernafas lega saat mobil Yudi belum terparkir di depan rumah.
" Selamat, oh iya aku harus segera mandi. Jangan sampai mas Yudi mencium bau pria lain di tubuhku."
Priska segera melempar tas nya di atas kasur lalu berlari menuju ke kamar mandi. Jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.la yang berarti sang suami sebentar lagi pulang. Namun rupanya tebakannya meleset. Samar samar Priska mendengar suara langkah kaki di dalma kamar, dan lambat tapi pasti pintu kamar mandi miliknya di buka.
" Pris, kamu lagi mandi."
" I-iya mas."
Bukannya keluar, Yudi malah masuk dan melepas semua pakaiannya hingga tubuh Yudi polos. Priska menelan saliva nya dengan susah payah. Meskipun Yudi sudah berusia 47 tahun tapi badan milik pria ini masih sangat bagus.
Yudi pun lalu masuk ke bath up menyusul Priska.
" M-mas, mau apa."
" Aku ingin mandi bersamamu. Apakah tidak boleh?"
" Ten-tentu saja boleh."
Priska seketika memekik saat tangan Yudi mulai menggerayangi dan memainkan bagian bagian sensitif miliknya. Menurut Priska, Yudi selalu luar biasa. Sangat jauh jika dibandingkan dengan Bardi. Yudi mulai menciumi bahu dan punggung Priska dengan terus memainkan tangannya. Hal tersebut membuat Priska membuka mulutnya dan menger*ng.
Priska sungguh bahagia dengan perlakuan lembut Yudi. Ia merasa tongkat ajaib Yudi mulai mengeras. Yudi pun mengangkat tubuh Priska dan mulai mengarahkan tongkat ajaibnya.
Slleeeep, akh... Priska memekik saat tongkat ajaib itu menerobos miliknya. Yudi pun mulai meminta Priska untuk melakukan apa yang harus dia lakukan.
" Ugh Mel ... Melati ... "
Deg ... Rasa bahagia yang tadi meliputi hati dan jiwanya seketika hancur lebur saat sang suami menyebut wanita lain ketika tengah bersamanya. Ada rasa kekecewaan yang luar biasa dalam diri Priska.
Seketika Priska pun terdiam. Yudi yang merasa Priska tak lagi bergerak langsung mengubah posisinya. Kini Yudi bermain dengan sedikit lebih keras dan kasar, tidak lagi lembut seperti tadi hingga ia mendapatkan pelepasannya.
" Terimakasih sudah memuaskan ku."
Yudi bangkit dari bath up dan menuju ke bawah shower untuk membersihkan tubuhnya. Sedangkan Priska, ia masih membeku di dalam bath up. Tanpa aba aba air matanya luruh. Bukannya bersimpati, Yudi malah sangat acuh melihat Priska menangis.
" Tidak usah menangis, kau tahu betul siapa aku. Semua ini bisa kau miliki, bahkan tubuhku juga. Tapi kau tau pasti hatiku tidak akan pernah jadi milikmu."
Brak ...
Yudi keluar dari kamar mandi dan menutup pintu nya dengan keras. Di dalam Priska masih menangis, wanita itu menangis sejadi jadinya.
" Kenapa mas ... Kenapa ... Kenapa kamu tidak bisa mencintaiku. Apa kurangnya aku mas ... Apa !! Mengapa kau tidak bisa memberikan hatimu untukku ... Hiks ... Hu ... Hu ...hu ..."
TBC