21++
sebagian cerita ada adegan panasnya ya.
harap bijak dalam membaca.
bocil skip aja. jangan maksa 😂😂
caera Anaya. rumah tangganya yang berakhir dengan perceraian karna penghiatan suami dan sahabatnya.
rasa sakit yang membuat hatinya membatu akan rasa cinta. tetapi ia bertemu dengan seorang lelaki dan selalu masuk dalam kehidupannya. membuat ia berfikir untuk memanfaatkan lelaki itu untuk membalas sakit hati pada mantan suaminya.
akankah caera dapat membalas sakit hatinya?
yuk ikuti karya pertama ku ya 🥰
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bennuarty, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
episode 31
ayah meminta caera membantunya di toko swalayan saja. memeriksa karyawan bekerja dengan baik bisa menghibur caera dari rasa penatnya memikirkan Arya.
ayah sudah pulang sedari tadi. caera memutuskan makan siang di toko. beberapa karyawan sedang asik makan siang di ruang belakang sambil menonton acara di televisi.
Dwi, Riska, dan Melly asik mengobrol. bergantian istirahat dengan 4 orang karyawan lain. gadis-gadis itu berkasak kusuk dan terkikik geli dengan apa yang mereka obrolkan.
caera menghampiri dan ikut duduk bersama mereka. tersenyum kepada ketiganya seraya membuka nasi bungkus makan siangnya, yang di belikan Ardi karyawan lelaki.
"eh kak Rara. makan siang kak"
sapa Dwi tersenyum hormat.
mereka bertiga serempak ingin berdiri dan sibuk membenahi meja yang agak berantakan. merasa segan anak bos mereka ikut duduk.
"loh, kenapa pada berdiri? ayo duduk. makan sama saya"
"eh.. anu kak. biar kita makan di luar saja"
jawab Riska sambil cengengesan.
"sudah, tidak apa kok. ayo duduk. kita makan bareng"
dengan segan mereka kembali duduk. tapi suasana menjadi canggung. tidak ada lagi kasak kusuk dan terkikik seperti tadi.
mereka makan dengan diam. caera jadi merasa tidak enak hati melihat mereka merasa canggung.
"Dwi"
caera coba memecah kesunyian yang tercipta.
"ya kak"
Dwi mendongakkan kepalanya menatap caera.
"umur kamu sudah berapa?"
"eh.. delapan belas kak"
"wah masih muda banget ya. baru lulus sekolah dong"
"iya kak"
Dwi tersenyum.
"kalau Riska dan Melly? Sama juga?"
"tidak kak. Melly sembilan belas. kalau saya sembilan belas setengah"
celetuk Riska.
"sembilan belas setengah?"
"ehehh.. maksutnya mau dua puluh nanti lima bulan lagi kak"
ujar Riska tersipu.
mereka tertawa berbarengan. suasana mulai agak mencair.
"Melly ada berapa bersaudara?"
tanya caera lagi sambil menyuap makanannya.
"ada empat . Melly anak pertama kak"
"oh.. kenapa tidak kuliah kalian ini?"
"mana ada biayanya kak"
kata Dwi.
"iya kak. lulus SMA saja harus susah payah. apalagi kuliah"
Riska menimpali.
"untung saja langsung bisa kerja di sini kak. pak bos memang baik"
Dwi mengacungkan jempol memuji alwan, ayah caera.
"alah.. penjilat kau"
Melly menonyor kepala Dwi.
mereka kembali tertawa. suasana sudah tidak sekaku tadi. caera sudah mulai bisa mengajak bersahabat gadis-gadis manis itu.
"eh .. lihat! iklan pesawat!"
seru Melly bersemangat menunjuk televisi.
dengan bersemangat, mereka bertiga antusias melihat ke arah televisi. caera juga melihat kearah yang sama.
"uuhh idola ku"
Riska mengguncang tubuhnya kesana kemari dengan kedua tangan tertaut di dadanya. terlihat gemas melihat model iklan maskapai sebuah penerbangan.
"idolaku itu. kenapa kau merebutnya sih Ris?"
Melly tak mau kalah.
caera terkejut begitu seorang model pria sebuah maskapai penerbangan itu di tampilkan. dia melongo menatap layar televisi. yang di perebutkan gadis-gadis belia ini ternyata Deva.
oohhhh... benarkan dia itu artis
Deva terlihat sangat tampan dan bergaya sangat exlusive di dalam iklan itu. pantas saja gadis-gadis ini sangat memujanya. mereka sampai berebutan ingin memeluk Deva yang ada di layar televisi.
tapi iklan itu hanya berdurasi 30 detik. dengan kecewa, mereka bertiga serempak mengatakan "yaaaahhhh habis!"
caera semakin melongo melihat kekecewaan gadis-gadis ini. sampai segitunya mereka memuja Deva. memang tampan sih. tapi, apa sampai harus berebutan begitu?
"iihh cepat sekali sih sudah habis saja iklannya"
Riska merengut.
"itu Karena kau ada di sini. jadi dia tidak mau lama-lama"
ujar Melly.
Riska mencebik. sedangkan Dwi terkikik lucu.
"kalian sangat mengidolakan modelnya?"
tanya caera menatap mereka bertiga bergantian. tak percaya gadis-gadis ini sampai saling berebutan begitu.
"iya kak. tampan sekali kan kak? Melly sampai mimpi mimpi kak"
jawab Dwi.
caera tersenyum geli sambil geleng-geleng kepala.
"iya, tampan"
caera bergumam pada diri sendiri.
"tuan Deva itu sebenarnya bukan model kak. menurut gosipnya sih, dia yang membintangi iklan maskapai penerbangan miliknya sendiri kak"
Melly menjelaskan dengan semangat yang tak pudar.
"haha.. kau sampai mengikuti gosipnya mellly?"
tanya caera sambil tertawa. tak percaya Melly adalah fans beratnya Deva.
"iya dong kak"
"ck.. kalian ini ada-ada saja"
caera membiarkan ketiga gadis itu ngerumpi menggosipkan Deva. tapi hatinya berkecamuk sendiri. ternyata benar Deva itu orang kaya dan terkenal. punya maskapai penerbangan lagi.
ck.. aku terlalu ketinggalan gosip. anak kecil saja sampai tahu segalanya tentang Deva.
caera tersenyum sendiri. sementara dirinya hanya tahu rumah, Arya, ayah, ibu, masak, dan Gino. selain itu hanya sekedar berkumpul menghadiri arisan ibu-ibu komplek tempatnya tinggal dulu.
di bagian depan toko terdengar ramai.
Amel, yang bertugas menjaga toko di depan, datang dengan terburu-buru. hanya melongokkan kepalanya di pintu.
"eh, kalian bertiga, idola kita datang"
serunya. dan langsung menghilang lagi pergi ke depan.
seketika itu juga ketiga gadis remaja itu bangkit dari duduk dan berebutan ingin keluar pintu menuju depan toko.
caera keheranan. siapa yang datang? idola kita? siapa lagi sih idola gadis-gadis itu?
caera ikut menuju ke depan. tapi hanya sampai di pintu ruang belakang saja. hanya ingin memastikan siapa idola gadis-gadis itu.
terlihat semua karyawan perempuan saling bersenggolan dan dengan mimik wajah yang salah tingkah tersenyum melihat idola mereka datang ke toko.
caera tidak dapat melihatnya karena terhalang rak-rak barang. agak menjulurkan kepalanya kedepan mencari-cari siapa yang di maksud mereka. tapi masih tak terlihat.
caera maju lagi. melewati rak ditergen untuk dapat melihat ke bagian paling depan. begitu dia dapat melihat siapa yang datang, caera sontak memundurkan tubuhnya merapat ke rak barang.
jantungnya berdegup kencang. itu Deva. Deva yang datang ke toko swalayan ayahnya. tapi kenapa dia bisa berada di sini sih?
Dwi datang menghampirinya. dengan wajah yang terlihat bahagia, Dwi ingin menarik tangan caera agar bergabung bersamanya melihat idola tercinta.
"kak Rara, sini deh. itu kak tuan Deva datang. ayo deh kita sapa"
tanpa sadar, caera menepis tangan Dwi yang ingin menariknya.
"iya udah. sana sana kalian saja"
katanya tanpa suara pada Dwi.
"tapi kak..."
"isshh... udah sana"
masih berkata tanpa suara, caera sampai melotot mengusir Dwi agar menjauh darinya. mengibas-ibaskan tangannya ke udara mengusir Dwi.
Dwi mengalah. menjauh dari caera dan kini sampai ikut berkerumum bersama karyawan yang lain.
caera mengintip lagi. terlihat Deva dengan santai melangkah di sepanjang lorong rak barang. entah apa yang dia cari.
caera takut bergerak. jika dia lari ke arah pintu belakang, pasti Deva dengan mudah dapat melihat dan mengenalinya. caera tidak mau itu.
ah gawat. kenapa dia ke arah sini sih
caera makin merasa berdebar-debar. sedikit demi sedikit caera bergeser ke samping. ke lorong sebelahnya, agar Deva tidak memergokinya.
begitu dia berada di lorong sebelah lagi, tubuhnya makin menegang. matanya membulat lebar. terlihat Jacko si robot kaku itu sedang menatapnya tajam. tubuhnya menghadap ke kasir, tapi kepalanya saja yang menoleh ke samping menatap tepat manik mata caera.berdiri bagai kayu besar yang kokoh bersikap siaga.
astaga.. robot itu
caera merasakan tubuhnya kaku. tidak bisa bergerak. berniat menghindari Deva tapi kini malah kepergok Jacko yang berdiri menunggu Deva memilih barang yang di cari.
Jacko mengalihkan pandangannya ke depan kearah kasir lagi. kesempatan itu tak di sia-siakan caera. cepat-cepat dia bergerak ke lorong sebelahnya lagi. diam di sana merapatkan tubuhnya ke rak sandal.
mengintip sedikit ke seberang tempat Deva. terlihat Deva berdiri di rak yang di penuhi coklat. memilih-milih coklat mana yang akan dia beli.
setelah menjatuhkan pilihannya pada dua coklat batang yang panjang, Deva bergerak menuju kasir. caera bernapas lega karena Deva tidak menyadari keberadaannya.
caera bergerak berjinjit hati-hati sekali agar mendekat ke arah kasir. dia dapat mendengar percakapan karyawan perempuan yang bergemas-gemas ria bicara dengan Deva.
"tuan Deva, boleh minta tanda tangan anda ya?"
itu suara Riska.
" baiklah"
jawab Deva.
gadis-gadis itu berebutan menyodorkan barang-barang mereka yang ingin di tandatangani Deva. dengan sabar Deva melayani mereka. Jacko masih berdiri di tempatnya mengawasi.
"aku mau pita yang itu"
kata Deva lagi.
"biar aku saja"
Nina bergerak tergesa mengambil pita panjang berwarna warni.
"tuan Deva mau yang warna apa?"
"yang pink itu terlihat bagus"
kata Deva. wajahnya di hiasi senyum yang menawan.
Nina menyerahkan pitanya.
"boleh kau ikatkan pada coklat itu?
Deva meminta Nina mengikat pita pada dua coklatnya.
"eh.. biar aku saja"
Melly langsung merebut pita dari tangan Nina. dan mengikatkannya pada coklat panjang itu.
"wah pasti ini untuk orang yang spesial ya tuan?"
tanya Melly menebak.
Deva hanya tersenyum. setelah membayar belanjanya, Deva memasukkan tangannya ke kantong celananya. bersikap sangat santai dengan segala pesonanya. gadis-gadis itu semakin riuh mengatakan Deva sangat menawan dan makin tampan.
mendengar percakapan mereka dan melihat kelakuan para gadis-gadis ingusan itu, caera memutar bola matanya malas. dia berdecih dan bergumam sendiri karena Deva ingin memberi pada orang spesialnya.
"kau"
Deva menunjuk Riska
"ya tuan"
secepat kilat Riska mendekat kepada Deva.
"bisa saya meminta pertolongan mu nona?"
"ah.. ya bisa tuan Dev, sangat bisa"
Riska bersemangat dan tersipu-sipu.
Deva agak mendekat pada Riska. membungkukkan badannya karena Riska lebih pendek dari Deva.
"tolong berikan coklat ini pada bos mu yang ada di belakang"
kata Deva sambil melirik rak tempat caera bersembunyi.
"oohh.. baik tuan"
caera tercekat. berarti Deva menyadari keberadaan caera.
aduh.. mampus la aku
caera menepuk jidatnya. tak menyangka Deva tahu dia ada di balik rak barang.
setelah mengatakan itu, Deva pergi. caera mengintip lagi. Jacko mengikuti Deva di belakangnya. mereka masuk ke dalam mobil di parkiran.
caera keluar dari persembunyiannya. ia mengira mobil Deva telah pergi. tapi dia salah. ambil itu masih terparkir di sana. kaca toko yang bening, pastilah tidak dapat menghalangi pandangan mereka tembus ke dalam toko langsung.
caera berdiri kaku menatap mobil Deva tepat di depan toko. merasa kepergok rasanya. tapi untung saja mobil ayah datang. parkir tepat di sebelah mobil Deva.
alwan turun dari mobil dan langsung masuk ke dalam toko. tak di sangka, Dwi langsung merebut coklat batangan yang telah di hiasi pita pink itu dari tangan Riska.
ia mencegat alwan yang baru masuk ke dalam toko.
"pak bos. ini ada hadiah coklat dari idola kami"
ayah caera melongo. kaget tiba-tiba di beri hadiah. terlebih caera. dia langsung menutup mulutnya dan melebarkan matanya sempurna karena Dwi telah salah sasaran memberikan coklat ke tempat yang salah.
"siapa?"
tanya alwan keheranan.
""itu mobilnya pak"
Dwi menunjuk ke arah mobil Deva.
alwan mengikuti arah yang di tunjuk Dwi. tapi dia kebingungan melihat mobil dan coklat itu bergantian.
sontak semua orang tertawa ramai. Dwi salah orang. mereka semua tertawa terpingkal-pingkal.
"kau salah orang Dwi!"
begitulah mereka tertawa dan mengejek dwi.
Dwi mengira harus memberikan coklat itu pada pak bosnya. padahal yang di maksud Deva, coklat itu di berikan pada caera.
caera juga tak dapat menahan tawanya. sangat lucu melihat Dwi tersasar memberikan coklat berpita pink pada ayahnya yang kebingungan. dia melirik mobil Deva yang segera bergerak menjauh dari depan toko. pasti Deva melihat adegan tadi
"wahaaahaaa..."
pecahlah tawa semua orang yang ada di toko. tak terkecuali alwan juga ikut tertawa dengan kekonyolan Dwi yang salah alamat.